Apakah nasi putih menyebabkan kegemukan?


Banyak orang ingin menurunkan berat badan dengan menghindari konsumsi nasi putih. Mereka menganggap nasi putih mengandung kalori tinggi yang akan menyebabkan gemuk sehingga orang yang diet sangat anti dengan nasi putih.

Faktanya, nasi putih yang menjadi makanan utama orang Indonesia ini justru bukan penyebab utama kenaikan berat badan atau kegemukan. Lalu jika bukan nasi putih apakah penyebab utama dari kenaikan berat badan yang tidak terkontrol?

Penyebab utama dari kenaikan berat badan yang tidak terkontrol bukan nasi putih. Kenaikan berat badan yang tidak terkontrol terjadi karena ketika asupan energi melebihi pengeluaran energi dari waktu ke waktu. Banyak faktor yang bisa mempengaruhinya, bahkan dari faktor sosial ekonomi. Kenaikan berat badan yang tidak terkontrol terjadi karena ketika asupan energi melebihi pengeluaran energi dari waktu ke waktu. Penelitian menunjukkan bahwa di negara berpenghasilan rendah, individu dengan pendapatan lebih tinggi dan/atau tingkat pendidikan lebih tinggi lebih cenderung kelebihan berat badan karena aksesibilitas terhadap makanan berlebih dan kurang terlibat dalam pekerjaan manual. Mereka mengonsumsi makanan sehat dengan kepadatan energi yang tinggi dalam jumlah yang banyak, namun energi yang dikeluarkan tidak seimbang sehingga mereka cenderung mengalami kenaikan berat badan. Selain itu, faktor lingkungan juga berpengaruh. Jam kerja yang panjang dapat mengakibatkan peningkatan BMI karena berkurangnya waktu untuk berolahraga dan aktivitas fisik. Ini juga dapat mengakibatkan peralihan ke makanan olahan siap saji dan makanan cepat saji daripada makanan buatan sendiri. Jam kerja yang panjang juga dapat menyebabkan berkurangnya jam tidur dan berkontribusi pada penambahan berat badan. Sebuah penelitian di Amerika Serikat memberikan hasil bahwa terdapat hubungan linier antara kurang tidur dan peningkatan BMI. Kurang tidur dapat mengakibatkan ketidakseimbangan hormon (gangguan toleransi glukosa dan peningkatan kortisol nokturnal) dan mempengaruhi fungsi kognitif yang mengarah ke penambahan berat badan yang tidak terkontrol hingga obesitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa kenaikan berat badan yang tidak terkontrol tidak sebatas hanya disebabkan oleh nasi putih. Banyak faktor lain yang tidak kita sadari dapat menimbulkan kenaikan berat badan, terutama faktor makan, olahraga dan tidur.

Referensi

Omer, T. (2020). The causes of obesity: an in-depth review. Adv Obesity Weight Manag Control , 10 (4), 90-94.

Beras adalah salah satu bahan makanan pokok masyarakat Indonesia yang mudah disajikan dan mempunyai nilai energi yang cukup tinggi, sehingga berpengaruh terhadap aktivitas tubuh dan kesehatan. Komposisi umum bahan makanan baik yang berasal dari hewan maupun yang berasal dari tumbuh-tumbuhan terdiri atas protein, lemak dan karbohidrat (Ariyadi & Anggraini, 2010). Olahan beras yang sering kita jumpai pada makanan sehari-hari adalah nasi putih. Nasi putih adalah makanan pokok hasil olahan beras putih yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kandungan nasi putih terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, dan air. Karbohidrat memiliki peran sebagai sumber energi utama bagi manusia untuk melakukan aktivitasnya. Kandungan karbohidrat utama nasi berupa glukosa. Glukosa diperoleh dari hidrolisis pati sekitar 1250 molekul glukosa yang berperan menghasilkan energi dalam tubuh. Bisa dibilang, nasi putih menghasilkan bahan bakar untuk badan kita yaitu berupa kalori.

Berat badan umumnya bertambah ketika kalori yang dibakar tubuh saat beraktivitas lebih sedikit daripada kalori yang masuk dari makanan yang dikonsumsi. Namun selain makanan, ada banyak faktor yang juga memengaruhi metabolisme dan berat badan tubuh. Contohnya seperti stres, Ketika Anda stres, tubuh akan menjadi tegang dan memproduksi hormon yang bernama kortisol. Hormon ini menjadi penyebab utama meningkatnya nafsu makan sehingga membuat Anda dengan mudah menyantap makanan apa pun untuk menenangkan diri. Kemudian juga bisa dipicu oleh kurangnya tidur, gaya hidup yang kurang sehat, konsumsi obat, dan masih banyak lagi. Kesimpulannya, konsumsi nasi putih yang tidak diimbangi dengan pembakaran kalori lah yang bisa menyebabkan kegemukan.

Referensi

Ariyadi, T., & Anggraini, H. (2010). Penetapan Kadar Karbohidrat Pada Nasi Aking yang Dikonsumsi Masyarakat Desa Singorojo Kabupaten Kendal. Semarang: Prosiding Seminar Nasional Unversitas Muhammadiyah.

Novianti, M., Tiwow, V. M. A., & Mustapa, K. (2017). Analisis Kadar Glukosa pada Nasi Putih dan Nasi Jagung dengan Menggunakan Metode Spektronik 20. Jurnal Akademika Kimia, 6(2), 107.

Widhyasari, L. M., Putri, N. L. N. D. D., & Parwati, P. A. (2017). Determination Carbohydrate Level of White Rice in the Rice Cooker Heating Process With Time Variation. Bali Medika Jurnal, 4(2), 115–125.

Sebagai orang Indonesia, nasi menjadi makanan pokok yang menjadi rutinitas untuk dikonsumsi setiap harinya. Bahkan sebagian besar dari mereka tidak akan mengatakan sudah makan, ketika mereka belum mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Berbeda dengan negara lain seperti Eropa yang makanan pokoknya berupa kentang. Sebagian banyak orang mengatakan bahwa nasi menjadi faktor utama penyebab kegemukan, sehingga tidak jarang orang yang melakukan diet menghindari untuk mengkonsumsi nasi putih dan menggantinya dengan beras merah karena mengandung serat yang tinggi sehingga membuat orang akan kenyang lebih lama, dibandingkan dengan mengkonsumsi beras putih.

Peningkatan konsumsi makanan cepat saji (fast food), rendahnya aktivitas fisik, faktor genetik, pengaruh iklan, faktor psikologis, status sosial ekonomi, program diet, usia, dan jenis kelamin merupakan faktor-faktor yang berkontribusi pada perubahan keseimbangan energi dan berujung pada kejadian obesitas (Kurdanti, et al., 2015). Pernyataan tersebut juga didukung oleh Hendra et al., (2016) yang menungkapkan bahwa remaja yang kurang melakukan aktivitas fisik cenderng mengalami obesitas karena kurangnya aktivitas sehingga menyebabkan menumpuknya lemak tubuh yang berlebihan. Selain itu, juga disebutkan pada hasil penelitian yang sama bahwa faktor psikis mempengaruhi terjadinya obesitas pada remaja yaitu 7 orang remaja dengan presentase 14% dari hasil penelitian pada 50 orang remaja obesitas, stress atau mengalami kekecewaan. Sehingga hal ini mempengaruhi peningkatan nafsu makan, gangguan pola makan akibat stress. Selain itu, faktor lingkungan juga mempengaruhi terjadinya ketidakseimbangan antara pola makan dan perilaku makan, terutama dengan adanya perubahan gaya hidup di era modern ini. Contohnya seperti menjurus westernisasi yang berakibat masyarakat merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak dan kolestril, terutama pada makanan siap saji yang dapat meningkatkan resiko obesitas (Mokolensang, et al., 2016)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mengonsumsi nasi bukan satu-satunya faktor yang dapat meningkatkan berat badan, jika porsi makannya diatur dengan baik dan tidak berlebihan. Namun, faktor yang menyebabkan kelebihan berat badan dapat dipengaruhi oleh rendahnya aktivitas fisik, faktor genetik, pengaruh iklan, faktor psikologis, status sosial ekonomi, program diet, usia, dan jenis kelamin.

Sumber

Hendra, Christine. Manampiring, Aaltje E. Budiarso, Fona. 2016. Faktor-Faktor Risiko Terhadap Obesitas Pada Remaja Di Kota Bitung. 4(1)

Kurdanti, Weni. dkk. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Obesitas Pada Remaja. 04(11): 179-190

Mokolensang, Olivia G. Manampiring, Aaltje E. Fatimawali. 2016. Hubungan Pola Makan dan Obesitas pada Remaja di Kota Bitung. 4(1)

Menjadi nasi terpopuler yang dikonsumsi hampir seluruh negara di Asia, nasi putih biasanya dikonsumsi lepas dari kulitnya untuk meningkatkan kualitas nasi. Namun justru banyak nutrisi yang terbuang sehingga menjadikannya hanya mengandung karbohidrat, maka dari itu nasi merah jadi pilihan yang lebih sehat daripada nasi putih. Dalam nasi putih terkandung 112 kalori, 24 gram karbohidrat, 2 gram serat, 1 gram lemak, dan beberapa nutrisi yang sama seperti nasi merah.

Membandingkan nutrisi yang dikandung keduanya, sudah jelas bahwa nasi merah lebih sehat daripada nasi putih. Serat, nutrisi, dan senyawa nabati dalam nasi merah bisa membuatmu kenyang lebih lama dan membuatmu mengonsumsi kalori lebih sedikit, dan banyak riset yang menyebutkan bahwa nasi merah memang bisa membantu menurunkan berat badan.
Menyoal nasi putih, riset-riset yang dilakukan untuk mengkaji kaitan antara konsumsi nasi putih dan naiknya berat badan cukup membingungkan. Beberapa studi menyebutkan bahwa pola diet yang banyak mengonsumsi biji-bijian seperti nasi putih bisa menyebabkan kegemukan dan obesitas.

Sementara studi lainnya menyebutkan tidak ada kaitan antara konsumsi nasi putih dan obesitas. Faktanya, nasi putih malah dikaitkan dengan penurunan berat badan, sehingga dapat disimpulkan bahwa keduanya bisa menjadi menu dietmu.

Nasi putih Nasi putih merupakan salah satu makanan pokok orang Indonesia. Konsumsi nasi di Indonesia sangat tinggi, lebih tinggi daripada sumber karbohidrat lainnya. Sebagai contoh penduduk DKI Jakarta makan nasi setiap hari dengan konsumsi per harinya sebesar 173,3 gram per orang. Di lain sisi, ada juga beberapa orang yang mulai mengurangi konsumsi nasinya.

Nasi sebenarnya sama dengan karbohidrat lainnya, seperti roti, mi, atau pasta. Jadi, sebenarnya bukan nasi yang menyebabkan badan Anda menjadi gemuk. Gemuk pada dasarnya disebabkan oleh jumlah kalori yang tidak seimbang. Artinya, jika memang Anda terlalu banyak makan nasi ditambah dengan konsumsi mi, makanan bertepung, kue, atau makanan manis, tentu kalori dalam tubuh akan menumpuk dan menyebabkan Anda menjadi gemuk.

Pooja Malhotra, seorang ahli gizi di India juga mengatakan bahwa nasi putih sering dikaitkan dengan kenaikan berat badan karena seratnya yang hilang setelah proses pemurnian. Menurut Pooja, satu hal yang membuat orang mengalami kenaikan berat badan adalah porsi makannya yang tidak terkontrol.

Sumber: