Apakah perbedaan antara Minimum Viable Product (MVP) dan Exceptional Viable Product (EVP)?

Di dalam kegiatan sehari-hari, mungkin kita lebih sering mendengar istilah Minimum Viable Product atau MVP. Namun, ternyata ada juga konsep Exceptional Viable Product atau EVP. Apa itu EVP? Apa perbedaannya dengan MVP?

Sebelumnya kita akan membahas mengenai kegagalan sebuah Startup. 3 alasan utama yang menyebabkan sebuah Startup gagal adalah produk tidak terlalu diperlukan di pasaran, kehabisan dana, dan kurangnya kedisiplinan. Selain itu, masih banyak faktor lain yang menyebabkan kegagalan sebuah Startup. Namun, apakah kita bisa benar-benar menemukan Real Problems / Real Solutions dari hal tersebut?

Oleh sebab itu, hal utama yang harus ditemukan adalah apakah ide itu dapat memecahkan masalah nyata yang dialami oleh cukup banyak orang dan apakah solusi yang diusulkan sudah cukup baik untuk membuat orang membayarnya. Anda tidak akan menemukan jawabannya sampai anda melakukan pengujian terhadap produk anda pada pelanggan potensial yang nyata. Itu sebabnya semakin banyak Startup yang menggunakan MVP untuk mengumpulkan feedback yang nyata.

Apakah dengan begitu permasalahan dapat terpecahkan? Tidak. Resiko masih tinggi, namun ada cara lain untuk meningkatkan peluang keberhasilan Startup. Bagaimana? Dengan menjadikan MVP sebagai EVP.

Tujuan pembuatan MVP adalah meluncurkan produk inti untuk menguji kesesuaiannya di pasaran. Dengan merilis MVP, anda dapat memuaskan kelompok pelanggan awal anda sekaligus mengumpulkan feedback. Jika anda memiliki feedback, anda seharusnya paham apa yang harus dilakukan dengan feedback tersebut. Satu-satunya masalah pada pendekatan MVP adalah pemahaman yang salah tentang kata minimum, karena jika ditafsirkan menjadi “usaha minimum” atau “kualitas minimal.”

MVP yang ideal adalah yang pada dasarnya siap untuk dijual, tetapi dibuat dengan sedikit usaha, karena organisasi / perusahaan tidak seberapa yakin apakah klien akan menyukainya. Anda tidak ingin berinvestasi pada sesuatu yang tidak akan terbayar, bukan? Anda juga tidak ingin menjual sesuatu yang tidak akan Anda beli.

Sedangkan EVP dibuat untuk merilis versi yang hampir selesai. Dengan EVP, anda akan menghabiskan berhari-hari sebelum merilis produk ke pasar. EVP berbicara tentang memoles, meningkatkan, mengembangkan, dan mengoptimalkan semua yang ditawarkan oleh Startup anda. Namun risiko dari metode EVP cukup tinggi. Dengan mengerahkan banyak usaha dan membakar anggaran, anda berisiko menginvestasikan waktu dan uang anda tanpa biaya. Bukan karena mereka akan membenci produk anda.

Lalu apa perbedaan dari metode MVP dan EVP?
Tujuan utama MVP adalah menguji dan mengumpulkan feedback sehingga dapat ditargetkan ke pengguna yang lebih luas, serta memberikan gambaran tentang respon pasar dengan waktu dan biaya uang yang minimal. Sedangkan tujuan utama EVP adalah memasarkan produk yang telah sepenuhnya siap, kemudian dikembangkan sesuai permintaan pengguna.

MVP dan EVP adalah strategi yang benar-benar berbeda untuk diterapkan pada Startup. Tidak ada yang terlalu menonjol. Masing-masing memiliki fungsi dan kegunaan masing-masing. Mana yang paling ideal kembali ke pandangan dari masing-masing Startup.

MVP vs. EVP: Which One to Choose For Your Startup? - insanelab.com
This will change the way you build an MVP (Minimum Viable Product) in 2017… | HackerNoon