Apakah hubungan antropologi dengan ilmu sosial lainnya?

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari keragaman manusia secara holistik meliputi aspek sosial budaya, biologis, kebahasaan dan lingkungannya dalam dimensi waktu lampau, saat ini, dan di masa yang akan datang. Kottak membagi antropologi dalam empat subdisiplin, yaitu: antropologi sosial budaya, arkeologi, antropologi biologi dan linguistik antropologi.

Hubungan antara Antropologi dan sosiologi pada satu sisi, memperlihatkan bahwa sebagian para ahli tidak lagi membedakan kedua ilmu tersebut secara ketat. Artinya beberapa fokus kajiannya dianggap sama bahkan beberapa paradigma yang digunakan untuk melihat suatu fenomena sosial pun dianggap tidak memiliki perbedaan.

Kedua ilmu itu bisa saling menukar atau saling melengkapi baik menyangkut paradigma ataupun metode yang digunakan dalam mengungkap suatu fenomena sosial. Di pihak ini, perbedaan antropologi dan sosiologi hanya terjadi pada sejarah berdirinya masing-masing ilmu tersebut. Namun dalam perkembangan selanjutnya, kedua ilmu itu dapat saling melengkapi bahkan melebur diri menjadi satu ilmu.

Hubungan Antropologi dan Ilmu Politik

Perkembangan ilmu terus berlanjut, begitu pula dengan ilmu politik, yang mulai banyak menaruh perhatian terhadap berbagai fenomena budaya masyarakat yang terkait langsung atau tidak langsung. Keanggotaan partai politik di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi budaya masyarakatnya. Budaya masyarakat di Indonesia yang cenderung patrimonial sangat berpengaruh pada sistem budaya politiknya.

Untuk lebih dapat memahami perilaku politik masyarakat di Indonesia, Kita perlu belajar tentang kebudayaan masyarakat di Indonesia, yang terdiri dari bermacam-macam suku bangsa dan masing-masing suku bangsa tersebut memiliki kebudayaannya yang khas.

Untuk keperluan tersebut, antropologi mempunyai peran dalam kaitannya dengan kajian ilmu politik, karena mampu mengungkap kebudayaan suatu masyarakat yang akan menjadi tempat bagi perilaku politik.

Hubungan Antropologi dan Ilmu Ekonomi

Ilmu Ekonomi yang mengkaji fenomena ekonomi modern lebih didasari oleh pemikiran-pemikiran Barat atau Ero-Eropa. Persoalannya adalah bilamana pemikiran-pemikiran ekonomi diterapkan pada setiap masyarakat terutama masyarakat yang masih sederhana atau negara terutama negaranegara berkembang tidak selamanya akan sesuai karena dilatarbelakangi oleh faktor cara pandang yang berbeda pada kehidupan ekonominya.

Perhitungan ekonomi modern tidak selamanya dapat diterapkan pada sistem ekonomi masyarakat non Barat. Keragaman budaya pada setiap masyarakat atau suku bangsa memperlihatkan pula adanya keragaman dalam strategi kehidupan ekonominya. Keragaman pada sistem ekonomi dapat dilihat pada sistem produksi apakah bercocok tanam sebagai petani, nelayan, peternakan, dan sebagainya. Begitu pula keragaman ini dapat dilihat pada sistem tukar menukar atau sistem jual beli barang. Pada kondisi seperti di atas, antropologi sangat diharapkan perannya untuk dapat menjembatani pemikiran ekonomi modern dan pemikiran ekonomi lokal.

Pembangunan ekonomi masyarakat di negara-negara berkembang tidak akan berjalan dengan baik bilamana tanpa diikuti oleh pertimbangan aspek budaya lokal terutama yang terkait dengan pola pikir kehidupan ekonominya.

Terdapat perbedaan pandangan, anggapan, pengetahuan, persepsi pada masyarakat industri dengan masyarakat nonindustri seperti pertanian. Oleh karena itu perlu kehati-hatian para perencana pembangunan yang mencoba mengadopsi pemikiran atau teknologi yang datang dari masyarakat industri (negara-negara Barat) bagi kepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat nonindustri.

Hubungan Antropologi dan Ilmu Administrasi

Pentingnya antropologi bagi Ilmu Administrasi adalah terkait dengan kebutuhan Ilmu Administrasi untuk memecahkan persoalan-persoalan administrasi pemerintahan. Kondisi sistem administrasi pemerintahan yang dianggap masih kurang baik oleh sebagian pihak, seperti masalah pemilikan tanah, membutuhkan pemecahan bukan saja dari pihak pegawai atau para administartur tetapi juga karena aspek yang bersumber pada latar belakang sosial budaya masyarakat yang belum menganggap penting masalah administrasi.

Hubungan Antropologi dan Arkeologi serta Ilmu Sejarah

Pada dasarnya arkeologi bertujuan menyingkap sejarah kebudayaan manusia dari mulai kebudayaan kuno pada jaman purba seperti kebudayaan Mesopotamia dan kebudayaan Mesir Kuno. Di Indonesia, Arkeologi memfokuskan perhatiannya kepada kebudayaan di Indonesia pada masa Hindu yang hidup sekitar abad ke 4 hingga abad ke 16.

Hasil penelitian arkeologi terhadap bahan bekas reruntuhan atau alat-alat peninggalan kerajaan Hindu di Indonesia adalah sebuah deskripsi sejarah manusia yang kemudian dapat digunakan oleh antropologi sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah asal-mula makhluk manusia.

Dilihat dari batasan kajiannya, antropologi terlihat lebih luas karena tidak hanya memfokuskan pada benda-benda peninggalan (artifak) saja, melainkan juga pada sistem ide (gagasan dan sistem tingkah laku).

Kesulitan di dalam merekonstruksi kembali kehidupan dan persebaran kebudayaan, antropologi dan ilmu sejarah saling bertukar metode dan teori untuk lebih dapat memahami masyarakat pada umumnya. Begitu pula penggambaran tentang hasil penelitian keduanya bisa saling melengkapi sesuai bagi tujuan tertentu.

D. HUBUNGAN ANTROPOLOGI DENGAN ILMU-ILMU SOSIAL LAINNYA

---

Mengenai hubungan antropologi denganilmu-ilmu social lainnya, Koentjaraningrat (1985) mengemukakan sebagai berikut.

  1. Hubungan antropologi dengan sosiologi
    Sepintas lalu lebih banyak ke arah kesamaannya antara antropologi dan sosiologi. Sejak lahirnyasosiologi oleh Auguste Comte (*1789-1857), ilmu tersebut bercirikan positivistic yang objek kajiannya adalah masyarakat dan oerilaku social manusia yang meneliti kelompok-kelompoknya. Kelompok tersebut mencakup keluarga; etnis; suku bangsa; komunitas pemerintahan; berbagai organisasi social, agama, poloitik, budaya, bisnis, dan organisasi lainnya (Ogburn dan Nimkoff, 1959) Horton dan Hint, 1991). Dengan demikian, objek kajian sosiologi adalah masyarakat manusia terutama dari sudut hubungan antarmanusia dan proses-proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat. Dalam antropologi budaya mempelajari gambaran tentang perilaku manusia and konteks social budayanya. Jika saja sosiologi orientasinya memusatkan perhatian secara khusu kepada orang yang hidup di dalam masyarakat modern sehingga teori-teori mereka tentang perilaku manusia cenderung terikat pada kebudayaan tertentu (culture-bound). Jadi, yang membedakan antropologi budaya dari ilmu-ilmu social lainnya adalah perhatiannya kepada masyarakat-masyarakat non-barat.
  2. Hubungan antropologi dengan psikologi
    Hali itu tampak karena dalam psikologi pada hakikatnya mempelajari perilaku manusia dan proses-proses mentalnay. Dengan demikian, psikologi membahas factor-faktor penyebab perilaku manusia secara internal, seperti motivasi, minat, sikap, konsep diri, dan lain-lain. Sedangkan dalam antropologi, khususnya antropologi budaya, lebih bersifat factor eksternal, yaitu lingkungan fisik, lingkungan keluarga dan lingkungan social dalam arti luas.
  3. Hubungan antropologi dengan ilmu sejarah
    Lebih menyerupai hubungan antara ilmu arkeologi dengan antropologi. Antropologi membri bahan prehistory sebagai pangkal bagi tiap penulis sejarah dari tiap bangsa di dunia. Selain itu, banyak persoalan dalam hitoriografi dari sejarah suatu bangsa dapat dipecahkan dengan metode-metode antropologi.banyak sumber sejarah berupa prasasti, dokumen, naskah tredisional, dan aarsipkuno, di mana peranannya sering hanya dapat member peristiwa-peristiwa sejarah yang terbatas pada bidang politik saja. Sebaliknya, seluruh latar belakang social dari peristiwa-peristiwa politik itu sukar diketahui hanya dari sumber-sumber tersebut. Konsep-konsep tentang kehidupan masyarakat yang dikembangkan oleh antropolohi dan ilmu-ulmu social lainnya, akan member pengertian banyak kepada seorang ahlki sejarah untuk mengisi latar belakang dari peristiwa politik dalam sejarah yang menjadi objek penelitiannya.
    Demikian juga sebaliknya, bagi para ahli antropologi jelas memerlukan sejarah, Terutama sekali sejarah dari suku-suku bangsa dalam daerah yang didatanginya. Sebab sejarah itu diperlukan, terutama untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi karena masyarakat yang diselidikinya mengalami pengaruh dari suatu kebudayaan dari luar. Pengertin terhadap soal-soal tersebut baru dapat dicapai apabila sejarah tentang proses pengaruh tersebut diketahui dengan teliti. Selain itu, untuk mengetahui tentang sejarah dari suatu proses perpaduan kebudayaan, sering kali terjadi bahwa sejarah tersebut masih harus direkonstruksi sendiri oleh seorang peneliti. Dengan demikian, seorang sarjana antropologi sering kali harus memiliki pengetahuan tentang metode- metode sejarah untuk merekonstruksi sejarah dari suatu rangkaian peristiwa sejarah.
  4. Hubungan antropologi dengan ilmu geografi
    Kita dapat melihat bahwa geografi atau ilmu bumi itu mencoba mencapai pengertian tentang keruangan (alam dunai) ini dengan member gambaran tentang bumi serta karakteriidstik dari segala macam bentu hidup yang menduduki muka bumi. Dia antara berbagai macam bentuk hidup di bumi yang berupa flora dan fauna itu, terdapat sifatnya yang beraneka ragam di muka bumi ini. Disinilah antropologi berusaha menyelami keanekaragaman manusia jika dilihat dari ras, etnis, maupun budayanya (Koenjtaraningrat, 1981).
  5. Hubungan antropologi denga ilmu ekonomi
    Kekuatan, proses dan hukum-hukum ekonomi yang berlaku alam aktivitas kehidupan ekonominya sangat dipengaruhi system kemasyarakatan, caraberfikit, pandang, dan sikap hidupdarei warga masyarakat pedesaan tersebut. Masyarakat yang demikian itu, bagi seorang ahli ekonomi tidak akan dapat mempergunakan denga sempurna konsep-konsep sesrta teori-teorinya tentang kekuatan, proses, dan hokum-hukum ekonomi tersebut ( yang sebenarnya dikembangkan dalam mastyarakat eropa-amerika serta dalam rangka ekonomi internasional), jika tanpa suatu pengetahuan tentang ilmu social, cara berpikir, pandangan, dan sikap hidup dari waraga masyarakat pedesaan tersebut.dengan demikian, ilmu antropologi memiliki manfaat yang tinggi bagi seorang ekonom.
  6. Hubungan antara antropologi dengan ilmu politik
    Dapat dilihat bahwa ilmu politik telah memperluas kajiannya pada hubungan antara kekuatan-kekuatan serat proses politik dalam segala macam Negara dengan berbagai macam system pemerintahan, sampai masalah yang menyagkut latar belakang social budaya dari kekuatan-kekuatan poloitik tersebut. Hal ini penting jika seorang ahli ilmu politik harus meneliti maupun menganalisis kekuatan-kekuatan politik di Negara-negara yang sedang berkembang. Sebagai contoh, agar dapat memahami latar belakang dan adat istiadat tradisional dari suku bangsa, metode analisis antropologi menjadi penting bagi seorang ahli ilmu politik untuk mendapat pengertian tentang tingkah laku dari apa yang ditelitinya.

Sumber: Koentjaraningra. 1985. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru