Apakah pengaruh Air Susu Ibu dengan Sistem Kekebalan Tubuh Anak?

Air susu ibu (disingkat ASI) adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan padat.

Air susu ibu diproduksi karena pengaruh hormon prolaktin dan oksitosin setelah kelahiran bayi. Air susu ibu pertama yang keluar disebut kolostrum atau jolong dan mengandung banyak immunoglobulin IgA yang baik untuk pertahanan tubuh bayi melawan penyakit.

Bila ibu tidak dapat menyusui anaknya, harus digantikan oleh air susu dari orang lain atau susu formula khusus. Susu sapi tidak cocok untuk bayi sebelum berusia 1 tahun.

Apakah pengaruh Air Susu Ibu dengan Sistem Kekebalan Tubuh Anak ?

image

Secara garis besar sistem kekebalan tubuh pada manusia dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu kekebalan tubuh spesifik dan kekebalan tubuh tidak spesifik (Munasir dan Murniati, 2009).

  1. Kekebalan tubuh tidak spesifik

    Kekebalan tubuh tidak spesifik adalah sistem kekebalan tubuh yang ditujukan untuk menangkal masuknya berbagai zat asing dari luar tubuh yang dapat menimbulkan penyakit, seperti bakteri, virus, parasit atau zat berbahaya lainnya.

    Yang termasuk sistem kekebalan tubuh tidak spesifik, diantaranya :

    • Pertahanan fisik : kulit, selaput lendir.
    • Kimiawi : enzim, keasaman lambung.
    • Mekanik : gerkan usus, rambut getar selaput lendir.
    • Fagositosis : pemusnahan kuman/ zat asing oleh sel darah putih.
    • Zat komplemen yang berfungsi pada berbagai proses pemusnahan kuman/zat asing oleh sel darah putih.

    Kerusakan pada sistem pertahanan non spesifik akan memudahkan masuknya kuman/zat asing ke dalam tubuh, seperti kulit yang luka, gangguan keasaman lambung , gangguan gerkan usus atau gangguan proses pemusnahan kuman/zat asing oleh sel darah putih (Munasir dan Kurniati, 2009).

  2. Kekebalan tubuh spesifik

    Sistem kekebalan tubuh spesifik bekerja jika terdapat mikroorganisma/kuman yang tidak dapat dilemahkan atau dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh non spesifik. Ada 2 jenis kekebalan tubuh spesifik yaitu : kekebalan seluler (limfosit T) dan kekebalan humoral (sel limfosit B yang memproduksi antibodi).

    Kekebalan ini hanya berperan pada kuman atau zat asing yang sudah dikenal (Munasir dan kurniati, 2009).

Sistem kekebalan tubuh non spesifik pada ASI

Bayi yang mendapat ASI lebih jarang menderita sakit, karena adanya zat protektif dalam ASI. Zat protektif yang berperan sebagai sistem kekebalan tubuh pada ASI tersebut diuraikan Sidi. dkk, (2010), sebagai berikut :

1) Laktobacillus bifidus

Laktobacillu bifidurs berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat yang memberikan suasana asam dalam saluran pencernaan, sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti E. Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi, shigela dan jamur.

Lactobacillis mudah tumbuh dalam usus neonatus yang mendapat ASI, karena ASI mengandung polisakarida yang berikatan dengan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan lactobacillus bifidus, sednagkan susu buatan tidak mengandung faktor ini (Sidi. dkk, 2010)

2) Laktoferin Lactoferin

Laktoferin Lactoferin adalah protein yang berikatan dengan zat besi. Konsentrasinya dalam ASI sebesar 100 mg/100 ml, tertinggi diantara semua cairan biologis. Dengan mengikat zat besi, maka lactoferin bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kuman tertentu yaitu staffilokokus dan E.coli yang memerlukan zat besi untuk pertumbuhannnya. Selain itu lactoferin dapat juga menghambat pertumbuhan jamur kandida (Sidi, dkk, 2010)

Laktoferin bersifat bakteriosidal yang dilakukan dengan mengikat besi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri patogen (Munasir dan Murniati, 2009).

3) Lisozim

Lisozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri (bacteriosidal) adan antiimplamatori. Bekerja bersama dengan peroksida dan askorbat untuk menyerang E. Coli dan sebagian keluarga Salmonella. Konsentrasinya dalam ASI 400 µg/ml. Keunikan lisozim adalah bila faktor protektif lain menurun kadarnya sesuai dengan tahapan pemberian ASI ataupun usia bayi, maka kadar lisozim justru meningkat pada 6 bulan pertama kelahiran (Sidi, dkk, 2010)

Lisozim dapat menghancurkan dinding sel bakteri yang terdapat pada selaput lendir saluran cerna. Kadar vlisozim dalam ASI adalah 0,1 mg/ml yang bertahan sampai tahun kedua menyusui, bahkan sampai masa penyapihan (Munasir dan Murniati, 2009)

4) Komplemen C-3 dan C-4

Komplemen adalah protein yang berfungsi langsung sebagai penghancur bakteri. Selain itu komplemen berperan juga sebagai penanda sehingga bakteri yang ditempel oleh komplemen dapat dengan mudah dikenal oleh sel pemusnah (Munasir dan Murniati, 2009).

ASI mengandung komplemen C- 3 dan C-4 yang mempunyai daya opsonik, anafilaktoksik, dan kemotaksik, yang bekerja apabila diaktifkan oleh IgA dan IgE yang terdapat dalam ASI (Sidi.,dkk, 2010)

5) Sitokin dan neutrofil

Sitokin meningkatkan jumlah antibodi IgA kelenjar ASI. Sitokin yang berperan dalam sistem imun di dalam ASI adalah IL-1 (interleukin-1) yang berfungsi mengaktifkan sel limfosit T. Sel makrofag juga juga menghasilkan TNF-α dan IL-6 (interleukin-6) yang mengaktifkan sel limfosit B sehingga antibodi IgA meningkat. Neutrofil dalam ASI mengandung sel IgA yang dianggap sebagai alat transpor IgA dari ibu ke bayi, peran neutrofil ASI lebih ditujukan pada pertahanan jaringan payudara ibu agar tidak terjadi infeksi pada permulaan laktasi (Munasir dan Murniati, 2009).

6) Faktor antistreptokokkus

ASI mengandung faktor antistreptokokus yang melindungi bayi terhadap infeksi kuman tersebut (Munasir dan Murniati, 2009).

7) Peroksidase

Peroksidase adalah enzim yang dapat menghancurkan kuman patogen. Berbeda dengan susu buatan, ASI tidak mengandung laktoperoksidase yang dapat menyebabkan reaksi peradangan di dinding usus bayi, kalupun ada kadarnya kecil (Munasir dan Murniati, 2009).

Sistem kekebalan tubuh spesifik pada ASI

1) Antibodi

Secara elektroforetik, kromatografik dan radio imunoassay terbukti bahwa ASI mengandung imunoglobulin, yaitu Sekretori IgA (sIgA), IgE, IgE, IgG dan IgM. Antibodi dalam ASI dapat bertahan di dalam saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan enterovirus masuk kedalam mukosa usus (Sidi, dkk, 2009).

Antibodi dalam ASI berupa imunoglobulin yang dihasilkan oleh sel limfosit B, terutama produksi sekretori IgA (sIgA) yang bberfungsi melindungi IgA dari enzim penghancur protein (tripsin dan pepsin) di saluran cerna bayi dan keasaman lambung.

Imunoglobulin M (IgM) akan ditransfer pada awal kehidupan bayi sebagai perlindungan terhadap E. Coli dan polio. Imunoglobulin G (IgG dimilki neonatus ditransfer melalui plasenta. Imunoglobulin D (IgD) ditemukan sedikit sekali dalam ASI, sedangkan IgE tidak ada (Munasir dan Murniati, 2009).

2) Immunitas Seluler (Limfosit T dan limfosit B)

Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang ada dalam ASI. Sel limfosit T dapat menghancurkan kapsul bakteri E.coli dan mentransfer kekebalan seluler dari ibu ke bayi yang disusuinya (Munasir dan Murniati, 2009).

Sel-sel dalam ASI sebagian besar (90%) berupa makrofag yang berfungsi membunuh dan memfagositosis mikroorganisma, membentuk C-3 dan C-4, lisozim dan laktoferin.

Sisanya (10%) terdiri dari limfosit B dan T. Angka leukosit pada kolostrum kira-kira 5000/ml. Dengan meningkatnya volume ASI angka leukosit menurun menjadi 2000/ml (Sidi, dkk 2009).