Apakah Public Figure yang terkena "Bullying" memiliki mental yang sehat?

gambar lomba baru
sumber : Nytimes.com

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, kesehatan mental adalah keadaan kesejahteraan dimana setiap individu menyadari potensi mereka sendiri, dapat mengatasi tekanan yang normal dalam kehidupan, dapat berfungsi secara produktif dan bermanfaat, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitas mereka. Orang-orang yang tidak memiliki mental yang sehat dapat disebut memiliki gangguan mental. Siapa saja dapat mengalami gangguan mental , tak terkecuali para “Public Figure”. Tidak sedikit Public Figure di Indonesia yang megalami kasus “Bullying” yang menyebabkan mereka mengalami gangguan mental. Bullying ini biasanya tanpa disadari dilakukan oleh masyarakat lewat media sosial. Banyak Public Figure yang akhirnya stress dan sampai mengonsumsi obat-obatan terlarang bahkan ada yang berniat untuk mengakhiri hidupnya.

Di zaman millennial ini akses media sosial tidak memiliki batasan. Masyarakat dengan bebas dapat mengutarakan pendapatnya di media sosial termasuk memberikan hujatan kepada para Public Figure. Mungkin kita merasa hanya memberikan komentar lalu kita melupakannya. Namun, untuk para korban bully hal ini dampaknya dapat mereka rasakan hingga bertahun-tahun. Para korban bully ini dapat mengalami depresi bertahun-tahun bahkan seumur hidupnya.

“People who repeatedly attack your confidence and self-esteem are quite aware of your potential, even if you are not.” - Wayne Gerard Trotman.

Orang-orang yang menyerang kepercayaan diri anda dan harga diri anda cukup sadar tentang potensi anda. Mereka yang membuli anda tau mengenai kelebihan yang anda punyai.

“People who love themselves, don’t hurt other people. The more we hate ourselves, the more we want other to suffer” - Dan Pearce.

Orang-orang yang mencintai dirinya tidak akan menyakiti orang lain. Dari sini kita dapat mengetahui bahwa mereka membulli anda karena mereka tidak bisa menjadi seperti anda. Untuk para public figure yang menyadari hal ini mungkin bulli tidak akan menjadi masalah. Namun, ada beberapa public figure yang tidak menyadari hal ini dan menjadi depresi serta akan selalu merasa insecure dengan dirinya sendiri.

Contoh artis Indonesia yang sempat mengalami depresi ialah Andika eks Kangen Band atau yang biasa dipanggil “babang tamvan”. Hujatan terhadap penampilannya yang dianggap “norak” oleh netizen menjadi bulan-bulanan bagi dirinya. Selain itu masalah rumah tangganya yang naik turun tidak luput dari perhatian netizen. Akibat bullian yang terus menerus dilakukan kepadanya akhirnya ia mengalami depresi dan sempat ingin mengakhiri hidupnya. Namun, ia dapat melewati fase depresinya dan kini menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Selain Andika eks Kangen Band artis lain yang sempat mengalami depresi ialah Prilly Latuconsina. Cantik, muda, dan berbakat. Namun, ia tidak lepas dari bullyan para netizen Indonesia. Prilly yang kala itu masih berusia 19 tahun mengaku mendapat bullyan dari para haters yang memberikan komen negatif terhadap dirinya. Selain itu, ia juga merasa terjebak didalam pergaulan yang buruk dan sampai ingin mengakhiri hidupnya karena depresi. Namun, ia berhasil melewati masa-masa depresi itu dan kini Prilly yang berusia 23 tahun dapat menjadi sukses dan menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Aktris Ariel Tatum juga pernah mengalami depresi hingga ingin mengakhiri hidupnya. Kesuksesan yang ia dapatkan membuat banyak orang iri kepadanya dan menghujatnya. Belum lagi gangguan mental yang ia miliki sejak usia 13 tahun itu membuatnya depresi hingga nekat meminum pil obat sampai ingin menyewa jasa pembunuh. Namun, Ariel Tatum dapar melewati masa-masa itu dan sekarang ia membagikan pengalamannya kepada banyak orang dan menginspirasi banyak orang.

Marshanda juga merupakan aktris yang berjuang selama 4 tahun untuk melawan bipolar. Kasus video Marshanda yang sempat viral menunjukkan bagaimana ia mengalami depresi yang berat. Bipolar merupakan gangguan yang berhubungan dengan perubahan suasana hati mulai dari posisi terendah depresif hingga tertekan ke posisi tertinggi atau manik. Marshanda bahkan tidak mau mengakui bahwa dirinya mengidap bipolar selama 4 tahun dan sering absen untuk pergi ke dokter jiwa karena ia merasa bahwa dirinya baik-baik saja. Namun, setelah berlangsung bertahun-tahun ia berhasil melewati masa depresinya dan menginspirasi banyak orang. Bahkan Marshanda sering mengkampanyekan bagaimana untuk menjaga kesehatan mental karena ia menganggap bahwa kesehatan mental merupakan hal yang dianggap sangat penting oleh Marshanda dan ia berkata kepada public bahwa bukan hanya orang gila yang perlu datang ke psikiater. Namun, untuk orang-orang yang mengalami depresi sangat penting untuk pergi ke psikiater dan menjaga kesehatan mental mereka.

Dari kisah-kisah artis yang mengalami depresi ini, dapat kita lihat bahwa penyebab para public figure yang ingin mengakhiri hidupnya ialah karena komentar-komentar negatif dari netizen. Oleh karena itu, perlu adanya peraturan tegas mengenai memberikan komentar di media sosial dengan memberikan sanksi yang berat bagi para pelakunya. Kesehatan mental para public figure ini mungkin tidak menjadi masalah bagi para netizen. Namun, dapat berdampak buruk bagi para korban bullyannya. Selain itu, untuk menjaga kesehatan mentalnya para Public Figure ini harus pergi ke psikiater jika merasa mengalami gangguan mental atau depresi apalagi sampai ingin mengakhiri hidupnya. Perhatian dari keluarga juga menjadi salah satu kunci didalam menghadapi depresi. Dukungan moral dari keluarga dan dari orang-orang disekitar dapat menjadi bantuan bagi para korban yang mengalami depresi agar dapat melewati masa-masa sulitnya.

Mungkin juga sebagian dari kita saat ini menghadapi depresi dan gangguan mental. Baik disebabkan oleh masalah keluarga, keuangan, maupun masalah-masalah lainnya. Namun, kita harus menjaga kondisi kesehatan mental kita dan menghadapi masalah yang ada. Mungkin sebagai keluarga kita juga melihat ada anggota keluarga lain yang mengalami depresi kita harus mendukungnya dan selalu support agar mereka dapat terbebas dari gangguan mental.

Sumber referensi