Apakah Critical Thinking Berpengaruh pada Fenomena Bullying dan Kesehatan Mental?

Ilustrasi Tumpulnya Berpikir Kritis

Menilik fenomena yang ada di media sosial, ternyata sebagian warganet memiliki critical thinking yang tumpul. Hal ini dibuktikan oleh hujatan warganet kepada Anisha Isha dan Han So Hee.

Menurut saya, critical thinking seseorang dapat mempengaruhi kesehatan mental dirinya sendiri dan orang lain. Kesehatan mental adalah bagaimana seseorang melihat diri mereka sendiri, kehidupan mereka, dan orang-orang lain dalam kehidupan mereka; mengevaluasi tantangan dan permasalahan mereka; dan sekaligus mengeksplorasi pilihan mereka secara sadar. Ini termasuk menangani stres, berhubungan dengan orang lain, dan membuat keputusan.

Almeida (2001) mengatakan bahwa kesehatan mental bukan sekedar terbebasnya individu dari berbagai macam gangguan psikologis, tetapi lebih dari itu, kesehatan mental berkaitan dengan kapasitas dan kualitas dimana individu mampu beradaptasi dengan perubahan, me-manage situasi yang krisis, mendemonstrasikan hubungan yang bermakna dengan individu lain dan menikmati kehidupan.

Critical thinking ini sangat berpengaruh besar terhadap kesehatan mental karena dapat memicu pengambilan keputusan ataupun tindakan juga untuk mengevaluasi diri. Oleh sebab itu, mereka yang tumpul critical thinkingnya sulit untuk meminimalisir kesalahan. Kesalahan ini sangat berefek pada mental seseorang karena berkaitan dengan kecakapan hidup dan kepuasan hidup.

Peran kecakapan hidup mencakup enam dimensi: kecakapan emosional, kecakapan sosial, harga diri, komunikasi, pemikiran kritis dan pemecahan masalah dapat memprediksi kesehatan mental individu. Hasil ini memberikan dukungan kuat untuk kegiatan peningkatan kesehatan mental individu melalui program keterampilan hidup.

Critical thinking secara bahasa artinya berpikir kritis. Orang yang dapat berpikir kritis, tentu akan mempertimbangkan segala keputusannya agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Fishman (1994) menemukan bahwa berpikir kritis mendukung individu dalam pengambilan keputusan yang tepat dan menyelesaikan permasalah secara efektif.

Critical thinking ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kondisi fisik, motivasi, kecemasan, perkembangan intelektual, dan interaksi. Kondisi fisik yang sehat, motivasi yang kuat dan perkembangan intelektual yang baik akan mempengaruhi cara berpikir kritis. Interaksi dan suasana yang kondusif juga memudahkan seseorang dalam berkonsentrasi. Namun apabila terjadi kecemasan, hal ini akan menjadi masalah karena menimbulkan tingkah laku maladaptif yang menyangkut kecemasan berat atau panik serta dapat membatasi seseorang dalam berpikir (Freud, 2000).

Fenomena yang terjadi belakangan ini, di media sosial banyak terjadi kasus bullying contohnya kekasih dari Pangeran Mateen, Anisha Isha dan Han So Hee pemeran Yeo Da Kyung sebagai orang ketiga alias pelakor di drama Korea “The World of The Married”.

Jika semua warganet berpikir kritis, tentu tak akan pernah ada teror yang diterima kekasih Pangeran Mateen, juga tidak akan ada yang merundungi Han So Hee hanya karena berhasil memerankan sebuah drama. Menurut Bassham (2002) komponen berpikir kritis mencakup aspek kejelasan, ketepatan, ketelitian, relevansi, konsistensi, kebenaran logika, kelengkapan dan kewajaran. Mereka tidak memenuhi aspek tersebut, maka mereka belum dikatakan berpikir kritis.

Pangeran Mateen asal Brunai Darussalam memiliki banyak penggemar di Indonesia sejak awal kemunculannya. Mereka yang terobsesi dengan Mateen membanjiri hujatan di kolom komentar Anisha Isha yang diduga sebagai kekasih Pangeran Mateen. Akhirnya, cucu dari penasihat khusus ini mengaktifkan mode private di akun Instagramnya dan menonaktifkan kolom komentar. Dari sini saja sudah terlihat bahwa warganet tidak memiliki control aktif karena berani menghujani komentar negatif. Komentar hujatan itu antara lain berisi agar Anisha Isha putus dengan Pangeran Mateen sebagian yang lain juga mengatainya dengan kata-kata yang tidak pantas. Tindakan tersebut telah menandakan tumpulnya critical thinking warganet karena sudah melewati batas kewajaran dan mengganggu privasi orang lain.

Berkaitan dengan itu, baru-baru ini aktris Han So Hee juga dibanjiri rundungan oleh warganet Indonesia. Mereka yang mayoritas penonton drama Korea “The World of The Married” itu memaki di Instagram pribadi milik Han So Hee. Dalam hal ini, memaki Han So Hee sebagai pelakor atau perebut laki orang hingga berani mengucurkan hinaan operasi plastik. Kemudian Joshua Suherman di Twitternya mencuit kasus bullying Han So Hee ini, dia menceritakan tentang temannya yang suka memerankan tokoh antagonis. Suatu hari di Mall, teman Joshua pernah diludahi dan juga pernah ditampar oleh ibu-ibu. Hal ini memperlihatkan mereka tidak dapat berpikir kritis karena tidak memiliki kecakapan hidup dan tidak puas terhadap hidupnya sehingga melampiaskannya kepada orang lain. Mereka yang ada di sekitar justru terlihat mewajari hal tersebut. Padahal, ibu-ibu itu sudah menjatuhkan harga diri dan merusak nama baik teman Joshua Suherman. Hal itu menunjukkan mereka tidak memiliki salah satu komponen berpikir kritis, yaitu kewajaran (Bashaam, 2002).

Mereka pelaku perundungan belum memiliki komponen-komponen inti dari berpikir kritis sehingga mudah bagi mereka melakukan bullying di media sosial. Para ahli membuat konsensus tentang komponen inti berpikir kritis seperti interpretasi, analisis, evaluasi, inference, explanation dan self regulation (APPA, 1990). Hal ini berkaitan dengan bagaimana kemampuan untuk mengerti, mengidentifikasi, menilai, mengklasifikasi, menyatakan hasil, dan mengambil kesimpulan dengan bentuk pertanyaan, konfirmasi, validasi atau koreksi terhadap alasan dan hasil berpikir.

Mereka terlihat seperti tidak bisa membedakan dunia drama dengan realita. Dalam hal ini, mereka juga tidak memiliki komponen utama berpikir kritis, yaitu interpretasi (APPA, 1990). Interpretasi adalah kemampuan untuk mengerti dan menyatakan arti atau maksud suatu pengalaman yang bervariasi luas, situasi, data, peristiwa, keputusan, konvesi, kepercayaan, aturan, prosedur atau kriteria.

Kesalahan interpretasi inilah yang mempengaruhi cara berpikir seseorang. Cara berpikir seseorang akan mempengaruhi kecakapannya dalam menjalani hidup. Hal ini akan berpengaruh terhadap kepuasan hidup seseorang. Sederhananya, cara berpikir yang salah akan mengakibatkan pengambilan keputusan yang tidak tepat kemudian hal ini menyebabkan ketidakpuasan dalam hidup. Ketidakpuasan inilah yang nantinya akan mempengaruhi kesehatan mental.

Kemampuan berpikir kritis tidak dimiliki oleh semua orang. Ketidakmampuan ini yang membuat seseorang menjadi impulsif dan membawa masalah. Oleh karenanya, akan lebih baik jika kita belajar berpikir kritis agar tidak ada salah interpretasi dan menelan sesuatu secara mentah-mentah yang menimbulkan ketidakcakapan hidup dan ketidakpuasan hidup sehingga dapat mengganggu kesehatan mental.

Referensi

1 Like