Apakah pseudosains dapat berubah menjadi ilmu pengetahuan?

science-vs-pseudoscience
Pseudosains dikatakan sebagai sistem pemikiran atau teori yang dibuat tidak berdasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah. Sebuah pemikiran dapat berkembang menjadi ilmu pengetahuan jika dapat dibuktikan secara ilmiah.

Tetapi apakah mungkin jika seseorang dapat membuktikan bahwa pseudosains juga merupakan bagian dari ilmu pengetahuan? Atau sebaliknya, apakah mungkin ilmu pengetahuan bisa berubah menjadi pseudoscience?

2 Likes

Saya baru saja membaca sebuah artikel ilmiah terkait Pembeda Sains dan Pseudosains karya Yan Yan Suryana, Melalui artikel tersebut, penulis menjabarkan pandangan-pandangan dari beberapa filsuf terkait batasan suatu teori dikatakan ilmiah yaitu antara Popper, Kuhn dan Lakatos.

Bagi Popper, ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan lainnya tidak berkembang karena suatu induksi, melainkan terus-menerus terbuka akan azas pemalsuan/penyangkalan (falsifikasi). Ilmu pengetahuan hanya suatu hipotesis, dan selama hipotesis itu berpeluang dengan kesalahan, maka ilmu akan berkembang dan disempurnakan.
Sedangkan di pihak Kuhn, Kuhn berargumen bahwa kerangka teori dan intelektual kita yang disebutnya ‘paradigma’ membentuk cara kita melihat dunia. Sehingga semua objek harus memiliki metodologi, agar dapat menjelaskan apakah itu masuk dalam kategori ilmiah atau tidak ilmiah.
Di sisi lain, Lakatos membuat demarkasi yang jelas terletak pada ‘kejujuran’ dan ‘ketakjujuran’ dalam sikap keilmiahan sebagai manifestasi gerakan moral dari para ilmuwan. Demarkasi tersebut dengan cara membedakan antara kemajuan program riset di satu sisi dan memburuknya kemajuan program riset di sisi lainnya, sebagai indikator pembedanya.

Dari batasan ketiga teoritikus tersebut, dapat disimpulkan bahwa pseudosains dapat menjadi ilmu pengetahuan jika dapat dibuktikan secara ilmiah tidak hanya dalam metodologinya tetapi juga kode etik yang harus dijunjung di dalamnya. Begitupun suatu ilmu dapat berubah menjadi pseudosains seiring dengan perkembangan keilmuan tersebut yang dapat difalsifikasi denga temuan baru atau justru mengalami kemunduran dalam program risetnya.

1 Like

Menurut saya, Pseudoscience bisa menjadi salah satu bentuk dari ilmu pengetahuan (yang sifatnya ilmiah), asalkan hal yang menjadi pseudoscience tersebut dapat dibuktikan secara ilmiah, bukan hanya katanya-katanya saja atau hanya keyakinan-keyakinan semu yang tidak dapat di buktikan secara ilmiah.

Beberapa waktu lalu, saya pernah mendapatkan soal ujian menganai salah satu cabang ilmu yang dulunya dianggap sebagai pseudoscience dan akhirnya bertransformasi menjadi bidang yang ilmiah (kalo tidak salah jawabannya adalah ilmu astronomi). Hal ini membuktikan bahwa pseudoscience mungkin saja bisa berubah menjadi suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya ilmiah, asalkan dapat dibuktikan secara ilmiah.

Selain itu, pada saat saya berada pada semester satu perkuliahan, saya juga pernah mendapatkan pembelajaran mengenai pesudoscience. Salah satu kelompok dalam kelas saya ada yang membahas mengenai apakah grafologi termasuk pseudoscience atau bukan. Hasil diskusi mereke menemukan bahwa grafologi bukan merupakan pseudoscience, bahkan dijelaskan juga bahwa ada satu ahli grafologi di Indonesia (kalau saya tidak salah ingat). Akan tetapi pada saat saya mengikuti mata kuliah yang lain, salah satu dosen saya justru menerangkan bahwa grafologi termasuk jajaran pseudoscience dan beberapa waktu lalu saya juga sempat melihat kursus online grafologi. Hal ini sebenarnya membuat saya semakin bingung apakah grafologi termasuk pseudoscience atau tidak. Beberapa bahasan juga mengatakan (yang intinya adalah) bahwa grafologi dulunya memang dianggap tidak ilmiah, namun seiring berkembangnya waktu, grafologi menjadi hal yang bersifat ilmiah. Hal ini juga menunjukkan bahwa pseudoscience bisa bertransformasi menjadi ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah asalkan dapat dibuktikan secara ilmiah.

note:
Sebenarnya, pada bagian grafologi saya masih penasaran hingga saat ini (tentang kebenaran grafologi sebagai pseudoscience atau ilmu pengetahuan). Apabila grafologi masuk dalam jajaran ilmu pengetahuan, mengapa dosen saya justru menerangkannya sebagai pseudoscience. Saya butuh satu kesepakatan pasti dari lingkup ilmu pengetahuan tentang apakah ia memasukan grafologi dalam jajarannya atau membiarkan grafologi tetap dalam jajaran pseudoscience.

1 Like

Menurut saya bisa, jika ada penelitian yang membuktikan bahwa pseudosains tersebut dapat diteliti (dapat diukur/dianalisis) dan ada dasar yang kuat yang terbukti secara ilmiah.
*correct me if im wrong, thank you

2 Likes

Saya setuju dengan @nayaaa. Seiring berkembangnya teknologi, maka ilmu pengetahuan akan terus berkembang. Bisa jadi hal yang saat ini terbukti secara ilmiah dapat disanggah di masa depan berdasarkan data yang lebih meyakinkan lagi begitu pun sebaliknya, hal-hal yang hingga saat ini menjadi pseudosains bisa berkembang menjadi ilmu pengetahuan ketika ditemukan metode ilmiahnya.

Saya pernah membaca, bahwa alasan grafologi dimasukkan ke dalam pseudosains adalah karena tidak adanya bukti konkret serta indikator standar untuk menentukan bagaimana sebuah tulisan dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Tetapi di sisi lain, beberapa keilmuan juga menggunakan grafologi sebagai salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan sebuah keputusan. salah satunya adalah dalam bidang forensik, dimana tulisan seseorang dianalisis untuk diketahui keterlibatannya maupun keabsahan tulisan dengan kasus yang sedang didalami.