Apakah Filosofi dari Rumah Gadang?

Bagi masyarakat Minang rumah gadang merupakan simbol tradisi sekaligus tempat untuk melaksanakan berbagai kegiatan keluarga besar pemilik rumah atau lazim disebut satu perut (paruik). Mulai dari proses perencanaan, pencarian bahan, tata cara membangun, pilihan model sampai ornamen dekorasi rumah gadang mengandung makna dan falsafah.

Sebenarnya ada beberapa tipe rumah gadang, tetapi yang paling dikenal adalah rumah gadang bagonjong. Rumah adat ini memiliki ciri khas berupa bentuk atap yang menyerupai tanduk kerbau. Dibalik pesona rumah gadang bagonjong, ternyata terdapat makna dan filosofi di tia-tiap tahap pembangunannya.

Tahap pertama adalah prosesi memilih pohon. Menurut Yusman, Kepala Urusan Pembangunan Nagari Sumpur, material kayu yang digunakan untuk membangun rumah gadang diantaranya adalah kayu jua untuk tonggak, kayu surian, dan bambu untuk rusuk dan pengisi dinding, serta kayu bayua untuk lantai.

Tahap kedua adalah prosesi maelo tonggak yaitu menarik batang pohon bersama-sama dari hutan ke lokasi pembangunan di kampung yang dapat memupuk spirit kebersamaan warga. Sementara itu, fondasi bangunan berupa batu-batu datar di permukaan tanah yang akan menopang tonggak struktur juga disiapkan.

Tahap ketiga adalah prosesi batagak tonggak tuo yaitu mendirikan struktur bangunan yang terdiri dari 42 buah tiang utama. Acara ini mengandung banyak hal penting diantaranya adalah pidato tetua kampung, di mana interpretasi isinya merupakan semacam acuan untuk membangun rumah gadang.

Setelah struktur dengan sistem knock down ini berdiri, bagian lantai dan dinding mulai diisi sedangkan isi ruang dalam cenderung terbuka tanpa dinding penyekat kecuali untuk kamar-kamar tidur. Terakhir adalah prosesi “naik atap” yaitu membangun konstruksi dan penutup atap.

Rumah Gadang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjuang .

Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di sumatra barat, Namun tidak semua kawasan di Minangkabau ( darek ) yang boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan rantau , rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau. Ada 3 bentuk rumah gadang di Minangkabau yaitu :

  1. Rumah Gadang Gajah Maharam
    image
    Artinya rumah gadang gajah mendekam, dimana perbandingan panjang, lebar, dan tingginya menimbulkan kesan gemuk, bagaikan mendekam. Rumah ini pada bagian ujung kiri dan kanannya mempunyai anjung. Rumah gadang ini terdapat di kelarasan kota piliang yang aristrokrat .

  2. Rumah Gadang Rajo Babandiang


    Secara keseluruhan atap rumah gadang Rajo Babanding lebih tinggi dan mencuat ke atas. Rumah ini tidak mempunyai anjung tetapi pada salah satu ujungnya lebih ditinggikan 20-30 cm dan bagian yang ujungnya lebih ditinggikan ini disebut tingkah. Rumah ini terdapat di Kabupaten lima puluh koto yaitu kelarasan bodi chaniago yang demokrasi.

  3. Rumah Gadang Bapasereh


    Pada rumah gadang tipe ini di bagian belakang ada bagian-bagian yang menonjol (yaitu rumah yang menonjol) . Rumah gadang ini juga mempunyai “tingkah di sebelah kirinya”. Rumah gadang tipe ini masih terdapat di Kanagarian Koto Nan Ampek Kodya Payangkumbuh .

Setiap elemen dari rumah Gadang memiliki makna simbolis tersendiri. Unsur-unsur dari rumah Gadang meliputi:

  1. Gonjong, struktur atap yang seperti tanduk

  2. Singkok, dinding segitiga yang terletak di bawah ujung gonjong

  3. Pereng, rak di bawah singkok

  4. Anjuang, lantai yang mengambang

  5. Dindiang ari, dinding pada bagian samping

  6. Dindiang tapi, dinding pada bagian depan dan belakang

  7. Papan banyak, fasad depan

  8. Papan sakapiang, rak di pinggiran rumah

  9. Salangko, dinding di ruang bawah rumah