Apakah benar musik klasik berpengaruh pada kecerdasan?

Menurut hasil penelitian University of Maryland School of Medicine pada acara Scientific Sessions pada 11 November 2008. Kajian yang berjudul Positive Emotions and the Endothelium : Does Joyful Music Improve Vascular Health menyebutkan ketika seseorang mendengarkan musik kesukaan dalam 30 menit, itu akan membantu melepas hormon endorphin yang bergunaan untuk menghilangkan rasa sakit dan mengurangi stress, termasuk musik klasik.

Banyak yang beranggapan bahwa mendengarkan musik klasik akan membuat otak kita menjadi cerdas. Akan tetapi anggapan ini ternyata salah. Anggapan ini ternyata merupakan salah paham dari artikel hasil 3 peneliti yang bereksperimen dari University of California, Amerika Serikat. Dalam eksperimen tersebut mereka meminta sekelompok mahasiswa untuk mendengarkan musik klasik karya Wolfgang Amadeus Mozart selama 10 menit. Ternyata kemampuan spatial temporal mahasiswa tersebut meningkat 8-9 persen. Kemampuan spatial temporal adalah kemampuan untuk mengenali ruang, bentuk dan arah. Kemudian hasil penelitian itu diterbitkan dalam salah satu jurnal ilmu pengetahuan paling bergengsi di dunia.

Disinilah awal terjadinya kesalahpahaman tersebut. Banyak yang menerjemahkan meningkatnya kemampuan spatial temporal sebagai peningkatan seluruh IQ seseorang. Alfred Tomatis, seorang dokter spesialis telinga, hidung dan tenggorokan jg menulis dalam bukunya yang mengatakan bahwa mendengarkan musik Mozart dan musik klasik lainnya dapat memicu menyembuhkan tubuh dan perkembangan otak.

Beberapa tahun kemudian seorang pendidik dan musisi yang bernama Don Campbell menerbitkan bukunya yang berjudul “The Mozart Effect” dan langsung laris dipasaran. Saking boomingnya 73% mahasiswa pengantar psikologi di Amerika Serikat percaya.

Kemudian setelah diteliti lebih lanjut untuk meningkatkan kecerdasan otak kita bukan hanya disebabkanmendengarkan musik klasik, akan tetapi kegairaha emosional. Artinya apapun yang membuat kita enjoy kemungkinan akan membuat kita berpikir dan mengerjakan tugas lebih baik. Hal ini bukan hanya berlaku pada musik klasik, akan tetapi juga pada musik-musik lainnya seperti keroncong, rock atau campursari. Musik memang bisa memicu hormon endorfin yang bisa membuat kita rileks, mengurangi stres dan membantu kita berpikir jernih. Dan efek ini hanya bersifat sementara.

Menurut Mcneill, musik klasik adalah komposisi musik yang lahir dari budaya Eropa sekitar tahun 1750-1825. Biasanya musik klasik digolongkan melalui periodisasi tertentu, mulai dari periode klasik, diikuti oleh barok, rokoko, dan romantik. Pada era inilah nama-nama besar seperti Bach, Mozart, atau Haydn melahirkan karya-karyanya yang berupa sonata, simfoni, konserto solo, string kuartet, hingga opera (Hidayat 2011). Musik klasik dapat berarti musik simfoni, musik ruangan, opera, dan konserto. Namun, musik dapat berarti juga musik yang mempunyai kualitas abadi. Penulis musik klasik yang terkenal, dalam sejarah, diantaranya Bach, Mozart, Beethoven, dan Schubert (Harry Sulastianto dkk, 2006).

Menurut Sheppard, musik klasik juga diartikan sebagai semua musik dengan keindahan intelektual yang tinggi dari semua zaman, baik itu berupa simfoni Mozart, kantata Bach atau karya-karya abad 20. Istilah “keindahan intelektual” itu sendiri memiliki pengertian yang relatif bagi setiap orang. Dalam pengertian ini, musik dari era modern seperti Kitaro dan Richard Clayderman juga bisa digolongkan sebagai musik klasik, tergantung dari sisi mana musik tersebut dapat dinikmati. Apabila lebih banyak menikmati elemen intelektual dalam pengertian melodi, harmoni, atau aspek komposisi lainnya, maka jadilah ia musik klasik (Hidayat 2011). Kesimpulannya, maka musik klasik merupakan musik opera yang mempunyai ketukan yang sangat khas dari para penciptanya, memiliki kualitas abadi, keindahan intelektual yang tinggi, dan dapat menyinkronkan tubuh dan juga pikiran.

Musik berpengaruh kuat pada lingkungan belajar . Penelitian menunjukkan bahwa lebih mudah dan cepat jika pelajar berada dalam kondisi santai dan reseptif. Berdasarkan penelitian musik klasik penelitian yang memiliki tempo (cepat – lambat) nya musik tersebut, akan memperngaruhi denyut jantung seseorang. Dimana pada pembahasan musik dan otak, musik berpengaruh kuat pada lingkungan belajar. Belajar lebih mudah dan cepat jika pelajar dalam kondisi santai dan reseptif. Detak jantung orang dalam keadaan ini adalah 60 sampai 80 kali per menit. Dalam keadaan ini otak memasuki gelombang alfa (8–12 Hz), yaitu kondisi otak yang rileks namun waspada sehingga bagian otak yaitu hippocampus dan somatosensory, dapat bekerja dengan optimal . Dengan demikian musik dapat memberikan pengaruh kecerdasan pada seseorang yang salah satu jenis musiknya adalah musik klasik.