Apakah Iblis dari jenis Malaikat atau dari jenis Jin ?

Iblis

Apakah Iblis dari jenis Malaikat atau dari jenis Jin ?

Dan (renungkanlah pula) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, sujudlah kepada Adam As ‘, maka merekapun segera sujud. Tetapi iblis enggan dan angkuh dan dia termasuk kelompok yang kafir. (QS. Al- Baqarah/ 2: 34)

M. Quraish Shihab menjelaskan penggalan ayat di atas Illa Iblis aba dengan tetapi Iblis enggan, bukan seperti yang diterjemahkan oleh Departemen Agama dalam al-Quran dan terjemahannya dengan “kecuali Iblis”. Bila kata illa diterjemahakan dengan kata kecuali, iblis termasuk kelompok malaikat. Dalam kaidah bahasa Arab, kata illa dapat merupakan isthsnā mutasil, dalam arti yang dikecualikan adalah bagian dari kelompok atau dari jenis yang sama dengan sebelumnya.

Misalnya jika anda berkata “ semua mahasiswa hadir kecuali Ahmad ” si Ahmad yang dikecualikan itu termasuk mahasiswa. Ini berbeda dang illa yang menjadi Isthsnā Munqat’i, dalam hal ini, yang dikecualikan tidak termasuk bagian atau jenis (kelompok) yang disebut sebelumnya. Dalam keadaan demikian, kata illa tidak diterjemahkan kecuali. Ia diterjemahakan “tetapi”.

Misalnya jika anda berkata , “semua mahasiswa hadir tetapi dosen tidak ” disini dosen bukan termasuk kelompok mahasiswa. Pengecualian semacam ini biasanya disisipkan dalam benak pengucap atau pendengar dan pada akhir kalimatnya

Demikian juga dengan ayat diatas jika anda menganut paham yang menyatakan bahwa Iblis termasuk jenis malaikat tidak keliru bila kata illa pada ayat diatas diterjemahkan kecuali, tetapi akan berbeda apabila diterjemahkan dengan kata “tetapi”.

Pandangan Ulama

Rasulullah saw. Yang bersabda:

Malaikat diciptakan dari cahaya, Iblis diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa (tanah liat) yang telah digambarkan kepada kalian. Maka apabila saat kejadian telah tiba, masing-masing wadah dimasak berikut apa yang terkandung di dalamnya, lalu pada saat itu juga dibekalkan kepadanya wataknya. Iblis dalam sikap dan sepak terjangnya mempunyai kesamaan dan kemiripan dengan para Malaikat, karena itulah maka Iblis dimasukkan ke dalam golongan malaikat saat mendapat perintah dari Allah, tetapi Iblis durhaka kepada-Nya karena menetang perintahnya.

Dan dalam ayat ini Allah swt. Menegaskan bahwa Iblis itu sebagian dari mahluk Jin, yakni diciptakan dari api, untuk memperkuat pendapat tersebut Ibnu Kathīr menjelaskan dengan firman Allah

Aku lebih baik dari padanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah. (QS. Shad/38: 76)

Selain itu Ibnu Kathīr juga mengutip dari riwayah Al-Hasan al-Basri mengatakan bahwa Iblis itu sama sekali bukan dari golongan malaikat, dan sesungguhnya Iblis itu adalah asalnya Jin, sebagaimana nabi Adam as adalah asal dari manusia. Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dengan sanad yang shahih bersumberkan dari al-Hasan al-Basri.

Berbeda dengan al Basri, Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa pada asal mulanya Iblis adalah segolongan dari kalangan malaikat yang disebut dengan panggilan Jin. Mereka diciptakan dari api yang sangat panas, yang hidupnya di kalangan para malaikat. Nama Iblis adalah al-Haris, pada asal mulanya ia berasal dari surga sebagai salah satu penjaganya.

Sedangkan para malaikat diciptakan dari cahaya yang berbeda dari golongan jin tersebut. Ad-Dahak mengatakan bahwa Jin yang disebutkan di dalam al-Qur’an diciptakan dari nyala api, yaitu bagian yang paling atas dari api apabila menyala.

Ad-Dahhak telah meriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, bahwa Iblis dimasa dahulu termasuk golongan para malaikat yang dimuliakan dan dihormati golongannya, di ditugaskan untuk menjaga surga dan diberi kekuasaan di langit dan di bumi dan termasuk diantara apa yang telah ditakdirkan oleh Allah swt ialah Iblis mempunyai hati yang angkuh dan sombong ketika Iblis melihat darinya dihormati dikalangan penduduk langit, maka timbulah rasa takabur dalam hatinya yang tidak ada seorangpun megetahuinya selain Allah swt. Dan keangkuhan Iblis itu baru tampak saat Allah memerintahkan kepada Iblis untuk bersujud kepada Adam as, Ibnu Kathīr juga menjelaskan melalui firman Allah

Ia enggan dan takabur (sombong) dan adalah termasuk golongan orang-orang yang kafir (QS. al-Baqarah/ 2: 34)

Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan degan firman-Nya:

Dia adalah dari golongan Jin (QS. al-Kahfi/ 18: 50)

Yakni termasuk penjaga surga, seperti halnya dikatakan kepada seseorang yang berasal dari Mekkah adalah Makkii, yang berasal dari Madinah adalah Madani, yang berasal dari Kufah adalah Kufi, serta yang berasal dari Basrah adalah Basri. Ibnu Juraij telah meriwayatkan hal yang semisal dari Ibnu Abbas. Dengan kata lain, yang dimaksud dengata al-Jinni di sini adalah dinisbatkan kepada al-jinān, bentuk jamak dari jannah (surga)

Sa’id Ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Iblis adalah salah satu penjaga surga, ia ditugaskan untuk mengatur urusan langit dan bimi (oleh Allah swt). Hal ini telah diriwatkan oleh Ibnu Jarir melalui Hadis al-Amasy, dari Habib Ibnu Abu Sabit, dari Sa’id dengan sanad yang sama. Said Ibnul Musayyab mengatakan bahwa iblis itu adalah pemimpin para malaikat yang ada di langit yang terdekat.

Ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Khallad Ibnu Ata, dari Tawus, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bawa sebelum melakukan kedurhakaan, Iblis termasuk kedalam golongan Malaikat, namanya ialah Ajazil. Iblis termasuk penghuni bumi, dan ia dari kalangan malaikat yang kerjanya paling keras dan paling banyak ilmunya. Faktor inilah yang mendorongnya bersikap takabur dan sombong. Iblis berasal dari suatu golongan mahluk Jin.

Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Sale Maula Tau-amah dan Syarik Ibnu Abu Namir yang salah seorang atau kedua-duanya dari Ibnu Abbas yang mengakatakan bahwa sesungguhnya diantara malaikat terdapat segolongan kaum dari jenis Jin, dan Iblis adalah sebagian dari mereka. Iblis sering naik turun antara lagit dan bumi, kemudian ia durhaka, maka Allah mengutuknya menjadi Setan yang dirajam dan yang menjauhkannya dari rahmat-Nya. Ibnu Abbas mengatakan. Apabila dosa seorang berkaitan dengan masalah kesombongan maka tidak ditangguh-tangguhkan lagi hukumannya, dan apabila dosa seorang hanya berkaitan dengan maksiat, maka masih ditangguhkan.

Dari Sa’id Ibnu Jubair, disebutkan bahwa ia pernah mengatakan‚ “Iblis pada asal mulanya termasuk mereka yang bekerja didalam surga” Dari riwayah-riwayah di atas yang telah dikutip oleh Ibnu Kathīr