Apa saja fungsi dari kesenian Wayang?

Wayang merupakan budaya yang sampai sekarang masih berkembang di masyarakat Indonesia. Apa saja fungsi dari kesenian Wayang?

Wayang sebagai penggambaran alam pikiran Orang yang dualistik. Ada dua hal, pihak atau kelompok yang saling bertentangan, baik dan buruk, lahir dan batin, serta halus dan kasar. Keduanya bersatu dalam diri manusia untuk mendapat keseimbangan. Wayang juga menjadi sarana pengendalian sosial, misalnya dengan kritik sosial yang disampaikan lewat humor. Fungsi lain adalah sebagai sarana pengukuhan status sosial, karena yang bisa menanggap wayang adalah orang terpandang, dan mampu menyediakan biaya besar. Wayang juga menanamkan solidaritas sosial, sarana hiburan, dan pendidikan

Bagi masyarakat Jawa, wayang tidaklah hanya sekedar tontonan tetapi juga merupakan sebuah pertunjukan yang banyak nilai tuntunan. Wayang bukan sekedar sebagai sarana hiburan, tetapi juga merupakan media komunikasi, media penyuluhan dan media pendidikan. Bahkan, wayang juga sebagai wahana pengabdian dalang bagi masyarakat, Negara dan bangsa serta umat manusia pada umumnya.

Kualitas pertunjukan wayang, baik dalam fungsinya selaku hiburan tontonan maupun sebagai tontonan memang sangat ditentukan oleh Ki dalang. Akan tetapi, hal ini tidaklah berarti bahwa peranan para niaga, wiraswara dan pesinden itu hanyalah sebagai Timun Wungkuk Jaga Imbuh atau sebagai embel-embel yang tidak berarti. Khususnya dilihat dari aspek wayang sebagai tontonan, peranan mereka tidak kalah pentingnya dari peranan dalang. Iringan karawitan yang baik dilengkapi niyaga dan pesinden yang baik dan dapat mengikuti selera penonton, untuk saat ini rasanya merupakan sebuah keharusan yang bersifat tan kena ora. Namun, dalang yang pada hakekatnya merupakan dirigen dan sekaligus sutradara pertunjukan wayang seutuh-utuhnya itu, tetaplah sebagai pengendali dan penentu keberhasilan pertunjukan wayang.

Dilihat dari aspek wayang sebagai tuntunan, peranan dalang hampir-hampir sangat mutlak. Untuk bisa memberikan tuntunan kepada masyarakat, khusunya para penonton, seorang dalang harus menguasai hampir segala hal. Dalam istilah jawa, ia harus mumpuni. Seorang dalang memang seharusnya memiliki kualitas diri yang melampaui anggota masyarakat lainya. Dimata masyarakat Jawa, dalang adalah wong kang wasis ngudhal piwulang (orang yang mahir memberikan banyak pelajaran) atau wong kang pantes ngudhal piwulang ( orang yang pantas memberikan berbagai pelajaran).

Sebagai dalang untuk dapat memberikan pelajaran, tak henti-hentinya rajin belajar, diantaranya banyak membaca buku. Tanpa semua itu mustahil seorang dalang dapat melaksanakan tugasnya yang amat berat, bukan hanya sebagai penghibur, tetapi juga sebagai komunikator, sebagai penyuluh, sebagai penatar, pendidik atau guru bagi masyarakat, dan juga yang sangat diharapkan adalah sebagai rohaniawan yang selalu berkewajiban mengajak masyarakat berbuat kebaikan dan menghindari kejahatan, menanamkan kepada masyarakat untuk semangat amar ma’ruf nahi mungkar atau memayu hayuning bebrayan agung.