Penggunaan rutin dan tinggi obat-obatan golongan statin dikaitkan dengan penurunan risiko Penyakit Alzheimer’s pada penderita dengan ras, etnik, dan jenis kelamin yang berbeda, menurut sebuah penelitian yang dilakukan Julie Zissimopoulos, PhD., dari Price School of Public Policy, University of Southern California, Los Angeles, Amerika Serikat. Dr. Zissimopoulos menyatakan bahwa penggunaan statin dalam jumlah banyak pada penderita hiperlipidemia dapat menurunkan risiko penyakit Alzheimer’s.
Peneliti berpendapat bahwa hubungan antara level kolesterol pada serum dan penumpukan plak amyloid di otak (yang merupakan tanda penyakit Alzheimer’s), dapat menjelaskan hasil studi ini, karena statin berfungsi untuk menurunkan kolesterol. Namun, beberapa penelitian seringkali tidak konsisten dan menunjukan hubungan antara keduanya hanya dalam jangka singkat.
Dr. Zissimopoulos mengambil sampel dari Medicare tahun 2006-2013 sebanyak 399.979 orang dari golongan Kaukasian, Hispanik, dan Afrika-Amerika berusia 65 tahun ke atas dengan penggunaan tinggi atau rendah obat statin. Penelitian ini hanya membandingkan 4 obat statin, yaitu simvastatin, atorvastatin, pravastatin, dan rosuvastatin.
Pada akhir studi, dibuktikan bahwa simvastatin menurunkan risiko Alzheimer’s pada semua golongan kecuali pada laki-laki Afrika-Amerika, atorvastatin menurunkan risiko pada perempuan Kaukasia dan Afrika-Amerika, dan laki-laki maupun perempuan Hispanik, sementara pravastatin dan rosuvastatin menurunkan risiko pada perempuan Kaukasia. Peneliti studi juga mencatat bahwa orang Afrika-Amerika dan Hispanik kebanyakan menggunakan statin dalam dosis rendah, juga memiliki risiko terkena Alzheimer’s dan penyakit kolesterol lainnya pada studi ini.
Penurunan risiko terkena penyakit Alzheimer’s tercatat lebih kuat pada statin golongan lipofilik, seperti simvastatin, karena dianggap lebih mudah menembus sawar otak.
Para peneliti beranggapan bahwa tidak ditemukannya dampak statin pada penurunan risiko penyakit Alzheimer’s pada laki-laki Afrika-Amerika pada studi ini disebabkan oleh sedikitnya jumlah sampel Afrika-Amerika yang diteliti, sehingga angka penurunan risiko yang dapat ditemukan tidak signifikan seperti pada ras lain yang jumlah sampelnya jauh lebih banyak.
Sumber:
- JAMA Neurology (12 Desember 2016)
- Medscape