Apakah jodoh itu benar-benar ada?

Bertemu seorang jodoh tentu merupakan harapan setiap manusia, baik pria maupun wanita. Pertemuan seseorang dengan jodohnya tentu suatu hal yang berbahagia. Namun, saya cukup skeptis dengan yang namanya jodoh. Dalam suatu kasus, terdapat seorang pria bernama X yang telah menjalin rumah tangga dengan seorang wanita bernama Y, mereka menjalin rumah tangga dengan bahagia dan mereka merasa bahwa mereka sudah menemukan seorang jodoh di kehidupan mereka. Lalu, setelah berumah tangga cukup lama, hubungan suami-istri mereka di ambang keretakan dan akhirnya mereka memutuskan untuk bercerai.
Dari kasus tersebut, menurut Youdict, apakah seseorang jodoh itu benar-benar ada ? Lalu, jika ada, mengapa ada suatu perceraian ?

Menurut saya, jodoh itu benar ada. Sebab dalam ilmu sosial sendiri khususnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan orang lain dalam kehidupannya sendiri. Dalam agama Islam juga menyebutkan bahwa jodoh dari anak manusia telah dituliskan beribu-ribu tahun yang lalu sebelum anak manusia dilahirkan kedunia. Dan itu jelas tertulis dilauhul Mahfudz serta dapat diperjelas didalam Q.S. An - Nur ayat 26. Dan mengenai tentang jodoh itu ada tetapi mengapa ada perceraian. Menurut saya, perceraian ada bukan karna adanya landasan dari jodoh tadi. Melainkan perceraian itu terjadi dikarenakan adanya hubungan pernikahan yang kemudian membangun sebuah rumah tangga yang dimana adanya berbagai polemik didalam rumah tangga tersebut yang menyebabkan adanya ketidaksesuaian maupun kecocokan dari pasangan suami istri dan menyebabkan kata perceraian itu muncul.

Pertanyaan yang menarik, karena saya sendiri pernah berpikiran seperti ini. Sebenarnyakonsep jodoh ini bagaimana sih? Apakah ketika kita berpacaran dan kemudian menikah berarti pasangan kita adalah jodoh kita? Kalau begitu kenapa ada perceraian setelah pernikahan?

Dengan berbagai macam alasan perceraian, saya meyakini bahwa jodoh ini dibentuk. Pernikahan adalah kesepakatan. Dimana sebelum menikah kita harus tau dan sadar betul tentang komitmen, tanggung jawab, apa yang disuka dan tidak suka, hak dan kewajiban masing-masing. Hal-hal seperti ini yang seharusnya dibicarakan oleh pasangan sebelum menikah.

Memang ada beberapa hal yang tidak bisa kita ubah, tapi kita bisa mengusahakannya untuk tetap berjalan agar tetap berjalan sesuai dengan semestinya. Jadi bisa saya simpulkan bahwa jodoh adalah tujuan. Ketika bisa mencapai akhir (kematian) artinya berjodoh. Kalau sampai cerai di pertengahan jalan, berarti tidak berjodoh.

Nah, saya punya pertanyaan lanjutan. Bagaimana dengan orang yang tidak menikah? Apakah dia tidak punya jodoh? Apakah semua manusia ditakdirkan punya jodoh? Saya juga sempat berpikir tentang ini. Karena belum terjawab, saya pun berpikir bahwa jodoh itu tidak ada. Yang saya yakini hanyalah seseorang akan menikah dengan orang yang tepat untuknya.

1 Like

Banyak orang yang mengasumsikan bahwa ketika orang berjodoh, orang tersebut harus hidup dengan orang yang dijadikan istri atau suami sampai maut memisahkannya. Konsep ini sebenarnya salah karena maksud dari jodoh itu pada pertemuannya, bukan pada orangnya.

Jadi apakah setiap manusia memiliki jodohnya? Kalau dari agama yang saya anut yaitu islam jawabannya adalah iya. Hal ini bahkan sudah ditetapkan sebelum kita lahir di dunia ini. Lalu bagaimana dengan orang yang mati tidak bertemu dengan jodohnya? Itu berarti memang jodoh yang sudah ditentukan kepada mereka tidak ada di dunia akan tetapi sudah menunggunya di akhirat kelak.

Lalu bagaimana dengan orang yang bercerai? Pada kasus orang yang bercerai, sebelumnya suami istri ini memang berjodoh karena sudah digariskan pertemuan mereka oleh tuhan YME. Namun, pertemuan tersebut sudah habis masanya sehingga ada kata perpisahan yaitu perceraian. Apabila orang ini nantinya tidak memiliki pasangan lagi setelahnya, maka jodoh mereka sudah menunggu di akhirat kelak. Jadi intinya semua orang sudah memiliki jodohnya masing-masing karena hal ini sudah ditetapkan di awal kita hidup di dunia ini. Sebagai manusia kita hanya disuruh berusaha, berdoa, dan berserah diri kepada tuhan untuk memberikan pilihan terbaik kepada kita.

Jodoh itu ada, bentuknya yang bermacam-macam. Dan Jodoh itu adalah pertemuannya, bukan orangnya.
Selama ini, orang-orang (termasuk saya) mengartikan bahwa konsep ‘jodoh’ adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pasangan hidup, padahal tidak selalu demikian. Dari perjalan spiritual yang saya jalani, saya menemukan kajian bahwa jodoh itu bentuknya macam-macam dan merupakan sebuah ‘pertemuan’. Maut, yang selama ini kita takuti ‘kedatangannya’ juga merupakan salah satu jodoh kita. Bahkan ketika kita berjalan di trotoar, kemudian berpapasan dengan oranglain, kita menebar senyuman mereka juga, maka kita itu berjodoh. Kita ditakdirkan berjalan di jalan yang sama pada hari itu, detik itu, dan saling melempar senyum. Ketika kita berbelanja di pasar, dan memilih sebuah toko milik orang lain untuk membeli kebutuhan, maka berarti kita dan si pemilik toko berjodoh. Bisa saja kan kita membeli di toko lain, tapi pada hari itu kita memang ditakdirkan bertemu dengan si pemilik toko tersebut di tokonya. Sama seperti teman-teman sekolah, rekan kerja, tetangga, dan semua orang yang hadir di dalam hidup, mereka berjodoh dengan kita. Kita ditakdirkan untuk bertemu dan berinteraksi, entah apapapun bentuk interaksinya.
Semua itu Tuhan yang mengatur. Tuhan yang mengatur dengan siapa kita berjodoh dan berapa lama kalian berjodoh. Tuhan yang mengatur siapa yang akan kita temui di hidup dan berapa lama kita berinteraksi.

Lalu bagaimana jika ada seseorang yang hingga akhir hayatnya tidak menikah? Yup, bukan berarti Tuhan membencinya lantas tidak menuliskan siapa jodohnya di Lauh Mahfudz, tetapi, barangkali Tuhan menuliskan seseorang tersebut bertemu jodohnya di Surga-Nya. Dia memang tidak memberikan jodoh dunia bagi hambanya, tapi Dia gantikan dengan bertemu di akhirat.

Masuk ke pertanyaan, “Jika berjodoh, mengapa banyak yang bercerai?” . Jawabnnya, mereka memang jodoh. Mereka ditakdirkan untuk bertemu dan menikah, hanya saja ternyata mereka tidak ditakdirkan bersama selamanya, istilahnya, durasi ‘ketemunya udah habis.’. Oleh karena itu, saya cenderung lebih suka istilah yang digunakan orang-orang di desa saya, ketika mendengar berita perceraian. Mereka akan mengatakan “Sudah habis jodohnya.” ketimbang “Bukan jodohnya.” Artinya, ketika seseorang bercerai, itu bukan berarti dia menikah dengan jodoh yang salah, melainkan memang takdir mereka untuk berjodoh sudah habis waktunya.
Lalu kalau seperti itu, pertanyaan berikutnya "Berarti jodoh di tangan Tuhan atau di tangan manusia itu sendiri?" Jodoh ada di tangan Tuhan. Tuhan yang mengatur dan manusia hanya menjalani.

1 Like