Apakah amalan seseorang akan bermanfaat jika diikuti dengan kesyirikan?

Syirik adalah itikad ataupun perbuatan yang menyamakan sesuatu selain Allah dan disandarkan pada Allah dalam hal rububiyyah dan uluhiyyah.

Apakah amalan seseorang akan bermanfaat jika diikuti dengan kesyirikan?

Apabila suatu amal tercampuri syirik maka amal itu tidak akan diterima di sisi Allah dan mendatangkan dosa yang amat besar di sisi-Nya. Apabila syirik besar maka seluruh amalan menjadi sia-sia dan tidak diterima, sedangkan apabila syirik kecil maka amalan yang tercampuri itu saja yang tidak diterima dan dia mendapatkan dosa.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya),

“Sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelum kamu; Jika kamu melakukan syirik niscaya akan lenyap seluruh amalmu dan benar-benar kamu termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65)

Syirik besar menyebabkan pelakunya kekal di dalam neraka. Allah ta’ala berfirman (yang artinya),

“Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al-Maa’idah: 72)

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan,

“Akidah tauhid ini merupakan asas agama. Semua perintah dan larangan, segala bentuk ibadah dan ketaatan, semuanya harus dilandasi dengan akidah tauhid. Tauhid inilah yang menjadi kandungan dari syahadat laa ilaha illallah wa anna Muhammadar rasulullah. Dua kalimat syahadat yang merupakan rukun Islam yang pertama. Maka, tidaklah sah suatu amal atau ibadah apapun, tidaklah ada orang yang bisa selamat dari neraka dan bisa masuk surga, kecuali apabila dia mewujudkan tauhid ini dan meluruskan akidahnya.”

Allah ta’ala berfirman (yang artinya),

“Dan Kami tampakkan apa yang dahulu telah mereka amalkan lalu Kami jadikan ia bagaikan debu yang beterbangan.” (QS. Al-Furqan: 23)

Imam Ibnul Jauzi rahimahullah menafsirkan, “Apa yang dahulu telah mereka amalkan” yaitu berupa amal-amal kebaikan. Adapun mengenai makna “Kami jadikan ia bagaikan debu yang beterbangan” maka beliau menjelaskan, “Karena sesungguhnya amalan tidak akan diterima jika dibarengi dengan kesyirikan.”

an-Nasa’i mengeluarkan hadits dari Abu Umamah –radhiyallahu’anhu– dia berkata: Ada seorang lelaki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu dia berkata, “Bagaimana pendapat anda tentang seorang lelaki yang berperang untuk mencari pahala sekaligus mencari sebutan/popularitas, apa yang akan dia dapatkan?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Dia tidak mendapatkan pahala apa-apa.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima -amalan- kecuali yang ikhlas dan untuk mencari wajah-Nya.”