Apakah Beauty Culture Memengaruhi Kehidupan Seorang Perempuan?

adanya tuntutan dari lingkungan sosial membuat keharusan seorang wanita itu cantik, apakah hal ini memengaruhi kehidupan seorang perempuan?

Menurut saya, setelah berkembangnya media massa telah mengubah budaya kecantikan. Seperti yang kita tahu bahwa informasi mengenai kecantikan dapat mudah dicari baik dari media sosial seperti instagram & youtube serta media cetak seperti majalah. Tentunya hal ini sebenarnya baik, informasi mengenai kecantikan dapat diterima oleh para perempuan. Namun, sekarang telah berubah bukan sekedar menjadi informasi namun bukannya bersyukur tapi menjadi insecure. Selalu merasa masih belum cantik hingga membenci keadaan diri sendiri.

Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian dari Englis, Solomon, dan Ashmore (1994) bahwa awalnya fokus utama dari media massa yaitu membangun korelasi langsung antara terlihat cantik dan harga diri yang tinggi dalam pikiran perempuan. Selain itu, Fredrickson dan Roberts (1997) menjelaskan dampak dari media massa mengenai kecantikan dapat merusak kepercayaan diri perempuan dan mengalihkan fokus mereka dari keterampilan dan kemampuan ke obsesi yang tidak sehat dengan penampilan fisik.

Kemudian terdapat penelitian mengenai dampak dari pengejaran kecantikan oleh Madan et all yang berjudul [Impact of Culture on the Pursuit of Beauty: Evidence from Five Countries]
image
Pada tiga penelitian menunjukkan bahwa self-construal (bagaimana individu memandang, memahami, dan menafsirkan dunia di sekitar mereka, khususnya perilaku atau tindakan orang lain terhadap diri mereka sendiri) dan dimensi budaya yang diteliti secara luas merupakan prediktor penting dalam pencarian kecantikan melalui penggunaan alat dan produk yang meningkatkan penampilan.
image
Berikut adalah hasil penelitiannya:

  1. Studi 1 menunjukkan bahwa wanita dari negara-negara Timur memiliki tingkat ketergantungan tinggi terhadap ketergantungan sikap yang lebih positif dan niat penggunaan untuk meningkatkan penampilan dari produk dibandingkan dengan wanita dari negara-negara Barat.
  2. Studi 2 melakukan penggalian lebih mengenai hal yang mendasari prilaku tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa adanya keinginan untuk menjadi cantik merupakan dampak dari standar kecantikan yang ditentukan secara sosial. Hal ini didorong oleh kebutuhan mereka untuk menyesuaikan diri dengan cita-cita kecantikan yang dirasakan, yang mengarah pada rasa ketidaksesuaian yang lebih besar antara kondisi kecantikan aktual dan ideal mereka.
  3. Akhirnya, Studi 3 menunjukkan bahwa perilaku ini dapat dilemahkan jika norma-norma terkait penampilan dilonggarkan. Mereka menemukan bukti konvergen melalui dua cara operasionalisasi self-konstrual, yaitu menggunakan perbedaan lintas negara (Studi 1) dan pengukuran skala (Studi 2 dan 3).
Sumber

https://www.researchgate.net/publication/326047350_Impact_of_Culture_on_the_Pursuit_of_Beauty_Evidence_from_Five_Countries?enrichId=rgreq-b1d56152c64cc72a50255d5c05e7a0b0-XXX&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzMyNjA0NzM1MDtBUzo2NDYxNjM5MDA0MDc4MDlAMTUzMTA2ODg4NzE0Mw%3D%3D&el=1_x_3&_esc=publicationCoverPdf