Apakah Bercerai Merupakan Keputusan yang Buruk?

Apa sih cerai itu? Cerai adalah terputusnya hubungan antara suami istri yang disebabkan oleh kegagalan suami atau istri dalam menjalankan obligasi peran masing-masing. Perceraian terjadi dikarenakan adanya ketidakstabilan di dalamnya yang kemudian memilih untuk hidup terpisah dan diakui secara sah berdasarkan hukum yang berlaku.

Pada saat ini perceraian adalah hal yang lazim terjadi di lingkungan masyarakat. Ada yang sudah berpuluh-puluh tahun menikah kemudian memutuskan untuk bercerai. Ada yang baru 3 bulan menikah sudah bercerai. Bercerai seolah-olah menjadi tren, dan terkadang terlihat diantara mereka bangga akan keputusan untuk bercerai. Padahal perceraian adalah sebuah bentuk kegagalan mereka dalam berumah tangga.

Dari berbagai macam alasan pasangan untuk bercerai, menurut kalian apakah perceraian itu merupakan sebuah keputusan yang buruk?

Keputusan untuk bercerai bisa dianggap baik jika sudah terjadi tindakan KDRT yang cukup parah dalam suatu keluarga. Semakin lama bertahan di dalam situasi KDRT, semakin besar pula bahaya yang mengancam. Tidak hanya kepada diri sendiri, tetapi juga kepada anak.

Dikutip dari alodokter.com (2021)

Kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya berupa tindakan fisik, tetapi juga kekerasan secara psikologis dan seksual. Bukan hanya cedera, masalah kesehatan dan bahkan kematian mengintai korban tindakan ini. Oleh karena itu, lindungi diri dengan mengenali bentuk-bentuknya dan cara menyikapinya.

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah segala bentuk ancaman, pelecehan, dan kekerasan antara dua orang yang terikat dalam hubungan pernikahan atau anggota keluarga lain, misalnya anak. Ini merupakan salah satu bentuk hubungan abusive dan toxic yang cukup sering terjadi.

Referensi

Kenali Bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga dan Cara Menyikapinya - Alodokter

Menurut saya,Cerai dalam Islam adalah adalah melepaskan status ikatan perkawinan atau putusnya hubungan pernikahan antara suami dan istri. Dengan adanya perceraian, maka gugurlah hak dan kewajiban keduanya sebagai suami dan istri. Artinya, keduanya tidak lagi boleh berhubungan sebagai suami istri, misalnya menyentuh atau berduaan, sama seperti ketika belum menikah dulu. Alquran juga mengatur adab dan aturan dalam berumah tangga, termasuk bagaimana jika ada masalah yang tak terselesaikan dalam rumah tangga.

Islam memang mengizinkan perceraian, tapi Allah membencinya. Itu artinya, bercerai adalah pilihan terakhir bagi pasangan suami istri ketika memang tidak ada lagi jalan keluar lainnya. Allah berfirman: “Dan jika mereka berketetapan hati hendak menceraikan, maka sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui,” (Al-Baqarah: 227)

Ayat tentang hukum perceraian ini berlanjut pada surat Al-Baqarah ayat 228 hingga ayat 232. Di sana diterangkan aturan-aturan mengenai hukum talak, masa iddah bagi istri, hingga aturan bagi perempuan yang sedang dalam masa iddahnya.

Di dalam surat Ath-Thalaq ayat 1-7 juga dibahas aturan-aturan dalam berumah tangga. Di situ disebutkan tentang kewajiban suami terhadap istri hingga bagaimana aturan ketika seorang istri berada dalam masa iddah.
Jadi, bahwa islam tidak melarang untuk sebuah perceraian. Tetapi allah tidak menyukai perceraian.

Mengambil keputusan bercerai bukanlah hal yang mudah diambil, pasti terdapat alasan kuat yang menyebabkan pasangan memutuskan untuk bercerai. Bukan seperti saat kita pacaran ya udah kita putus karena tidak cocok.

Misal hubungan yang tidak harmonis atau toxic relationship, yang pada kasus sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Hingga menimbulkan cekcok tiap saat, pisah ranjang, hingga munculnya orang ketiga.

Oleh karena itu pada kasus tersebut perceraian bisa dianggap keputusan yang baik karena hubungan yang tidak harmonis sendiri memiliki efek negatif

Dikutip dari nationalgeographic.grid.id (2018)

Sebuah studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari University of Nevada dan University of Michigan mengungkapkan bahwa pernikahan yang buruk akan berdampak pada kesehatan.

Seperti depresi, penyakit jantung, dan kecemasan yang semuanya berasal dari stres yang konsisten dari pernikahan yang buruk.

Referensi

Ya, betul. Perceraian biasa dimulai dari hubungan keluarga yang tidak harmonis. Adanya ketidakseimbangan peran suami/istri di dalamnya. Saya juga setuju bahwa berada di lingkungan yang toxic benar-benar berdampak buruk pada kesehatan mental seseorang seperti depresi yang berkepanjangan.

Akan tetapi, hendaknya sebelum memilih untuk bercerai, sebagai pasangan seharusnya memikirkan dampak ke depannya lagi. Tidak hanya dampkaak untuk mereka, keluarga besar, tetapi dampaknya terhadap anak. Tidak bisa dipungkiri bahwa anak yang paling terkena dampaknya, terutama mereka yang baru berumur 7-13 tahun, yang baru menginjak usia remaja.

Kebanyakan orang tua pasti berpikir asal mereka melakukan pertemuan yang rutin hal tersebut maka anak tidak akan merasakan perubahannya. Padahal, dampak orang tua bercerai pada anak sangat mengena pada psikologi anak.

Perceraian bukan keputusan yang buruk ketika alasannya tepat. Wakil Panitra Pengadilan Agama Kabupaten Kendal, M. Muchlis mengungkapkan bahwa tiga alasan kebanyakan pasangan cerai adalah perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus, salah satu pihak meninggalkan pasangannya, dan faktor ekonomi.

Akan tetapi, saya setuju bahwa seperti pernikahan dini, perceraian seolah-olah menjadi tren. Mereka bangga dengan statusnya yang “janda/duda”, bahkan memberitahukannya seperti “dengan banggga” di media sosial.

Hal-hal seperti itu yang baiknya disosialisasikan di masyarakat, bahwa pernikahan bukan hal yang main-main. Kita tidak bisa dengan gampangnya nikah-cerai-nikah-cerai yang membuat esensi dari kata “pernikahan” itu hilang.

bercerai menurut saya bukan suatu keputusan yang buruk jika didasari dengan alasan untuk bercerai yang tepat. namun, sebaiknya, dipikirkan secara matang terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan untuk bercerai. banyak sekali faktor - faktor/ dampak yang mempengaruhi setelah seorang pasangan bercerai. Sebaiknya, sebelum memutuskan untuk melakukan pernikahan, hendaknya dipikirkan secara matang apakah sudah siap untuk menanggung segala masalah yang akan terjadi setelah pernikahan. sehingga, bercerai dapat terhindari.

Menurut saya, keputusan cerai tidaklah selamanya buruk untuk diambil. Terkadang memang, beberapa masalah rumah tangga tertentu yang melanda atau masalah lainnya tidak memiliki solusi yang dapat menyatukan kedua belah pihak sehingga perceraian merupakan solusi terakhir yang dapat dilakukan. Bisa juga kedua belah pihak merasa semakin tidak cocok dari hari ke hari sehingga memutuskan untuk berpisah dan juga faktor - faktor lainnya seperti hubungan diam - diam (perselingkuhan) juga sangat berperan penting dalam pengambilan keputusan untuk bercerai.

Tetapi, mengambil keputusan untuk melakukan perceraian sendiri bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan karena memerlukan pertimbangan - pertimbangan yang matang dan mantap. Menurut saya sendiri, perceraian dapat dilakukan ketika semua pihak setuju untuk melakukannya demi kebaikan masing - masing. Sebaiknya, sebelum mengambil keputusan perceraian, pikirkanlah lagi jika solusi seperti itu memang harus diambil atau memang ada jalan keluar lainnya yang dapat ditempuh untuk menyelamatkan pernikahan, terlebih lagi jika suatu pasangan sudah memiliki anak yang tentunya, pertimbangan untuk mengambil keputusan cerai akan lebih banyak lagi. Banyak penelitian yang menunjukan jika perceraian orang tua memiliki dampak yang buruk terhadap anak terutama karena memunculkan efek broken home.

Lain lagi jika situasinya adalah siutasi - situasi negatif seperti toxic relationship atau abusive relationship yang tentunya satu - satunya cara untuk menyelesaikannya adalah dengan perceraian. Yang terakhir adalah, menurut saya pernikahan itu sendiri adalah sebuah hal yang sangat sakral dan suci di hadapan Tuhan Yang Maha Esa sebagai lambang penyatuan kedua insan yang berkomitmen membangun bahtera rumah tangga bersama dengan rasa kasih sayang dan cinta satu sama lain. ketika setiap pasangan memiliki poin ini dalam upaya menyelesaikan setiap permasalahan yang ada seperti meluangkan waktu untuk bercerita tentang perasaan masing - masing atau mengabiskan waktu bersama, maka resiko perceraian pun dapat diturunkan.

Intinya adalah, perceraian adalah ending yang buruk tetapi terkadang menjadi solusi untuk beberapa situasi tertentu.

Menurut saya, bercerai tidak selamanya menjadi keputusan yang buruk. Saya rasa orang yang akan memilih perceraian untuk mengakhiri pernikahan pasti telah mempertimbangkan keputusan tersebut dari segala aspek secara matang-matang, terlebih jika alasan perceraian adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) atau perselingkuhan. Untuk beberapa alasan tertentu, perceraian justru menjadi langkah terbaik untuk mengakhiri penderitaan akan kehidupan pernikahan yang tidak membahagiakan.

Jika melihat kasus perceraian antar selebriti, saya rasa, perasaan “bangga” yang ditunjukkan ke publik tidak bisa langsung kita nilai begitu saja. Bisa jadi yang mereka tunjukkan ke publik berbanding terbalik dengan apa yang mereka rasakan sebenarnya. Kita tidak pernah bisa mengetahui what happened behind the close door, bisa jadi perasaan “bangga” itu merupakan cara mereka untuk healing dan berdamai dengan keadaan atau bahkan perasaan lega karena berhasil keluar dari pernikahan yang tidak membahagiakan.

Menurut pandangan saya, bercerai bukan merupakan keputusan yang buruk. Karena pada dasarnya tidak ada pasangan yang menginginkan perceraian, bahkan dalam agama saya, perceraian merupakan perilaku yang tidak disukai oleh Allah SWT. Namun, kita tidak bisa memaksakan hubungan yang tidak baik, apalagi berimbas pada kesehatan mental hingga fisik. Jika hal buruk tersebut terjadi, maka pilihan terbaiknya ialah dengan perceraian.

Tidak selama nya bercerai merupakan hal yang buruk, dan juga bukan keputusan yang gampang diambil. Butuh pemikiran yang matang juga untuk memutuskan perceraian ini, khususnya bagi para pasangan yang sudah memiliki anak.

Aku setuju dengan kata kak @Navyani di atas. Setiap pasangan yang menikah pun pasti mempunyai harapan untuk terus memiliki rumah tangga yang harmonis dan ‘berhasil’, dan tidak ada yang menginginkan perceraiaan juga. Tapi kembali lagi, kehidupan rumah tangga tiap pribadi berbeda-beda, dan tidak semuanya lurus tanpa masalah. Ditambah, tiap personality tiap orang pun juga berbeda. Ada yang (jika ada masalah rumah tangga) berusaha memperbaiki dengan kepala dingin, dan berujung saling intropeksi diri, sehingga berbuah manis. Namun ada juga yang egois, dan tak mau intropeksi diri sehingga kesalahan pun terus ada berulang kali, seperti contoh, tindakan KDRT atau perselingkuhan, atau mungkin tidak mau menafkahi, yang bisa dibilang sangat fatal. Menurutku, jika kesalahan tersebut terus dilakukan berulang kali, dan terus merugikan satu pihak, (mungkin) pilihan terbaiknya ya perceraian, yang tentu nya diawali mediasi dulu.

nah bener banget, aku setuju dengan pendapat ini. setelah melihat berbagai permasalahan dalam rumah tangga orang-orang disekitarku, banyak dari mereka tidak memilih bercerai dan menikmati ketidakharmonisan rumah tangga karena perceraian bukan hal yang mudah. banyak hal yang harus ditanggung setelahnya, mungkin lebih ke nama baik dan tanggung jawab atau mungkin masalah mental anak.

apakah perceraian keputusan yang buruk? ini tergantung dari cara pandang kita terhadap suatu hal. tujuannya apa, penyebabnya apa, siap apa tidak menerima konsekuensinya atau pertimbangan lainnya. jika itu semua mengarah ke hal yang baik, ya perceraian bukanlah hal yang buruk.

Bercerai akan menjadi keputusan yang buruk jika rasionalisasinya karena bosan. (jangan salah, bahkan orang yang sudah menikah pun akan merasa jenuh dengan hubungannya)
Tapi kalo bercerai karena memang sudah tidak bisa dipertahankan, misalnya sudah menjadi korban KDRT, ada orang ke-3, atau sudah tidak memberikan nafkah kepada keluarga dengan alasan yang tidak bisa diterima (misalnya malas bekerja), bercerai akan menjadi suatu keputusan yang tepat.
"Tapi kan Allah membenci perceraian?"
Ya memang benci, tapi Allah juga ngga ridho jika umatnya disiksa, kan? Benci disini bukan semata-mata saklek membenci, tapi dilihat juga alasannya apa, jika memang tidak bisa dipertahankan, ya gapapa bercerai. Ingat bahwa keputusan bercerai itu bukan tiba-tiba “kamu malesin, aku mau cerai aja deh”, tapi bercerai merupakan jalan terakhir ketika terjadi permasalahan dan saat semua cara telah dilakukan untuk mempertahankan rumah tangga, namun tetap tidak ada perubahan.

Menurut ku bercerai adalah keputusan terburuk yang harus diambil jika memang sebuah masalah tidak bisa ditoleransi lagi. Dalam agama ku sendiri perceraian adalah sebuah hal yang dilarang karena ketika dua orang sudah mengikat janji dihadapan Tuhan, itu menjadi suatu hal yang tidak bisa di ingkari sampai maut memisahkan. Tapi zaman semakin berkembang dan perceraian sering terjadi dengan banyak alasan yang mungkin tidak bisa ditoleransi lagi, jadi itu semua kembali lagi kepada setiap individu bagaimana pandangan mereka tentang perceraian.

Untuk bercerai sendiri itu tidak baik, dimana bercerai akan menimbulkan banyak permasalahan yang muncul. Seperti adanya masalah pembagian harta bersama setelah perceraian maupun hak asuh anak ketika pasangan suami istri bercerai. Memilih jalan pisah atau bercerai juga bukan merupakan keputusan yang benar karena, dengan bercerailah timbul kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi dari kedua mempelai baik itu hak maupun kewajiban untuk anak yang tertuang didalam akta cerai.
Terdapat di Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan menyebutkan : "bahwa anak dibawah usia 18 Tahun berada dibawah pengawasan orang tua selama kekuasaan orang tua tidak dicabut.

Dari perceraian maka tidak hanya timbul berbagai masalah tetapi juga terkurasnya waktu dan uang dalam mengurus persyaratan perceraian di pengadilan. Dan hakim sendiri akan memutuskan permasalahan ketika bercerai tersebut, juga dengan permasalah baru apakah harta bersama yang didapat semasa perkawinan dapat dibagi sama rata atau hanya salah satu pihak saja yang berhak. Itu terdapat di pasal 37 Undang-Undang perkawinan nomor 1 tahun 1974. Dan dibarengi juga bagaimana hak asuh yang akan jatuh ketangan sih ibu atau sih bapak sendiri.