Apakah dengan Puasa dapat Menurunkan Berat Badan?

https://i1.wp.com/warstek.com/wp-content/uploads/2017/03/sn-fasting-1.jpg?resize=768%2C432&ssl=1

Puasa adalah aktivitas ibadah bagi beberapa agama termasuk Islam. Selain sebagai bentuk ibadah yang memberikan nilai tambah secara rohani (keimanan dan ketaqwaan), juga dipercaya dapat meningkatkan kesehatan meskipun hadist ini termasuk kategori dhoif (lemah). Beberapa penelitian terkait telah banyak mengundang para peneliti untuk mengkaji lebih jauh bagaimana puasa secara ilmiah berdampak pada kesehatan. Karena disatu sisi, kegiatan puasa yang mengurangi asupan makanan juga dikaitkan dengan kekurangan nutrisi.

Salah satu penelitian tentang puasa dilakukan oleh peneliti dari University of Southern California. Penelitian dilakukan kepada 100 orang relawan yang diminta untuk melakukan diet seperti puasa dengan mengurangi konsumsi kalori dari 4600 kJ menjadi 3000 kJ dengan komposisi protein, lemak dan karbohidrat yang relatif sama sebelum diet dan saat diet. Mereka kemudian membandingkan hasil dari mereka yang melakukan diet dengan mereka yang tidak. Selain itu juga membandingkan antara sebelum dan setelah diet dan membandingkan antara mereka yang beresiko terhadap penyakit tertentu seperti kanker dan diabetes dengan mereka yang tidak beresiko.

Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang telah melakukan diet menyerupai puasa ini mengalami penurunan berat badan, lemak, lingkar pinggang, tekanan darah sistol dan diastol dan kadar IGF-1 dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan diet. IGF-1 merupakan protein yang diasosiasikan dengan beberapa jenis kanker. Sedangkan perbandingan antara mereka yang melakukan diet seperti puasa dan mereka yang melakukan diet biasa ditemukan bahwa terjadi penurunan kadar kolesterol, IGF-1, lingkar pinggang dan berat badan pada yang menjalankan diet seperti puasa.

Penelitian dilakukan lebih jauh terhadap mereka yang beresiko seperti mereka yang kegemukan (indeks BMI>30), darah tinggi atau IGF-1>225 ng/ml. Mereka yang beresiko mengalami penurunan yang lebih signifikan dibandingkan mereka yang tidak beresiko. Seperti mereka yang kegemukan (BMI>30) mengalami penurunan berat badan lebih drastis dibandingkan dengan mereka yang normal. Demikian juga tekanan darah sistol turun 2,4 mmHg untuk mereka yang bertekanan 120 mmHg. Hal yang sama terjadi pada kadar IGF-1 dan kolesterol. Efek kesehatan ini terus berdampak hingga 3 bulan setelah melakukan diet menyerupai puasa ini. Para peneliti belum yakin apakah efek hingga 3 bulan ini karena peserta mengubah pola hidup mereka ataukah memang murni dari hasil diet ini. Akan tetapi, para peneliti telah meminta para relawan ini untuk tetap menjalankan pola makan mereka seperti sedia kala.

Protein IGF-1 dan kadar glukosa sangat berkaitan erat dengan penuaan dan penyakit akibat penuaan. Sehingga, para peneliti berasumsi bahwa diet menyerupai puasa mampu menjaga kita tetap sehat dan muda meskipun usia sudah senja.

Sumber: