Apakah hikmah dan keutamaan melakukan ibadah puasa ?

Puasa (shaum atau shiyam) mempunyai arti menahan diri dari sesuatu dan meninggalkan sesuatu atau mengendalikan diri. Ditinjau dari segi kebahasaan, puasa artinya menahan diri. Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih.” (Q.S. Maryam/19: 26).

Maksudnya menahan diri untuk tidak berbicara. Apakah hikmah puasa ?

Puasa adalah ibadah yang tiada dapat indra manusia mengamatinya, dan yang tahu pasti hanyalah Allah dan orang yang bersangkutan, dengan demikian puasa adalah suatu ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah, oleh sebab itu ibadah dan kebaktian ini, tiada yang mengetahui secara pasti kecuali Allah, lalu Dia sandarkan pada Dzat-Nya sendiri.

Sebaiknya, hindarkan diri dari terlalu banyak mengkonsumsi makanan ketika berbuka, meskipun yang dihalalkan, supaya tidak memenuhi rongga perut. Sebab, Allah Ta‟ala tidak menyukai perut yang terlalu kenyang. Sebaiknya pula hati orang yang berpuasa itu selalu dalam keadaan harap-harap cemas; apakah puasanya akan diterima oleh Allah atau ia hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja? Sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat, “Banyak orang yang berpuasa, akan tetapi hanya mendapatkan rasa lapar, haus dan keletihan saja dari puasa yang dilakukannya.”

Salah satu dari tujuan melaksanakan puasa ialah menahan diri dari memperturutkan keinginan nafsu. Dan, itu tidak hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum saja. Namun, juga dari memandang segala apa yang diharamkan, mempergunjingkan orang lain, mengadu domba dan berdusta. Semua itu jelas dapat membatalkan nilai (pahala) puasa.

Yusuf Qardhawi dalam al-Ibadah fil Islam, mengungkapkan ada lima rahasia puasa yang bisa kita renungkan untuk kemudian menjadi stimulus penting bagi semangat kita berpuasa yaitu:

  • Menguatkan jiwa
    Dalam hidup ini, tak sedikit kita dapati manusia yang didominasi oleh hawa nafsunya, lalu manusia itu menuruti apapun yang menjadi keinginannya meskipun keinginan itu merupakan sesuatu yang batil dan mengganggu serta merugikan orang lain. Karenanya, di dalam Islam ada perintah untuk memerangi hawa nafsu dalam artian berusaha untuk bisa mengendalikannya, bukan membunuh nafsu yang membuat kita tidak mempunyai keinginan terhadap sesuatu yang bersifat duniawi.

  • Mendidik kemauan
    Puasa mendidik seseorang untuk memiliki kemauan yang sungguh-sungguh dalam kebaikan, meskipun untuk melaksanakan kebaikan itu terhalang oleh berbagai kendala. Puasa yang baik akan membuat seseorang terus mempertahankan keinginannya yang baik, meskipun peluang untuk menyimpang begitu besar.

  • Menyehatkan badan
    Disamping kesehatan dan kekuatan ruhani, puasa yang baik dan benar juga akan memberikan pengaruh positif berupa kesehatan jasmani. Hal ini tidak hanya dinyatakan oleh Rasulullah SAW, tetapi juga sudah dibuktikan oleh para dokter atau ahli-ahli kesehatan dunia yang membuat kita tidak perlu meragukannya lagi. Mereka berkesimpulan bahwa pada saat-saat tertentu, perut memang harus diistirahatkan dari bekerja memproses makanan yang masuk sebagaimana juga mesin harus diistirahatkan. Apalagi di dalam Islam, isi perut kita memang harus dibagi menjadi tiga, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air dan seertiga untuk udara.

  • Mengenal nilai kenikmatan
    Dengan puasa, manusia bukan hanya disuruh memperhatikan dan merenungi tentang kenikmatan yang sudah diperolehnya, tapi juga disuruh merasakan langsung betapa besar sebenarnya nikmat yang Allah berikan kepada kita. Hal ini karena baru beberapa jam saja kita tidak makan dan minum sudah terasa betul penderitaan yang kita alami, dan pada saat kita berbuka, terasa betul besarnya nikmat dari Allah meskipun hanya berupa sebiji kurma atau seteguk air. Di sinilah letak pentingnya ibadah puasa guna mendidik kita untuk menyadari tinggi nilai kenikmatan yang Allah berikan agar kita selanjutnya menjadi orang yang pandai bersyukur dan tidak mengecilkan arti kenikmatan dari Allah meskipun dari segi jumlah memang sedikit dan kecil.

  • Mengingatkan dan merasakan penderitaan orang lain

    Merasakan lapar dan haus juga memberikan pengalaman kepada kita bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan orang lain. Sebab pengalaman lapar dan haus yang kita rasakan akan segera berakhir hanya dengan beberapa jam, sementara penderitaan orang lain entah kapan akan berakhir. Dari sini, semestinya puasa akan menumbuhkan dan memantapkan rasa solidaritas kita kepada kaum muslimin lainnya yang mengalami penderitaan yang hingga kini masih belum teratasi, seperti penderitaan saudara-saudara kita di Ambon atau Maluku, Aceh dan di berbagai wilayah lain di Tanah Air serta yang terjadi di berbagai belahan dunia lainnya seperti di Chechnya, Kosovo, Irak, Palestina dan sebagainya.

    Selain itu, puasa sangat banyak hikmah dan efeknya (pengaruhnya) bagi orang-orang yang melaksanakannya, baik dipandang sebagai ubudiah maupun sebagai latihan. Secara ringkas dapatlah dirumuskan hikmah puasa sebagai berikut:

  • Tazkiyat al-Nafsi (membersihkan jiwa), yaitu dengan jalan mematuhi perintah-perintah-Nya, menjauhi segala larangan- larangan-Nya, dan melatih diri untuk menyempurnakan peribadatan kepada Allah SWT semata. Puasa disamping menyehatkan badan sebagaimana yang telah diteliti oleh dokter spesialis, juga memenangkan aspek kejiwaan atas aspek materiil yang ada dalam diri manusia.

  • Mendidik iradah (kemauan), mengendalikan hawa nafsu, membiasakan bersifat sabar, dan dapat membangkitkan semangat. Dapat menumbuhkan semangat bersyukur terhadap nikmat Allah.

  • Menghantarkan manusia menjadi insan bertakwa. Menurut TM. Hasbi Ash-Shiddiqie, hikmah puasa itu telah diterangkan dalam Al-Qur’an yaitu menjadi orang yang takwa dan menjadi tangga yang menyampaikan kita kepada derajat muttaqin. Jadi Allah SWT memfardlukan puasa kepada kita agar:

    • Untuk menanamkan rasa sayang dan ramah kepada fakir miskin, kepada anak yatim dan kepada orang melarat hidupnya.

    • Untuk membiasakan diri dan jiwa memelihara amanah. Perlu diketahui bahwa puasa itu suatu amalan Allah SWT yang berat dan sukar. Maka apabila kita dapat memelihara amanah Allah SWT dengan sempurna terdidiklah kita untuk memelihara segala amanah yang sempurna yang dipertaruhkan kepada kita.

    • Untuk menyuburkan dalam jiwa manusia kekuatan menderita, bila terpaksa menderita dan untuk menguatkan iradah atau kehendak manusia dan untuk meneguhkan keinginan dan kemauan.

Puasa merupakan bentuk ketaatan kepada Allah Ta‟ala. Seorang mukmin mendapatkan pahala terbuka yang tiada batasnya, sebab puasa adalah untuk Allah SWT, dan karunia Allah amat luas. Dengan puasa seseorang mendapat keridhaan Allah, berhak masuk surga melalui pintu yang khusus disediakan bagi orang-orang yang berpuasa, yang disebut dengan pintu ar-Rayyan.

Orang yang berpuasa menjauhkan dirinya dari azab Allah Ta‟ala, yang akan menimpa akibat maksiat-maksiat yang kadang ia lakukan. Puasa merupakan kafarat (penghapus) dosa dari tahun ke tahun. Dengan melakukan ketaatan kepada Allah, seorang mukmin dapat beristiqamah di atas kebenaran yang disyariatkan oleh Allah „Azza wa Jalla, sebab puasa merealisasikan takwa yang esensinya adalah melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan Tuhan. Allah Ta‟ala berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Q.S. al-Baqarah/2: 183)

Puasa merupakan training center terbesar bagi akhlak. Di sana seorang mukmin melatih diri dengan berbagai budi pekerti. Sebab, puasa adalah melawan hawa nafsu dan dorongan-dorongan setan yang terkadang menggodanya. Dengan puasa, seseorang berlatih sabar dalam menahan diri dari sesuatu yang terlarang dan berlatih mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Terkadang dia melihat makanan yang lezat dimasak di hadapannya, aroma masakan membuat air liurnya mengucur, dan air jernih yang segar terlihat amat menarik di matanya, tapi dia menahan diri, menunggu waktu untuk boleh menyantapnya.

Puasa mengajarkan sifat amanah dan menumbuhkan perasaan diawasi oleh Allah Ta‟ala dalam keadaan sepi maupun ramai. Sebab, kecuali Allah tidak ada yang mengawasi apakah orang yang berpuasa itu benar-benar menahan diri dari makan-minum atau tidak.
Puasa menguatkan kehendak, mengasah tekad, dan memupuk kesabaran. Puasa juga membantu penjernihan pikiran serta penciptaan ide-ide cemerlang, apabila orang yang berpuasa telah melampaui fase kelesuan dan melupakan gejala- gejala kelemasan yang terkadang dialaminya. Luqman pernah berkata kepada putranya, “Anakku, apabila lambung terisi penuh, pikiran menjadi tumpul, hikmah menjadi bisu, dan organ-organ tubuh menjadi malas untuk beribadah.”

Puasa mengajarkan keteraturan dan kedisiplinan, sebab dia mengharuskan orang yang berpuasa untuk makan dan minum pada waktu yang sudah ditentukan. Puasa juga menciptakan rasa persatuan di antara kaum muslimin di seluruh penjuru dunia. Mereka semua berpuasa dan berbuka pada waktu yang sama, sebab Tuhan mereka sama dan ibadah mereka pun sama.

Puasa menumbuhkan rasa kasih sayang dan persaudaraan, menciptakan rasa solidaritas dan ikatan saling menolong yang menghubungkan kaum muslimin satu sama lain. Pengalaman akan rasa lapar dan kekurangan, misalnya, mendorong orang yang berpuasa untuk memberi bantuan kepada orang lain, berkontribusi dalam mengentaskan kemiskinan, kelaparan, dan penyakit. Dengan demikian, ikatan sosial di dalam masyarakat bertambah kokoh, dan setiap individu memberi sumbangsih dalam mengatasi kasus-kasus penyakit di dalam masyarakat.

Kenyataannya, puasa juga memperbarui kehidupan individu dengan memperbarui sel-sel tubuhnya, membuang sel-sel yang sudah aus, mengistirahatkan lambung dan alat pencernaan, memberi diet bagi tubuh, memusnahkan limbah yang mengendap dan makanan-makanan yang tidak tercerna di dalam tubuh, serta mengusir kebusukan dan kelembaban yang ditinggalkan oleh makanan dan minuman. Nabi SAW bersabda,

“Berpuasalah, niscaya kalian sehat.”

Tabib Arab, al-Harits bin Kaldah, berkata, “Lambung adalah sarang penyakit, dan diet adalah obat paling ampuh.”

Puasa merupakan bentuk jihad melawan nafsu untuk membersihkannya dari kotoran-kotoran dan dosa-dosa duniawi, serta menurunkan gelora syahwat dengan cara mengatur makan dan minum. Nabi SAW pernah bersabda,

“Wahai para pemuda, siapa pun di antara kalian yang memiliki kemampuan, hendaknya menikah. Sebab, pernikahan itu akan membuatnya lebih menjaga pandangan dan memelihara kemaluan. Dan siapa pun yang belum mampu menikah, hendaknya berpuasa. Sebab, puasa dapat mengurangi gejolak syahwatnya.”

Menurut al-Jarjawi, sebagian ulama terkemuka mengatakan faedah puasa yaitu:

  • Sesungguhnya berpuasa menguatkan hasrat dan memenangkan rasio dan syahwat.

    Jika manusia telah rela akan hal itu dengan kerelaan yang sempurna, dan kekuasaannya dengan akal bukan nafsu, maka ia merupakan super power yang akan menjadikannya sebagai manusia terbaik.

  • Menyelidiki Allah dan merasa malu pada-Nya.

    Sesungguhnya jika engkau menginginkan sesuatu sementara engkau berpuasa, maka engkau akan meninggalkannya karena Allah. Sehingga, pengawasan Allah itu, terdidik dalam diri kita. Jika semua manusia telah memiliki kontrol jiwa ini, maka tidak akan ditemukan kejahatan, yang kuat tidak akan memperbudak yang lemah. Dunia akan menjadi surga dalam ketenangannya, dalam kebeningannya, dan suci hati di dalamnya.

  • Ingat akan keadaan orang miskin hingga ia peduli dan kasihan kepada mereka.

    Tidak akan mengenali keadaan orang yang bahaya kecuali orang yang ditimpa bahaya. Tidak akan merasakan keadaan orang yang lapar kecuali orang yang pernah lapar. Dan tidak akan merasakan sakit kecuali orang yang susah.

  • Pengetahuan atas nikmat Allah dapat diketahui dari ibadah puasa ini.

    Karena, sesuatu tidak diketahui kebenarannya kecuali setelah ia sirna. Orang sakit mengetahui keutamaan sehat yang tidak diketahui oleh orang yang sehat. Nafsu tidak mengetahui ukuran yang dimilikinya dari kelezatan kecuali jika kelezatan itu dikekang darinya, baik kekangan secara alami atau dibuat- buat.

  • Puasa dapat mengetahui kelemahan dan kebutuhan kita.

    Barangsiapa mengenal kelemahan dan kebutuhannya, maka akan hilang kesombongan dalam dirinya. Hilang pula kejahatan yang menginginkan dirinya menjadi tuhan, bukan hamba.

  • Jika nafsu syahwat menguat, maka seseorang akan sombong dan melampaui batas.

    Jika nafsu syahwat dicegah, maka ia akan padam. Dan jika ia telah padam, ia akan kembali kepada Allah, ia akan meraba dengan rabaan yang sehat. Demikian pula dengan nafsu orang yang sakit kembali kepada Allah dan bergantung kepada-Nya, berbeda dengan nafsu orang yang sehat. Kita akan mendapati perbedaan yang jauh antara nafsu orang fakir yang lemah dan padam yang senantiasa kembali kepada Allah dengan nafsu raja, menteri, dan kaum hartawan. Obat penawar nafsu dan kebahagiaan sesungguhnya tergantung pada Allah dan puasa merupakan salah satu cara menggapainya.

  • Dalam puasa terdapat banyak faedah yang baik dan luhur. Karena, lambung adalah sarang penyakit dan diet adalah inti dari obat.

    Tiap-tiap anggota tubuh butuh istirahat sewaktu-waktu. Seorang dokter berkata, “Sesungguhnya puasa merupakan penyelamat dari banyak penyakit yang menular, terutama penyakit lumpuh, kanker kulit, dan bisul yang mewabah di Eropa dan menelan ribuan korban dalam satu tahun.” Hal tersebut dinyatakan dalam sebuah survei di Paris.

Keutamaan berpuasa secara jelas dapat terlihat dalam hadis berikut ini,

“Dari Abu Hurairah r.a Bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Puasa itu penjaga (perisai), maka janganlah berkata-kata buruk (rafats) dan jangan berbuat kebodohan. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah “Sesungguhnya saya ini sedang berpuasa” (ia mengulang ucapannya dua kali). Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang sedang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dari pada harumnya minyak kasturi, Ia meninggalkan makanannya, minuman dan nafsu syahwatnya karena Aku. Puasa itu bagi-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, sedang kebaikan itu (dibalas) dengan sepuluh kebaikan yang serupa”. (HR. Bukhari)