Pertama tama mari kita bahas dulu apa yang dimaksud dengan emosi. Emosi adalah suatu perasaan yang besar terhadap sesuatu, baik itu suatu kejadian atau seseorang.
Emosi tidak dapat disamakan dengan marah sebab pada dasarnya marah merupakan salah satu contoh dari meluapkan emosi atau perasaan. Selain marah emosi juga dapat berupa senang, sedih, takut dan lain sebagainya.
Kecerdasan emosional (bahasa Inggris: emotional quotient, disingkat EQ) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya.
Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan.
Banyak orang yang melihat baik buruknya seseorang dari cara dia menahan amarahnya. Karena itu kita dituntut agar mampu mengontrol emosi kita.
Berikut ini adalah beberapa cara untuk mengatur emosi kita.
Pertama, alangkah baiknya kita mencoba untuk rileks terlebih dahulu, biasanya agar kita dapat rileks kita dapat mencoba untuk menarik napas panjang untuk beberapa saat. Apabila tetap tidak bisa tenang coba untuk mengalihkan pikiran anda kepada hal yang menurut anda menyenangkan. Dari 2 hal tersebut biasanya kita sudah cukup tenang.
Setelah kita cukup tenang coba cari tahu apa yang membuat emosi kita meluap tadi serta jangan lupa untuk mengoreksi diri kita sendiri juga agar tidak menyalahkan orang lain yang menjadi penyebabnya.
Jangan lupa juga apabila kita sudah mengetahui penyebabnya maka alangkah baiknya kita renungkan hal tersebut agar tidak terulang kembali dan jika kita tetap tidak bisa menemukan solusinya maka lebih baik jika kita bercerita kepada sahabat maupun teman agar dibantu untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Usahakan kita tidak meminta saran dari 1 teman agar dapat menyimpulkan lebih baik. Dan jika kita tidak bisa tenang, maka coba untuk menghindari hal-hal yang membuat emosi kita naik untuk sementara waktu.
Anda juga harus berusaha untuk selalu berfikir logis agar emosi tidak terus menerus meluap. Apabila tetap ingin meluapkan emosi, kita harus berusaha untuk diam (mengambil posisi lebih rendah) setelah itu coba untuk berdoa dan ambillah air wudhu atau mencuci muka bisa juga kita mandi.
Banyak orang yang bertanya kenapa kita harus mengontrol emosi kita. Padahal hal tersebut sudah jelas bahwa jika kita bisa mengontrol emosi kita maka kita juga dapat mengatur tindakan serta keputusan kita.
Berikut adalah beberapa jenis emosi dalam mengambil keputusan.
Apathy atau biasa disebut ketidakpedulian.
Tindakan atau keputusan yang seseorang ambil didasari atas rasa tidak peduli terhadap segala sesuatu orang biasa menyebut ini dengan kerja asal-asalan. Tentu saja hal ini sangat tidak baik karena hasil yang dihasilkan pekerjaan atau tindakan yang dia lakukan tidak terlalu bagus.
Bahkan lebih buruknya lagi ketidakpedulian ini juga dapat membuat seseorang jadi suka menunda suatu pekerjaan, bahkan mungkin juga membuat seseorang tidak mengerjakan tugas atau pekerjaannya.
Grief atau biasa disebut kesedihan.
Perasaan sedih atau kecewa sering dialami saat seseorang gagal mencapai target diinginkan. Biasanya orang yang sedih atau kecewa akan lebih banyak berdiam diri serta malas melakukan segala sesuatu. Hal ini membuat orang tersebut gagal mencapai potensi terbaiknya.
Fear atau ketakutan.
Hal ini biasa terjadi jika suatu masalah telah mendekati batas waktu penyelesainnya. Bisa juga saat sumber daya untuk menyelesaikan masalah kurang.
Apabila seseorang dalam kondisi ketakutan, akan membuat orang tersebut menjadi tidak dapat berfikir jernih. Sehingga banyak keputusan yang dibuat menjadi lebih beresiko.
Anger atau kemarahan.
Tentu saja keputusan yang diambil seseorang saat dalam keadaan marah bisa berpotensi menyakiti salah satu pihak atau lebih, Keputusan yang diambil dalam keadaan marah biasanya diambil dengan pikiran yang tertutup dan hanya menggunakan perasaan saja.
Keputusan tersebut tidak diambil dengan menggunakan akal sehat yang melalui pertimbangan yang matang. Sehingga biasanya hanya malah memperkeruh keadaan yang ada.
Acceptance (penerimaan).
Sikap yang siap menerima segala kemungkinan yang terjadi biasanya muncul setelah usaha terbaik dilakukan. Inilah bedanya antara acceptance dengan apathy.
Pada situasi dimana emosi untuk menerima (acceptance) telah terbentuk, biasanya emosi-emosi lainnya seperti kesedihan, ketakutan, keserakahan, kesombongan, dan kemarahan mulai mereda atau bahkan hilang sama sekali.
Karena itu, sang pengambil keputusan akan lebih jernih berpikir dan bersikap lebih tenang sehingga bisa melihat peluang-peluang yang sebelumnya tidak diperhitungkan. Karena itu, keputusan yang dibuat dengan dasar acceptance biasanya akan berujung pada sesuatu yang baik.
Peace (kedamaian).
Keinginan untuk menciptakan atau mencapai kedamaian merupakan emosi yang sangat baik karena biasanya emosi yang satu ini tidak mengandung kepentingan pribadi tetapi lebih mengutamakan kepentingan orang lain.
Dengan landasan emosi yang demikian, maka seorang pengambil keputusan akan bersikap sangat arif dan obyektif sehingga mampu menggali semua kemungkinan terbaik yang bisa dilakukan. Hasilnya, tentu saja keputusan yang berbuah manis bagi dirinya dan orang lain.
Mungkin bagi sebagian orang untuk menerapkan hal tersebut cukup sulit lantaran banyak yang tidak tau contoh yang pantas untuk ditiru itu siapa. Padahal didalam ISLAM kita sudah diberikan contoh yang sangat mudah untuk dicontoh yakni nabi Muhammad saw.
Dari beliau kita dapat mencontoh segala perilakunya. Akan tetapi jika susah kita tidak perlu mencontohnya seratus persen kita lebih baik mencoba mendekati beliau.