Apakah “privilege” berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang?

Mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata privilege yang diserap ke Bahasa Indonesia menjadi “privilese” berarti hak istimewa. Nah, persepsi tentang hak istimewa ini bisa mengacu pada banyak hal. Beberapa di antaranya privilege adalah hak istimewa yang didapat oleh seseorang yang lahir dari kalangan keluarga elit atau keluarga dengan ras atau golongan mayoritas, serta hak istimewa yang dapat dimiliki oleh orang-orang yang berhasil mencapai jabatan lebih tinggi.

Dengan kata lain, terdapat persepsi miring terkait privilege dalam kehidupan masyarakat yang dapat mengacu sebagai bentuk ketidakadilan. Pasalnya, pihak-pihak yang disebutkan mendapat privilege memang terlihat seperti memperoleh secara sepihak.

Lalu, menurut kalian apakah privilege memiliki peranan untuk mempermudah sesuatu, termasuk dalam meraih kesuksesan?

Menurut saya “privilege” tidak menentukan kesukaan seseorang tapi memang “privilege” menjadi salah satu faktor tapi itu juga hanya untuk bagi mereka yang terlahir seperti itu. Atau dengan kata lain hak itu memang mereka dapatkan dari lahir karena berada dalam suatu keluarga yang kaya misalnya. Jadi mereka mempunyai jalan yang lebih mulus dibandingkan yang lahir tanpa hak istimewa. Tapi mereka yang lahir tidak mempunyai “privilege”, mereka dapat membangun itu sendiri. Jadi sukses itu tidak bisa dilihat dari persepsi tentang hak istimewa saja. Jika kita berusaha privilege itu yang akan mendatangi kita.

Menurut saya privilege tentu dapat membantu seseorang meraih kesuksesannya sendiri dengan lebih mudah. Tapi dengan catatan, tidak semua orang yang memiliki privilage dapat mempergunakannya dengan sebaik mungkin. Ada banyak orang diluar sana memiliki privilage yang sudah terpangpang jelas tapi tidak bisa mengandalkan kesempatan itu. tetapi ada juga orang yang berusaha sangat keras sehingga ia yang menciptakan sendiri "privilage’’-nya. untuk itu saya rasa balik lagi bagaimana kepribadian seseorang dalam memanagenya.

Privilege sangat berpengaruh pada jalan kesuksesan seseorang. Ibaratnya jalan menuju suksesnya jauh lebih mudah daripada orang-orang yang tidak memiliki privilege. Tapi hal ini tidak menjamin orang-orang yang ber- privilege pasti akan selalu sukses, tidak. Semua kembali kepada pribadi masing-masing orang tersebut. Jika ia sadar ia memiliki cukup privilege dan dapat memanfaatkannya dengan baik, kesuksesan akan datang kepadanya dengan mudah.

Hal ini juga berlaku kepada orang-orang yang tidak memiliki privilege, bukan berarti orang-orang yang tidak memiliki privilege tidak akan sukses, ia juga bisa sukses hanya saja jalannya akan lebih sulit daripada yang ber- privilege. Dan menurut saya, orang-orang yang tidak ber- privilege ini justru memiliki nilai lebih karena ia benar-benar merasakan jatuh bangun dan sulitnya dalam memperjuangkan mimpi.

Setuju dengan kak @NOER_AMELIA_ALIMAH bahwa privilege memang dapat membantu meraih kesuksesan jika orang tersebut bisa memanfaatkan kesempatan privilege itu dengan dengan sebaik mungkin. Karena memang ada yang mereka terlena dengan banyak privilege justru mereka menjadi bertolak belakang dari yang seharusnya. Ada juga yang memiliki privilege tapi juga mengusahakan untuk membuat privilege lain untuk dirinya sendiri dan orang lain.

Semua balik lagi ke pribadi masing-masing. Hasil adalah cerminan dari usaha yang diberikan. Jadi untuk yang tidak punya privilege, bukan berarti tidak akan sukses juga kok. Mungkin memang jalur dan cara suksesnya yang sedikit berliku-liku. Semangat berjuang demi masa depan yang cerah!

menurut saya privilage sangat berpengaruh pada jalan kesuksesan seseorang karena hal itu sangat mendukung sekali untuk meringankan beban atau melakukan hal-hal yang membutuhkan misalnya uang atau koneksi dan sebagai nya.
mungkin itu jug bisa mendasari pepatah “yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin”.

Saya sependapat dengan kak Noer Amelia, menurut saya tidak semua individu yang lahir dengan privilage-nya merasa dimudahkan karena hal itu. Karena terkadang, individu dengan kategori ini tidak bisa memanfaatkan privilage yang mereka miliki dan pada akhirnya keuntungan yang dimiliki tidak dipergunakan dengan baik.

Menurut saya benar bahwa “privilege” berpengaruh terhadap kesuksesan. Orang-orang yang dilahirkan dengan keistimewaan dari segi ekonomi misalnya orang tuanya pebisnis tentu akan lebih mudah baginya membagun bisnis atau setidaknya melanjutkan bisnis orang tuanya. Pun orang-orang dari keluarga terdidik tentu akan mudah baginya mendapat pendidikan yang mumpuni entah karena mampu atau karena pengaruh keluarganya.

Tetapi bukan berarti orang-orang tanpa hak istimewa tidak dapat meriah kesuksesan, hanya saja mereka harus berusaha lebih keras dibanding mereka yang sudah punya privilage. Sudah banyak bukti mereka yang sukses adalah orang-orang yang dilahirkan dari keluarga tanpa keistimewaan.

Benar sekali, pada akhirnya kitalah yang akan berjuang untuk membantu diri kita sendiri dalam meraih kesuksesan yang kita cita-citakan, terlepas dari ada atau tidaknya privilage itu sendiri.

Sepertinya dari jaman dulu sampai sekarang privilege masih berpengaruh dan mempermudah seseorang dalam meraih kesuksesan. Karena privilege merupakan hak istimewa yang mana kebanyakan sifatnya akan menjadi dominan/kelas atas di lingkungan masyarakat. Juga, kebanyakan masyarakat dulu hingga sekarang lebih memilih seseorang yang memiliki privilege dibanding yang tidak untuk mempermudah berjalannya kebutuhan kehidupan masyarakat (kebanyakan manusia hanya ingin merasakan enak dan cepat). Namun saat ini tidak sedikit juga orang yang menegakkan keadilan. Tapi balik lagi, kita hidup di mana orang yang mendominasi lebih berkuasa dari pada yang tidak. Jadi walau sudah ada yang beberapa orang yang tidak stuju dengan privilege dan ingin memberantas ketidak adilan, itu tetap tidak berpengaruh dalam mempersulit kesuksesan seseorang yang memiliki privilege.

Menurutku masih berpengaruh karena privilege juga merupakan sebuah bantuan dari luar diri untuk mencapai kesuksesan seseorang.

kalau berbicara tentang privilege, sering sekali dikaitkan dengan dunia kerja yang erat kaitannya dengan ‘orang dalam’, karena memiliki channel merupakan suatu keuntungan tersendiri bagi yang memilikinya, entah bisa melewati suatu tahap atau bahkan bisa tidak melalui tahap seleksi sama sekali, ya itulah keuntungannya! Tidak bisa dipungkiri masih banyak sekali yang melakukan cara ini dan menerapkannya secara turun temurun, namun perlu di garis bawahi, privilege tidak akan berjalan 100% sukses apabila individu tersebut tidak memiliki keterampilan/skill yang mendukung, akan sia sia jatuhnya dan hanya akan membuat ia stress ketika menghadapi tanggung jawabnya.

Wah, pertanyaan yang sangat menarik sekali kak @ayushintyadewi. Pertanyaan ini sangat relate dalam kehidupan kita saat ini menurut saya. Mereka yang memiliki privilege untuk mengenyam pendidikan tinggi di luar negeri, mendapatkan koneksi dari berbagai penjuru dunia, memiliki orang-orang berpengaruh, dan lain sebagainya. Namun, tidak menutup kemungkinan juga untuk kita dapat sukses tanpa privilege tersebut. Banyak juga orang diluar sana dapat meraih kesuksesan tanpa privilege. Mereka bekerja dengan keras, belajar dari pengalaman, dan terus berjuang. Bagi mereka yang memiliki privilege juga perlu untuk memanfaatkan privilege tersebut dengan baik, apabila tidak ya sama saja menurut saya.

Menurut saya pribadi, privilege ini tidak hanya berkaitan dengan kekayaan saja, tetapi menurut saya juga dapat dilihat dari hal sederhana. Istilahnya saya sederhanakan privilege ini. Saya bisa menuntut ilmu di perguruan tinggi dengan akses internet yang memadai itu juga merupakan privilege bagi saya di masa pandemi ini. Saya menyadari bahwa banyak orang diluar sana yang belum mendapat privilege ini. Saya memiliki teknologi digital untuk mengakses informasi itu juga privilege bagi saya. Terkadang saya tidak menyadari akan hal itu. Jadi, menurut saya privilege dapat mempengaruhi seseorang dalam meraih kesuksesan mereka.

Menurut saya, privilege bisa menjadi salah satu faktor seseorang menuju kesuksesan namun hanya berlaku bagi orang-orang yang mau memanfaatkan privilege itu dengan baik. Ada salah satu influencer yang pernah berkata seperti ini

" ketika anda mendengarkan seseorang menceritakan kisah kesuksesannya, hanya sedikit yang menceritakan privilege yang mereka punya padahal privilege tersebut menjadi salah satu penunjang kesuksesan mereka"

saya beri contoh beberapa orang yang terlahir dengan privilege dan mampu memanfaatkannya:
1. Mark Zuckerberg
Merupakan pendiri Facebook dan sukses sejak usia muda, apakah kesuksesannya merupakan murni hasil jerih payahnya sendiri? apakah kecerdasan Mark dibidang pemograman murni dia dpatkan tanpa adanya dukungan orang tua ? Mark Zuckerberg adalah anak yang terlahir dari orang tua dengan latar pendidikan bagus, ayahnya seorang dokter gigi, dari kecil ayah Mark sudah memfasilitasi Mark komputer, internet dan printer. Mark bisa dibilang memiliki privilege berupa kesadaran orang tua akan bakatnya dan dukungan yang cukup secara finansial untuk membeli seperangkat alat penunjang hobinya.
2. Maudy Ayunda
Sama dengan halnya Mark, maudy bisa dibilang mempunyai privilege orang tua yang sadar akan bakat dan minat anaknya, dan mampu mengarahkan hal tersebut. Disamping itu, dukungan finansial yang mampu membuat maudy mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah terbaik.
3. Cristiano Ronaldo
Pesepak bola ternama ini, meskipun dia terlahir dari keluarga yang sederhana secara finansial namun dia memiiliki privilege dimana ayahnya sadar bahwa anaknya berbakat dibidang olahraga. Ayah ronaldo yang merupakan seorang kitman tim sepak bola sengaja mengajak Ronaldo untuk bermain sepak bola disaat tim sedang beristirahat, disitulah pelatih tim sepak bola melihat bakat Ronaldo dan merekrutnya menjadi pemain sepak bola. Bayangkan saja, jika pada saat itu ayah Ronaldo tidak sadar bakat anaknya dan mengajak anaknya bermain sepak bola ditempatnya bekerja, apakah Ronaldo akan bernasib seperti sekarang ?

Privilege bukan hanya soal harta, tetapi juga dukungan keluarga dan orang - orang terdekat dan banyak hal lain yang menjadi faktor kesuksesan seperti bagaimana memanfaatkan privilege tersebut, kerja keras dan faktor keberuntungan. Apa pun privilege kita sekarag, manfaatkan itu dengan sebaik-baiknya.

Menurut saya tidak ada yang menjamin bahwa punya Privilege bisa hidup enak. jika orang punya Privilege dan tidak dapat menggunakan hak keistimewaannya dengan benar maka tentu hasilnya juga tidak sesuai yang diharapkan, sebenarnya kita semua diberi kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Kalau mereka punya Privilege kita punya usaha yang gigih dan kerja keras karena sebenarnya kita hanya berada di garis start yang berbeda.
intinga tidak semua orang yg memiliki privillage bisa lebih sukses, semua tergantung pada diri masing". orang yg tidak memiliki Privilege pun memiliki peluang untuk bisa lebih sukses.

Pertanyaan yang sangat relate dengan banyak orang.

Menurut saya, ya, privilege sangat mempengaruhi kesuksesan seseorang. Setiap hasil pasti membutuhkan usaha. Setiap usaha juga membutuhkan modal awal. Mereka yang sedari awal sudah memiliki modal tentu saja memiliki peluang keberhasilan yang lebih tinggi dibanding mereka yang tidak bermodal. Privilege adalah modal berharga yang tidak dimiliki oleh semua orang.

Namun bukan berarti hanya orang-orang yang memiliki modal yang bisa sukses. Mereka yang modalnya minim, namun berusaha keras, juga bisa sukses. Walaupun memang usaha yang diperlukan akan lebih banyak jika modalnya sedikit.

Wah sangat setuju dengan pendapat kak @annisaalif06. Akan jauh lebih baik ketika kita mampu mengimbangi privilege yang kita miliki dengan skill atau kemampuan diri yang baik.

Menurut saya kurangnya hak istimewa telah terbukti memiliki efek terus-menerus pada kehidupan profesional seseorang dari sekolah awal, hingga universitas dan tempat kerja.

Murid-murid yang hidup dalam kemiskinan yang terus-menerus di Inggris tertinggal 18,1 bulan belajar di belakang rekan-rekan mereka pada saat mereka menyelesaikan pendidikan menengah mereka, dengan murid-murid kulit hitam bahkan lebih tertinggal (Institut Kebijakan Pendidikan 2020). Hanya satu dari delapan orang dari latar belakang kelas pekerja mencapai gelar sarjana dibandingkan dengan setengah dari orang-orang dari latar belakang profesional dan manajerial (Friedman dan Laurison 2019). Individu yang bersekolah di sekolah swasta memperoleh 7% hingga 9% lebih banyak setahun daripada lulusan sekolah negeri dengan kualifikasi yang sama dari status sosial ekonomi rendah, dan efek ini bertahan hingga lima tahun setelah lulus (Institute for Fiscal Studies 2018).

Meskipun pendidikan dianggap sebagai jalan menuju mobilitas sosial dan sebagai penyeimbang yang hebat dalam masyarakat (Crawford dan Vignoles 2014), pendidikan tampaknya gagal menghilangkan dampak latar belakang sosial ekonomi terhadap keberhasilan pasar tenaga kerja. Memegang keterampilan, kemampuan, dan bakat secara konstan, ini berarti bahwa individu yang kurang beruntung menghadapi lebih banyak rintangan dalam perjalanan ke puncak.

Dalam literatur sebelumnya, keragaman di tempat kerja sering didefinisikan secara sempit, dengan fokus pada karakteristik individu yang objektif dan mudah diamati, seperti jenis kelamin atau ras (Roberson 2019). Keistimewaan, keuntungan khusus yang dinikmati oleh kelompok atau individu seringkali tidak terlihat oleh mereka yang memilikinya (McIntosh 1988). Oleh karena itu, penting untuk memperhitungkan keistimewaan sebagai salah satu penentu pencapaian karir selain kemampuan dan keberuntungan.

Pasti ada pengaruhnya. Tapi disisi lain pasti anda pernah tahu juga kan orang tua yg sukses tapi anaknya gagal. Orang tua itu ibaratnya pijakan untuk anak, tapi setelah berpijak anak perlu untuk jalan sendiri. Mungkin perlu di tatih, dibantu jalan, diberikan peralatan dll. Tapi semuanya akan kembali ke anak masing2. Dikasih mobil untuk cepet sampai tujuan kan ada juga yang kecelakaan dan tidak pernah sampai tujuan. Setiap orang punya garis finish masing2, jangan kita memberatkan diri kita dengan memikirkan garis finish orang lain atau mencoba finish di garis finish orang lain yg beda jalur. Ibaratnya orang lain balap mobil, kok kita yg modal sepeda mau ikutan rebutan jalur.
Tanpa previlege orang tua, anak juga bisa sukses kok. Dan itu sudah banyak banget contohnya, orang yg berjuang dengan keterbatasan dan bisa sukses. Tentu perjuangan dan pengorbanan nya jauh lebih besar, tapi sukses pada akhirnya. Dan orang ini akan melanjutkan memberikan privilege untuk anaknya. Yang jadi masalah menurut saya adalah orang yang menyalahkan previlege untuk kegagalan mereka. Dan ini saya lihat banyak sekali terjadi. Seakan2 kalau ga ada previlege akan gagal. Padahal ada sisi lain di perjuangan dan usaha dan doa. Previlege akan membantu kesuksesan, tapi bukan jaminan sukses. Begitu juga tanpa previlege buka berarti tidak akan sukses, banyak yg sudah membuktikan tanpa previlege bisa sukses kok.

It is a yes from me. Pernahkah teman-teman lihat, orang di luar sana yang memang memiliki background ‘sukses’, sehingga dapat menyekolahkan anaknya ke sekolah yang top ntah di dalam atau luar negeri (yang tentunya sekolah tersebut memiliki kualitas superior juga), dan membuahkan hasil si anak menjadi seorang yang sukses juga? Menurutku itu adalah salah satu contoh jika privilege mempunyai peranan yang luar biasa terhadap kehidupan seseorang. Namun harus digaris bawahi, jika seorang yang mempunyai privilege ini mengelola apa yang dia punya dengan baik. Ada juga di luar sana beberapa orang yang tidak memanfaatkan privilige yang dia punya, seperti hidup sewenang-wenang dia, tidak mau berusaha, dan berakhir privilege itu berujung sia-sia. Baik dalam membangun kondisi materi nya, maupun kepribadiannya, yang misal, berujung si orang ini mempunyai sifat serakah dan arogan, sehingga kesuksesan pun juga menjadi sia sia. Jadi, kembali lagi pada tiap-tiap orang dengan bagaimana sikap bijak mereka dalam mengelola privilige ini.