Shalat menjadi istilah yang dipakai oleh syara’ sebagai perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu.
Shalat dengan maksud seperti ini menjadi lazim dimengerti oleh penganut agama Islam karena merupakan aktifitas yang harus dilaksanakan setiap hari sebanyak lima kali. Ketika kita shalat diucapkan secara mutlak tanpa ada batasan-batasan. Mereka memahaminya sebagai suatu aktifitas tertentu dengan aturan spesial yang telah dilegalakan oleh syara’, bukan mengartikan sebagai doa, sebagaimana dijelaskan di atas.
Padahal arti shalat dengan doa merupakan arti haqiqah, arti yang pertama kali digunakan.
Hakikat dan rahasia shalat berdasarkan kitab Asrâr ash-Shalah dan kitab Ihya ‘Ulumiddin, antara lain :
Khusyuk, artinya tetap anggota tubuh dari gerakyang sia-sia dan tetap hati menghadap kepada Allah SWT.
Khudhu’ diartikan Abdurrahman dengan merendahkan dan menghinakan dirikepada Allah SWT
Hudhur menurut Abdurrahman artinya hadir hati serta Allah SWT atau tidakberpaling kepada sesuatu yang lain dalam mendirikan shalat, sedangkan kehadiran hati yang dimaksud al-Ghazali adalah kosongnya hati dari sesuatu yang tidak berhubungan dengan apa yang dikerjakan atau diucapkan.
Ta’zhim dalam kitab Asrâr ash-Shalah artinya membesarkan Allah SWT dalam shalat. Adapun dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin, ta’zhim adalah perasaan yang ditimbulkan dari pengagungan akan kebesaran Allah SWT dan keyakinan tentang kehinaan serta kerendahan diri yang tunduk dan dikuasai Tuhan.
Haya’ diartikan Abdurrahman sebagai malu kepada Allah SWT karena kurangnya menunaikan hak Allah SWT dengan sebenar-benar menunaikan.
Khauf diartikan Abdurrahman dengan takut akan murka Allah SWT dan siksa-Nya serta takut tidak diterima amalnya karena banyaknya dosa dan kurangnya menjauhi larangan-Nya.
Raja’ artinya harap akan rahmat dan ampunan Allah SWT serta diterima amalnya.
Haibah menurut kitab Asrâr ash-Shalah artinya gemetar dan takut akan kekerasan-kekerasan Tuhan pada hambanya, sebab terkadang ditolaknya amal karena kurang adab kepada Allah SWT. Menurut al-Ghazali, haibah merupakan rasa takut yang disertai ta’zhim, maksudnya rasa takut yang bersumber dari pengagungan.
khlas artinya bersihnya amal kepada Allah SWT. Al-Ghazali menyebut ikhlas dalam kesempurnaan niat seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Tadabbur lil qira’ati diartikan Abdurrahman artinya dengan memikirkan dan menyuarakan bacaan yang dibaca dalam shalat sehingga makna bacaan itu didapat. Dalam menjelaskan hal ini, al-Ghazali membagi tiga golongan manusia dalam mentadabburkan bacaan shalat yakni orang yang mengucapkan secara lisan tetapi hati lalai, orang yang mengucapkan secara lisan dan hatinya mengikuti lisannya, dan orang yang hatinya terlebih dahulu memahami makna bacaan kemudian lisan mengikuti.
Munajatun lillahi diartikan Abdurrahman dengan makna berkata dan menghadap dengan ruh dan sirr kepada Allah SWT. Munajatun lillahi adalah sebesar-besar rahasia batin shalat. Al-Ghazali menyebut bahwa shalat adalah munajat
Hakekatnya sholat itu “mencegah fasik dan munkar”, adanya di dalam Qur’an, sedangkan syari’atnya adanya dalam hadits.
Akan saya jabarkan maknawiah dari setiap gerakan sholat, yang sebenarnya perintah sholat itu timbulnya dari “bahasa nurani”, lalu dimanifestasikan dalam simbol2 gerakan2 lahiriah, dari batin menuju lahir.
Sholat itu tentang hidup yang benar, hidup yang benar itulah yang bisa mencegah fasik dan munkar.
Berdiri itu maknanya teguh dan tegak pendirian, kokoh dan kuat keyakinan, adil tidak miring sebelah, jujur apa adanya. Hendaknya seperti itulah kita hidup. jangan krn itu musuh atau bukan golonganmu lalu kamu bersikap “tidak adil”, jangan krn org itu kamu benci lalu kamu bersikap “tidak jujur”.
Rukuk itu maknanya tawadhu’, rendah hati dan tidak bersikap menyombongkan diri, tidak congkak dan merasa lebih dari orang lain.
Sujud itu artinya tunduk dan patuh, yaitu tunduk dan patuh terhadap semua hukum-hukum-NYA, ketetapan-ketetapan-NYA, menerima semua apa adanya.
Duduk itu maknanya sabar, bahwa dalam hidup ini akan ada banyak ujian dan rintangan, hendaknya tetap bersabar, dan qona’ah, menerima setiap ketetapanNYA dengan ikhlas.
Salam tengok kanan kiri itu maknanya, bahwa engkau harus peka terhadap lingkunganmu dan selalu mengamat-amati kanan kirimu (sekitarmu), diantara orang2 lain itu mungkin ada yang membutuhkan uluran tanganmu, ketika engkau mampu, maka bantulah saudara2mu, sesamamu, ulurkan tanganmu.
Itulah hakekatnya sholat. Ini saya terangkan agar jangan sampai fawailul lil mussholiin (celakalah orang-orang yang sholat), celaka karena sekedar syari’atnya saja namun jauh tak mengenali hakekatnya sholat itu adalah “lakunya hidup” ini sendiri, itulah sholat yang bisa mencegah fasik dan munkar.
Kan kita lupa tujuannya sholat adalah sembayang, merendah, merunduk, gak merasa tinggi, ya tapi kalo masih ada yang pendendam, iri, hasat, ujub, riya, sampe memfitnah dan seterusnya, berarti ada yang salah dengan sholatnya. Sholat hanya perkara 5 waktu yang wajib saja di kerjakan