Apakah hakikat siang dan malam?

Apa hakikat siang dan malam menurut ajaran Islam?

Siang secara normal lebih tepat untuk aktivitas-aktivitas yang berurusan dengan kehidupan duniawi manusia. Terangnya siang itu sendiri merupakan sebuah karunia yang tiada bandingnya yang menciptakan gerakan dan kegiatan yang menyiapkan manusia untuk bekerja dan berusaha, tumbuh-tumbuhan yang berkembang dengan pancaran sinar matahari demikian juga hewan-hewan berkembang biak dengan perantara sinar matahari. Sementara malam adalah waktu yang tepat untuk beristirahat bagi kebanyakan orang sehingga mereka memperoleh kesempatan yang baik untuk dapat bersendirian dengan Allah Swt dengan berdoa, dzikir dan salat.

Gelapnya malam meski merupakan gelaran tirai hitam dan hanya kegelapan dan kelegaman sehingga tidak ada yang lain yang ditawarkannya dan makhluk-makhluk hidup yang banyak berurusan dengan cahaya harus berhenti beraktivitas laksana orang-orang mati yang diam dan tidak bergerak, namun dalam hati orang-orang yang tahu dan para wali Allah terdapat sebuah dian yang menyala yang menerangi lembaran hati dan apa yang tidak dapat dilihat dengan cahaya indra, ia melihatnya dengan cahaya makrifat dan pelita batin seolah sinar ultra yang memancar dari hati mereka yang bergelimang cahaya melintasi benda-benda dan indra-indra.

Siang secara natural lebih tepat untuk aktivitas-aktivitas yang berurusan dengan kehidupan duniawi manusia sementara malam adalah waktu yang tepat untuk beristirahat bagi kebanyakan orang sehingga mereka memperoleh kesempatan yang baik untuk dapat bersendirian dengan Allah Swt dengan berdoa, bermunajat, melakukan dzikir dan salat.
Karena itu, malam bukan hanya untuk tidur dan istirahat, melainkan kesempatan yang sangat berharga bagi orang-orang beriman untuk meraup kesempurnaan spiritual, intelektual dan mendekatkan diri ke hadirat Allah Swt yang akan melahirkan agenda-agenda untuk hari esok, entah itu hari esok kiamat atau hari esok di dunia.

Tirai malam adalah busana dan pakaian untuk bumi! Seluruh makhluk hidup yang hidup di atasnya terkondisi untuk menghentikan segala aktivitas kesehariannya yang melelahkan di malam hari. Suasana gelap bagi manusia dapat mendatangkan ketenangan, kedamaian dan istirahat, sehingga rongga-rongga badan dapat dilonggarkan dan jiwa yang lelah dapat kembali normal, lantaran tidur yang tenang hanya akan dapat diperoleh dengan suasana gelap.

Terlepas dari itu, dengan terbentangnya tirai malam, cahaya matahari akan sirna dimana apabila matahari memancarkan sinarnya secara terus-menerus maka hal itu akan membakar seluruh tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan, dan bumi bukan lagi tempat yang aman dan nyaman untuk melangsungkan hidup.

Atas dasar itu al-Quran dengan bersandar pada persoalan ini menyatakan:

“Katakanlah, ‘Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?’ (Qs al-Qashash [28]:72)

Kemudian melanjutkan:

“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.”