Apakah makan tiga kali sehari ideal untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh?

Apakah makan tiga kali sehari ideal untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh ?

1 Like

Ternyata, makan tiga kali awalnya berasal dari kebiasaan masyarakat Eropa yang pada akhirnya menjadi pola makan dunia baru. Itu sebabnya, dalam konteks kebiasaan, pola makan tiga kali dalam sehari ini tidak lepas dari kebiasaan yang dibentuk oleh masyarakat pada era terdahulu.

Revolusi Industri di Inggris pada pertengahan abad 19 mengubah masyarakat menjadi lebih modern. Salah satu ciri kemodernannya ini adalah terciptanya gaya hidup yang terstruktur alias berpola. Tidak terkecuali dengan urusan makan. Saat itu, para pekerja dipatok jam kerja yang ketat, maka mereka membiasakan sarapan untuk mengisi tenaga sepanjang hari. Semua pekerja melakukannya tanpa kecuali, bahkan atasan mereka pun ikut menerapkanya.

Penelitian menunjukkan bahwa makan tiga kali sehari tidak bisa menjadi acuan bahwa kebutuhan gizi dalam tubuh itu terpenuhi. Konsep makan tiga kali sehari ternyata dianggap tak ada hubungannya dengan kebutuhan metabolik yang sesungguhnya. Faktanya, patuh makan tiga kali sehari, sarapan, makan siang, dan makan malam bisa berpotensi membuat kita justru jadi sakit.

Penelitian yang dilakukan oleh University of Bath tahun 2014 lalu dinilai tak memiliki efek pada metabolisme tubuh. Orang yang rajin sarapan memang membakar kalori lebih banyak daripada yang tidak sarapan. Akan tetapi, jumlah kalori bersih yang dikonsumsinya sama karena orang yang sarapan akan membakar kalori ekstra dari makanan yang disantap saat sarapan. Tak hanya itu, penelitian di University of Alabama menyatakan bahwa sarapan juga tak berpengaruh pada kesuksesan diet.

Studi yang dilakukan tahun 2010 lalu dakam British Journal of Nutrition melakukan penelitian terhadap satu kelompok orang. Mereka dibagi dua menjadi kelompok yang makan tiga kali sehari dan lainnya enam kali sehari. Nyatanya, peneliti tidak menemukan perbedaan berat badan dan metabolisme hormonal yang berbeda di antara keduanya. Tahun 2014 lalu, peneliti dari Universitas Warwick juga mengatakan tak menemukan adanya perbedaan metabolisme tubuh antara perempuan yang makan dua kali sehari dan lima kali sehari.

Daripada terobsesi dengan jumlah dan frekuensi makan sepeti yang sudah membudaya dalam masyarakat saat ini, Ochner merekomendasikan gaya makan yang lebih sederhana. Jangan makan ketika itu waktunya untuk makan. Tetapi makanlah ketika Anda merasa lapar. Hal ini akan mencegah Anda untuk mengonsumsi makanan dalam jumlah yang berlebihan dan menyebabkan kegemukan. Dalam masyarakat industri, di mana ada makanan berlimpah maka banyak orang yang makan karena isyarat sosial atau karena kelihatannya baik. Artinya, banyak orang yang makan karena lapar mata atau karena ikut-ikutan lingkungan sekitar. Ini adalah seni yang hilang.

Makan tiga kali sehari atau makan porsi kecil berkali-kali, sebenarnya tergantung pada kondisi dan kemampuan tubuh masing-masing orang. Jadi, sebelum menentukan mau makan dengan pola tertentu, sebaiknya kenali dulu kondisi tubuhmu.

1 Like