Apakah menjadi perfeksionis itu baik untuk self-improvement?

Blockquote
“Kelemahan kamu apa?”
“Waduh, saya orangnya perfeksionis nih, Pak.”

Hai! :wave: Pernah dengar celetukan semacam itu? Nah, kali ini kita akan bahas topik seputar perfeksionis dan self-improvement. Perfeksionis seringkali menjadi kalimat dengan konotasi negatif. Dalam beberapa interview, saya mendapati bahwa orang-orang menyebut perfeksionisme sebagai bagian dari kelemahan dirinya.

Sebelum diskusi lebih jauh, yuk kita sepakati dulu apa sih sebenarnya definisi dari perfeksionis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), perfeksionis adalah orang yang ingin segala-galanya sempurna. Muara dari perfeksionisme dan self-improvement sama-sama merupakan hasil yang “baik”. Perfeksionis menginginkan hasil yang sempurna dan “terbaik”, sementara self-improvement bermuara pada pengembangan diri ke arah yang “lebih baik”.

Lantas, tidak bisakah keduanya dikolaborasikan demi kepribadian yang lebih positif lagi daripada sebelumnya? Eh, tunggu dulu. Orang yang perfeksionis kan cenderung result-oriented. Dari definisinya saja, bisa terlihat bahwa mereka menginginkan segala-galanya berjalan dengan sempurna. Apakah self-improvement yang growth-oriented ini cocok dengan konsep perfeksionisme yang result-oriented?

Yuk kita diskusi! Menurut kamu menjadi perfeksionis itu sebenarnya baik atau buruk sih untuk self-improvement kita?

Catatan: Self improvement atau pengembangan diri adalah segala bentuk tindakan yang diambil untuk meningkatkan kesadaran diri (self-awareness), bakat, kemampuan, keterampilan bahkan kualitas hidup untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.

2 Likes

Menurut ku jikalau improvement itu dari hal yang kita minati dijadikan lebih baik dari sebelumnya.
Sedangkan perfeksionis sedikit mengarah ke jalan yang berbeda dari improvement karena kemungkinan besar mereka akan selalu membuat semuanya menjadi sempurna baik yang diminati maupun tidak.
Correct me if i’m wrong i still learn it:)

1 Like

Pendapat yang baguss! Jadi, menurut kamu karena jalan mereka agak sedikit berbeda, perfeksionisme tidak bisa diselaraskan dengan self improvement ya?

Tolong koreksi kalau penarikan kesimpulanku kurang tepat :hugs:

1 Like

wahh pendapat yang keren. bisa jadi kak Alya orang yg perfeksionis ya? kalau iya kita samaan nih. menurut aku kurang cocok. memang keduanya sama sama memiliki tujuan yang baik. tetapi untuk menjadi lebih baik tidak harus menjadi perfeksionis. karena jika dilihat dari sisi yang berbeda ternyata perfeksionis banyak memiliki kekurangan.
cmiiw

1 Like

Wah, hahaha kebetulan betul ka Rifda. Tapi saya mencoba mengarahkan perfeksionis saya ke arah perfeksionis adaptif seperti yang dijelaskan oleh Profesor Don Hamachek.

Betul sekali nih, kak! Untuk meng-improve diri sebenarnya tidak perlu harus sampai ke tahap yang sempurna. Bahaya juga ya kalau kesempurnaan itu tidak mampu kita capai. Bisa-bisa nanti malah frustasi sendiri dan malas untuk meng-improve diri :cry:

Ok kak saya akan jawab,tapi sebelum ny tolong kak artikel saya juga dikomentari agar kita bisa berdikusi ya.
Link nya : Bagaimana menurutmu antara jurusan IPA dengan jurusan IPS di sekolah?

Ok kak dari pertanyaan kakak "menjadi prefoknis itu sebenarnya baik atau buruk untuk self improvement kita . Jawabannya bisa postif dan bisa negatif.

Postif: dalam hal prefoknis itu ingin menjadi sempurna ya kak. Menjadi lebih baik dan yg terbaik lah. Nah kalau hubungan ny dgn improvement ya tentu dgn sifat prefoknis kita akan menjadi semakin giat untuk melatih dii kita menjadi lebih baik dan bagus. Seperti hal ny dalam menyanyi. Kk ingin memiliki suara yg merdu dan indah. Maka kk pun melatih ny agar mendapat hasil yg diinginkan. Dan upaya ny agar menjadi penyanyi terkenal tentu berawal dari sikap prefoknis yg ingin sempurna…

Negatif :coba deh kak kk bayangkan,gimana nti ny org ny tingggi sifat prefoknis ny sehinga dia menjadi org keras kepala dan ingin selalu menang,serahkah dan ingin segala gala ny untuk diri ny sendiri. Nah jika digabungkan dgn improvement. Tentu dia bisa mencapai dgn upaya dari sifat prefoknis. Tapi jika krn terlalu semangat untuk sempurna,sehingga dia kehilangan kendali diri sehingga membuat ny jadi org dengki,serakah,dan ingin segala gala ny bahkan dunia ini dia yg punya… jadi kayak menjadi sifat raja dan mempijak org lemah… tentu ini adalah negatifnya… contoh ya kak saya ambil dari drama korea penthouse. Kita tau sendiri itu adalah drama org dajjal /kumpulan org yg serakah dgn harta dan kekayaan. Dan tentu itu mula nya dari sifat profeknis. Sehingga demi mencapai tujuan ny dia rela bunuh org dan mengadu domba. Kakak bisa lihat sendir lah atau coba nonton drama korea penthouse. Disini akan digambarkan org yg memiliki sikap profeknis …

Ok kak itu pendapat saya. Tolong kak artikel saya dikomentari. Biar kita bisa diskusi.

Bagaimana menurutmu antara jurusan IPA dengan jurusan IPS di sekolah?. @alya_amani.

5 Likes

Menarik! Hm, jadi ada dua sisi ya kak yang kakak paparkan barusan. Tapi, kecenderungan kakak kira-kira ke arah mana nih? Just curious :grin:

Kalaau dilihat dari zaman skrg ya kak. Aku melihat org menyalagunakan sifat perfeksionis. Atau bisa dibilang sifat perfeksionis yg berlebihan. Dan setiap yg berlebihan itu tidak baik… contoh ny aja penggambaran di drama penthouse ya kak.

Ih asik. Aku belum nonton nih drama penthouse. Tapi, kalau dari gambaran yang kakak ketik, sifat yang ada di drama tersebut lebih mengarah ke “serakah” bukan sih kak? Ah, tapi kadang tipis-tipis sih ya. Perfeksionisme bisa menjelma menjadi negatif jikalau berlebihan.

1 Like

Heheh iya kak. Tolong artikel ku juga di komentari ya :pray:t2::pray:t2::pray:t2::pray:t2::pray:t2::pray:t2::pray:t2:… biar sama sama saling berdiskusi kita kak.

1 Like

Pefeksionis bisa jadi penghalang bagi self-improvement ketika sifat tersebut membuat orang merasa enggan untuk gagal dan melakukan kesalahan. Yang saya maksud di sini, proses pengembangan diri adalah proses belajar di mana manusia mencoba memperbaiki area-area di luar keahliannya selama ini, ataupun merambah ke hal-hal baru yang belum pernah dicoba sebelumnya. Tentu ada resiko kegagalan di sana. Apabila sifat perfeksionis seseorang membuatnya enggan mencoba karena tidak mau menanggung resiko kegagalan maka sifat tersebut dapat menghalangi perkembangannya.

2 Likes

Tidak setuju Unnie. Tapi kalo kata Perfect nya di ubah jadi Professional maka saya setuju
Karena saya minim ilmu psikologi saya tidak bisa juga sebenarnya mengatakan tidak setuju.

Bisa jadi pada sebagian orang menjad self-improvement

2 Likes

Menurut saya perfeksionis itu jatuhnya adalah kesempurnaan. Sedangkan self improvement berarti kita harus mengembangkan diri menjadi lebih baik. Bagaimana kita bisa membuat perkembangan di dalam diri kita tentunya tidak melalui jalan yang lansung sempurna. Kita perlu belajar dan berproses. Perfeksionis bisa kita lakukan ketika kita telah melewati masa pengembangan. Sekian pendapat saya mohon maaf bila ada kesalahan. Ditunggu diskusinya di topik ku ya kak. Terimakasih :wink:

2 Likes

Pendapat yang bagus! Terima kasih sudah berpendapat :hugs:

Benar sekali. Apabila perfeksionisme malah membawa seseorang untuk tidak mau mencoba hal baru karena anti akan kegagalan, hal tersebut justru berdampak buruk bagi perkembangan dirinya.

Tapi, saya ingin bertanya nih mas. Dalam pandangan mas Wisanggeni, sebenarnya diksi perfeksionis ini sifatnya netral atau memang cenderung negatif?

Wah wah, menarik. Bagaimana kak maksudnya? Kalimat yaang mana yang kaka rasa perlu diganti?

Tidak apa-apa kak. Mari berpendapat :hugs:

1 Like

Menarik sekali ini :grin: Jadi, menurut ka @julyyesther, perfeksionisme bisa kita terapkan setelah kita benar-benar melewati masa pengembangan itu ya.

Nah, selanjutnya menurut ka @julyyesther, apa indikator yang harus dicapai untuk membuktikan bahwa seseorang sudah cukup ‘berkembang’ sehingga ia sudah layak untuk menjadi perfeksionis?

Hai Kak Alya, ini artikel yang sangat menarik bagi saya, karena sebelumnya saya tidak pernah terpikirkan tentang hal ini :grinning_face_with_smiling_eyes:

Menurut saya, sifat perfeksionis ini bagus-bagus saja untuk diterapkan, tetapi bukan untuk self-improvement. Kenapa? Karena setahu saya, orang yang perfeksionis akan terfokus hanya pada satu hal saja (atau bisa kita sebut sebagai hasil dari prosesnya) dan cenderung tidak memerhatikan hal lain serta mencoba hal baru.

Sifat ini juga cenderung membuang-buang waktu dan tenaga, menurut saya. Waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk mencoba hal lain, bisa saja malah digunakan hanya untuk ‘mempoles’ hasil yang sebenarnya sudah terselesaikan dengan baik.

Sedangkan dalam self-improvement sendiri menurut pemahaman saya, kita harus berani merubah diri, pola pikir, maupun cara kerja. Karena seperti yang sudah Kak Alya sebut di atas tadi, bahwa self-improvement itu growth-oriented, yang mana prosesnya itu lah bagian yang paling penting :grinning_face_with_smiling_eyes:

Jadi, menurut saya sifat ini tidak cocok dikolaborasikan dengan self-improvement. Karena dalam merubah diri, kita tidak bisa hanya terpaku menyempurnakan satu hal dengan cara lama. Kita harus improve dan tanamkan dalam diri bahwa ‘Terselesaikan saja lebih baik dari pada menjadi sempurna.’ :grinning_face_with_smiling_eyes:

2 Likes

Wah, luar biasa sekali ka pendapatnya! Terima kasih banyak ya sudah berpendapat :grin:

Masuk akal ka. Benar bahwa mengembangkan diri tidak harus menyempurnakan hasil. Tapi bagaimana pendapat kaka jikalau ternyata hal yang dicoba untuk disempurnakan tersebut memang merupakan passion dari si perefeksionis ini tadi? Sehingga dia memang merasa bahwa dia tidak perlu berkelana mencoba berbagai hal baru karena dia sudah menemukan titik fokusnya yang ingin ia dalami. Maka karena fokusnya di situ, dia hanya mempoles bidang tersebut dan selalu berupaya menyempurnakan apa yang ia kerjakan. Bagaimana pendapat kak Okatviasr?

Wah, pertanyaannya menarik sekali :grinning_face_with_smiling_eyes: Tetap, menurut saya menjadi perfeksionis secara terus menerus juga kurang baik untuk kedepannya, karena dalam menjadi perfeksionis untuk passionnya sendiri pun harus diperlukan pemahaman untuk menerima bahwa kita dapat gagal kapan saja. Sedangkan orang yang memiliki sifat perfeksionis biasanya mudah merasa terpukul dan menjadi unmotivated jika ada kesalahan kecil saja terjadi dalam hidupnya :grinning_face_with_smiling_eyes:

1 Like

Sebenarnya tergantung orang-orang di sekitar dia memberlakukan dia seperti apa… ada orang yang suka dan cocok dengan orang yang perfeksionis ada juga orang yang terganggu dengan orang yang perfeksionis. Positif negatif ditentukan dari persepsi orang lain itu sendiri. Menurut saya, karakter perfeksionis ini diperlukan dalam hal pekerjaan karena sangat membantu untuk melakukan evaluasi.

Berbeda hal nya dalam mendidik anak, karakter perfeksionis ini tidak seharusnya ada ketika mendidik seorang anak, karena kita menghadapi anak yang masih di usia belia, usia di mana anak masih belum mengetahui benar dan salah. Maka dari itu memang harus pelan-pelan dalam membenarkan kesalahan anak dan perlunya sikap menerima kesalahan dari anak itu sendiri. Kita tidak diperkenankan menyalahkan secara terus menerus. Karena di usianya dia belum bisa mengontrol dirinya dan menyesuaikan hal yang benar dan salah.

Maka karakter perfeksionis ini harus ditempatkan sesuai pada tempatnya…