Apakah memamerkan ibadahnya di sosial media termasuk riya' (sombong)?

Riya ibadah

Manusia di dunia setiap hari pasti akan terus berkembang, ada yang menjadi manusia yang lebih baik dan ada pula manusia yang semakin buruk. Apakah orang yang berkembang secara baik dalam artian Ia mempunyai harta berlimpah, dermawan, rajin ibadah, dll. Tetapi selalu memamerkan apa yang telah Ia lakukan di sosial media sehingga menimbulkan sifat sombong. Apakah hal itu termasuk riya’? apakah hal tersebut dosa? Jika ya, jelaskan mengapa hal tersebut riya’ dan berdosa!

Melakukan kebaikan, baik ibadah maupun sedekah dan lain lain dengan maksud agar dilihat dan dipuji oleh orang lain, tidak semata mata karena Allah SWT termasuk perbuatan riya (pamer).

Dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surat Al Maa’uun bahwa orang yang riya akan celaka.

1 Like

Jika dalam suatu kasus sesorang remaja bersedekah tetapi, saat bersedekah dia ‘belum bisa’ menghilangkan rasa riya’-nya, apakah remaja tersebut harus berhenti bersedekah sampai dia bisa menghilangkan sifat riya’ nya? atau dia tetap bersedekah walaupun itu riya’?

Karena menurut saran dari guru saya tetap lanjutkan ibadah itu karena jika sudah terbiasa melakukan ibadah/sedekah secara rutin lama-lama sifat riya itu menjadi tidak ada. Bagaimana saran anda?

1 Like

Kalau menurut saya pribadi, memang benar pendapat dari guru anda karena saya sendiri pernah mengalami yang seperti itu. Pada awalnya saya beribadah juga ada rasa riya. Namun pada akhirnya saya akhirnya melakukan ibadah tersebut dengan ikhlas karena Allah SWT.
Untuk tidak riya memang diperlukan kesadaran dari diri sendiri. Dan jikalau kita melihat atau menjumpai orang lain yang berbuat riya hendaknya menasehatinya

2 Likes

Kata riya berasal dari bahasa Arab Arriyaa’u yang berarti memperlihatkan atau pamer, yaitu memperlihatkan sesuatu kepada orang lain, baik barang maupun perbuatan baik yang dilakukan,dengan maksud agar orang lain dapat melihatnya dan akhirnya
memujinya. Kata lain yang mempunyai arti serupa dengan riya ialah sum’ah. Kata sum’ah berasal dari bahasa Arab Assum’atu atau Sum’atun yang berarti kemasyhuran nama, baik sebutannya. Orang yang sum’ah dengan perbuatan baiknya, berarti ingin mendengar pujian orang lain terhadap kebaikan yang ia lakukan. Dengan adanya pujian tersebut, akhirnya masyhurlah nama baiknya dilingkungan masyarakat.

Riya muncul akibat kurang iman kepada Allah dan hari akhirat serta ketidak jujuran menjalankan agama. Ia beribadah kerana ingin dipandang sebagai orang taat dan saleh. Sikap riya sangat merugikan karena kebaikan dan ketaatan yang dilakukan tidak bernilai di sisi Allah. Macam-macam riya sebagai berikut:

  • Riya dalam niat
    Maksudnya adalah berniat sebelum melakukan pekerjaan agar pekerjaan tersebut dipuji oleh orang lain. Padahal niat sangat menentukan nilai suatu pekerjaan. Jika pekerjaan baik dengan niat karena Allah, maka perbuatan itu mempunyai nilai di sisi Allah, dan jika perbuatan itu dilakukan karena hal lain seperti ingin mendapat pujian, maka perbuatan itu tidak memperoleh pahala dari Allah SWT.
  • Riya perbuatan
    Contoh perbuatan ini seperti ketika akan mengerjakan shalat, seseorang akan tampak memperlihatkan kesungguhan dan kerajinan, namun alasannya takut dinilai rendah dihadapan guru dan orang lain. Dia melaksanakan shalat dengan khusuk dan tekun disertai harapan dan mendapat perhatian, sanjungan, dan pujian dari orang lain. Orang yang riya dalam shalat akan celaka.