Apakah Menjadi Mahasiswa Kupu-Kupu Menghambat Kesuksesan?

kupu

Mahasiswa “kupu-kupu” yang merupakan singkatan dari kuliah-pulang-kuliah-pulang. Kebanyakan persepsi tentang “kupu-kupu” melekat pada mahasiswa yang tertutup terhadap suatu hal yang bersangkutan dengan dunia kampus, bahkan ada yang menganggap mereka kurang berkembang karena tidak aktif dalam lingkup kampus.

Tapi mernurut Youdict apakah benar mereka seperti itu? Pernahkah kamu menemukan mahasiswa kupu-kupu yang sukses entah dalam bidang akademik ataupun aktifitas diluar kampus?

1 Like

Menjadi mahasiswa kupu kupu tidak akan menghambat kesuksesan jika kamu adalah Rafathar. Namun jika kamu orang biasa, maka kembali lagi kepada diri masing-masing. Hal apa yang dia lakukan atas waktu luangnya? Jika itu hal produktif serta bermanfaat bagi dirinya dan masa depannya, maka tidak masalah menjadi mahasiswa kupu-kupu.
Contoh yang sukses sebenarnya banyak, mereka yang ‘tampak’ tidak kelihatan di jurusannya tetapi dia fokus di akademik serta di kegiatan luar kampusnya sehingga dapat menunjang pengalaman serta kompetensinya.

Menurutku nggak ada salahnya dengan mahasiswa kupu kupu, banyak juga teman seangkatan yang memilih untuk tidak ikut organisasi sana sini tetapi lebih memilih fokus ke adakemik. Dan itupun ada hasilnya, mereka bisa ikut lomba di bidang yang disenangi, mengejar beasiswa, dan tentu ipk nya bisa sesuai target. Selain itu, mereka yang tidak aktif di kegiatan kampus belum tentu tidak aktif pula di kegiatan luar. Salah satu temanku yang termasuk mahasiswa kupu kupu, bisa mengembangkan dirinya dengan ikut ajang ke-duta-an , modelling, menjalankan bisnis, dan ada juga yang jadi content creator. Mungkin jika di dalam kampus kurang bisa menampung bakat mereka, sehingga mereka memilih berdiri sendiri dan memulai apa yang mereka senangi. Jadi, jangan beranggapan bahwa mahasiswa kupu kupu adalah mahasiswa yang kurang bisa berkembang. Kita semua memiliki jalan dan cara sendiri untuk meng upgrade kemampuan dan skill yang kita punya.

Pernah, dia adalah teman saya sendiri. Dia memang tidak megikuti organisasi di internal kampus atau bahkan bisa disebut dia adalah mahasiswa Kupu-kupu, namun dia aktif mengikuti berbagai kompetisi karya ilmiah di eksternal kampus. Bahkan banyak teman-teman organisatoris yang iri dengan dia karena memiliki kesempatan explore kemampuan di bidang kepenulisan lebih banyak.
Menurut pandangan saya, alasan mengapa seseorang pada akhirnya memilih menjadi mahasiswa Kupu-Kupu adalah tergantung dengan maping goals nya. Jika salah satu goalsnya adalah mengikuti atau menjuarai beberapa lomba, mungkin ia akan memutuskan untuk tidak mengikuti organisasi, dengan alasan mengikuti organisasi akan menambah beban tanggung jawabnya yang mungkin akan menyita waktu dan akan menganggu fokusnya dalam bidang akademik. Jadi, mahasiswa kupu-kupu tidak melulu identik dengan orang malesan, orang mageran , mereka memilih jalan mereka sendiri, mereka tahu apa yang harus mereka lakukan dan bukankah setiap orang ingin bertumbuh dan berkembang dengan layak? Jadi anggapan mahasiswa kupu-kupu kurang berkembang ini tidak bisa dipukul rata

Saya setuju banget sama pendapat kak Dina memang setiap orang mempunyai tujuan masing-masing. Tujuan itu yang membuat mereka memilih jadi mahasiswa kupu-kupu. Sebenarnya tidak menghalangi kesuksesan cuma mungkin mahasiswa kupu-kupu ingin lebih menikmati proses mereka menggapai keinginan mereka tanpa mengikuti kegiatan lain seperti organisasi. Banyak mahasiswa kupu-kupu yang saya kenal mereka bagus di bidang akademik maupun skill mereka sendiri seperti fotografi, desain atau mereka memang punya usaha sendiri yang mau tidak mau menjadikan mereka mahasiswa kupu-kupu.

Pada saat aku di semester 1, aku termasuk mahasiswa kupu-kupu. Dimana kerjaan aku sehari-hari cuman kuliah, lalu pulang ke kostan. Dan di kostan kerjaanku cuman nyuci, beberes, nonton drakor, ngerjain tugas, kadang suka main sama temen. Setelah dipikir-pikir, aku ngerasa “kok keseharian aku gini-gini aja ya, gaada hal yang aku dapat, dan aku gaada perkembangannya”. Untuk itu pas aku menginjak semester 2 aku memutuskan untuk coba ikut organisasi, dan menurut aku banyak banget manfaat yang aku peroleh dari kegiatan organisasi tersebut.

Nah, dari cerita aku diatas yang masi jadi maba, itu menunjukkan mahasiswa kupu-kupu yang salah, yang tidak mau maju ataupun berkembang. Berbeda halnya dengan mahasiswa kupu-kupu yang pulang memiliki tujuan yang baik, seperti menghabiskan waktunya untuk belajar, mengembangkan skill yang ia punya, mengikuti berbagai kompetisi di luar, berbisnis, berinvestasi, ataupun malamnya memiliki shift untuk kerja. Jadi gak semua mahasiswa kupu-kupu itu salah dan menghambat kesuksesan ya, karena tergantung mahasiwa kupu-kupu yang seperti apa.

Menurutku mahasiswa kupu-kupu ataupun mahasiswa kura-kura (kuliah rapat-kuliah rapat) bisa sama-sama sukses. Bergantung pada “fokus” kegiatan yang mereka lakukan. Bagi kupu-kupu, mungkin setelah mereka pulang, mereka bisa melakukan kegiatan produktif lainnya seperti belajar, mencicil tugas, melakukan hobi, atau mungkin bekerja sampingan agar bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Dengan begitu, tentunya mereka bisa menambah ilmu, memperoleh pengalaman, mendapatkan tambahan uang jajan, bahkan bisa memperbanyak relasi di dunia kerja. Bagi kura-kura, mereka bisa mendedikasikan sebagian besar waktunya dalam kepanitiaan dan organisasi yang mereka ikuti. Mereka bisa saling bertukar pikiran, melatih untuk berpikir kritis, mencari relasi & pengalaman, dan sebagainya. Jadi, sebenarnya setiap mahasiswa bisa sukses dengan pilihannya masing-masing, asalkan mereka sudah menekuni pilihan mereka tersebut dengan maksimal. Namun, perlu diingat, entah kalian kupu-kupu atau kura-kura, jangan tinggalkan perkuliahan kalian ya!

Sama seperti pendapat teman-teman diatas, bahwa mahasiswa kupu-kupu belum tentu menghambat kesuksesan. Menurut saya, baik mahasiswa kupu-kupu maupun mahasiswa kura-kura bisa menemukan kesuksesan mereka masing-masing sesuai dengan tujuan mereka. Mahasiswa kupu-kupu mungkin dianggap berbeda dengan mahasiswa kura-kura, tetapi kita perlu tahu bahwa setiap orang memiliki goals mereka sendiri-sendiri. Bisa saja, mereka kupu-kupu tetapi belajar usaha, mempelajari skill baru, mengambil les, dan berbagai hal lainnya. Begitu juga dengan mahasiswa kura-kura yang memiliki goals sendiri juga. Dengan demikian, mahasiswa kupu-kupu belum tentu menghambat kesuksesan.

Namun, perlu dilihat juga, mahasiswa kupu-kupu seperti apa. Seperti pengalaman yang telah dibagikan oleh kak @najmafa, bahwa mahasiswa kupu-kupu juga ada macamnya. Mahasiswa kupu-kupu yang ada tujuan atau tidak. Jadi, perlu untuk mengerti bahwa mana tujuan kita dan bagaimana cara mencapainya.

MENURUT OPINI SAYA TERKAIT " APAKAH MENJADI MAHASISWA KUPU - KUPU MENGHAMBAT KESUKSESAN"?

Apakah Mahasiswa Kupu-Kupu bisa Sukses? Pertanyaan ini bisa jadi pernah terlintas di benakmu. Sejujurnya saya pun pernah.

  • Selama ini mahasiswa kupu-kupu selalu dekat dengan IMAGE susah cari kerja dan sulit sukses. Tidak seperti tipe mahasiswa lainnya terutama mahasiswa kura-kura yang punya nilai tambah dalam proses perekrutan karyawan. Mahasiswa kupu-kupu atau kuliah-pulang dinilai akan sulit mendapatkan pekerjaan karena banyak tempat kerja lebih suka merekrut mahasiswa kura-kura atau kuliah-rapat.

  • Ada banyak motif mengapa seorang mahasiswa memilih untuk tidak terlibat aktif di organisasi atau komunitas. Setelah mengikuti materi di kelas, ia akan segera pulang. Begitulah rutinitasnya sebagai mahasiswa. Ia tidak ikut organisasi dalam kampus maupun luar kampus. Kehidupannya cuma berkutat antara kampus dan rumah.

LALU JAWABAN MENURUT SAYA :

Tidak apa. Tidak ada salahnya menjadi mahasiswa kupu-kupu. Meskipun banyak yang melabeli bahwa mahasiswa tipe ini adalah mahasiswa pasif dan kuper tapi mahasiswa kupu-kupu tetap memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh mahasiswa kura-kura.

Anggapan bahwa mahasiswa kupu-kupu sulit mencari kerja dan sukses nyatanya tidak sepenuhnya terbukti. Para pencari kerja tetap mempertimbangkan mahasiswa kupu-kupu. Ini persoalan penempatan posisi kerja. Baik mahasiswa kura-kura maupun mahasiswa kupu-kupu akan berkontribusi dengan baik apabila ditempatkan di posisi yang sesuai dengan kelebihan mereka.

Mahasiswa kupu-kupu biasanya dikenal sebagai mahasiswa yang pintar secara akademik. Ia tidak disibukkan dengan kegiatan lain di luar pembelajaran di kelas. Ia fokus untuk belajar selama kuliah. Tak jarang IPK mereka tinggi-tinggi.

Selain itu mahasiswa kupu-kupu cukup baik saat melakukan pekerjaan yang detail. Keunggulan inilah yang membuat daya tawar mahasiswa kupu-kupu masih cukup kuat. Kemungkinan mereka sukses sama besarnya dengan mahasiswa kura-kura.

Jadi, kamu yang tergolong mahasiswa kupu-kupu tidak perlu berkecil hati. Yang terpenting adalah fokus pada pengembangan diri. Mahasiswa kupu-kupu memang tidak aktif berorganisasi tapi bisa jadi mereka melakukan kegiatan lain yang bermanfaat.

Setiap orang itu punya tujuan hidupnya masing-masing. Ada yang sebagai mahasiswa ia ingin memperoleh cumlaude sehingga memutuskan untuk tetap fokus pada bidang akademiknya, ada pula mahasiswa yang ingin memperoleh pengalaman dan mengembangkan soft skill atau hard skill nya dengan mengikuti organisasi di kampus. Hal ini tergantung dari tujuan yang ingin mereka capai. Maka kita tidak bisa mengatakan bahwa mahasiswa kupu-kupu akan terhambat dalam mencapai kesuksesannya atau mahasiswa kura-kura (kuliah-rapat-kuliah-rapat) dapat lebih mudah untuk memperoleh kesuksesannya. Terkecuali mahasiswa yang tidak memiliki keinginan atau motivasi dalam meningkatkan kualitas dari dirinya, mungkin hal ini dapat berpengaruh dalam mencapai mimpinya.

Ketika sebelum pandemi, saya termasuk mahasiswa yang kupu-kupu karena saya tidak tertarik dengan aktivitas di luar jam kuliah yang ada di kampus (organisasi, kepanitiaan, volunteer, dll). Untuk persepsi tentang tidak berkembangnya mahasiswa kupu-kupu saya kurang setuju, seperti pendapat teman-teman di atas. Menurut saya setiap mahasiswa punya pilihan untuk berkembang dengan cara yang berbeda. Saya percaya bahwa dengan aktivitas saya yang mayoritas di kosan, setidaknya saya belajar atau ngulik tentang hal-hal baru, bukan bermalas-malasan. Beberapa orang yang saya kenal pun cukup terlihat sukses dengan menerapkan kupu-kupu. Mengasah skill tidak perlu di dalam kampus, tapi juga bisa di luar kampus. Tidak sedikit mahasiswa yang berkuliah sambil bekerja, sambil buka usaha, ataupun kegiatan positif lainnya. Selama tidak menjadi mahasiswa malas, menurut saya kupu-kupu juga dapat berkembang seperti mahasiswa lainnya.

Saya merupakan mahasiswa yang kupu-kupu namun pada semester 3 saya memberanikan diri untuk ikut kepanitiaan dan rasanya cukup menyenangkan memiliki kegiatan dan tidak langsung pulang ke kostan hanya untuk rebahan.
Saya memiliki teman yang sama kupu-kupu seperti saya yang sukses dalam aktifitas diluar kampus namun akademiknya juga tidak hancur. Dia memiliki sebuah bisnis yang dibangun bersama orang tuanya dan bisnis tersebut yang membuat dia menjadi kupu-kupu, jadi sehabis kelas dia biasanya langsung pulang atau hanya makan siang bersama sebentar dan langsung pulang.
Dari pertanyaan di atas apakah menjadi mahasiswa kupu-kupu menghambat kesuksesan menurut saya tidak semua mahasiswa kupu-kupu merupakan orang yang gagal atau tidak dapat sukses, semuanya balik pada diri masing-masing apa yang kita lakukan di dalam dan di luar kampus.

Aku sendiri mahasiswa kupu-kupu, tapi masih ikut beberapa kepanitiaan. Aku punya alasan sendiri sih, soalnya jarak antar kampus dan rumah itu jauh, bisa menghabiskan waktu 2 jam, apalagi kalau rush hour.

Kalau ditanya kurang berkembang atau tidak, aku bisa jawab iya. Dalam artian pertemanannya kurang luas karena tidak ada akses kan untuk berkenalan dengan luar circle. Pengalaman pun bisa dikatakan kurang juga, karena merasa waktu dalam satu hari selalu cepat berlalu, sehingga tidak sempat untuk melakukan aktivitas lain. Kalau tertutup, aku bisa bilang aku belum pernah ketemu orang yang bener-bener gak punya teman dekat atau inner circle, setidaknya di kampusku. Jadi kalau tertutup pada hal yang bersangkuran dengan dunia kampus, kayanya enggak deh, kita atau mereka masih denger kalau ada berita-berita penting di kampus atau bahkan gosip gak penting.

Terus kalau ditanya apakah menghambat kesuksesan? Gak bisa diprediksi sih sampai sekarang belum liat hasilnya, Tapi dari logika sih, enggak menghambat kesuksesan, tapi mungkin bisa jadi penghambat dalam mencari kerja.