Apabila seseorang sedang makan sahur kemudian terdengar adzan, apakah wajib baginya untuk membuang/mengeluarkan apa-apa yang ada di mulutnya ataukah tetap memakannya ?

Adzan

Adzan adalah penanda seseorang harus menghentikan aktivitas sahur yang ia lakukan di pagi hari karena adzan adalah pembatas waktu sahur dan waktu untuk berpuasa. Apabila seseorang sedang makan sahur kemudian terdengar adzan, apakah wajib baginya untuk membuang/mengeluarkan apa-apa yang ada di mulutnya ataukah tetap memakannya ?

Yang harus dilakukan ketika mendengar suara adzan saat sedang sahur adalah Harus Berhenti Makan. Adapun yang ada di mulutnya maka tidak boleh untuk mengeluarkannya, akan tetapi tidak boleh memakan sesuatu apapun setelahnya kecuali air berdasarkan hadits sunan Abu Dawud dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda,

“Apabila muadzin telah mengumandangkan adzan, sedangkan bejana masih dalam tangan seseorang, maka hendaklah dia mengambil keperluan darinya.”

Maka dengan hadits ini tidak mengapa seseorang untuk meminum apabila telah dikumandangkan adzan oleh muadzin dengan syarat air tersebut masih dipegang oleh tangannya.

Beberapa ulama membolehkan menghabiskan suapan terakhir dari makanannya, atau menghabiskan makanan yang sudah ada dalam mulutnya. Demikian juga sekedar minum untuk mengakhiri makan sahurnya. Semuanya itu boleh dilakukan walau muazin sudah mulai mengumandangkan azan.

Pendapat ulama ini berdalil dengan beberapa hadis dan atsar dari para sahabat Nabi.

Jika salah seorang di antara kalian mendengar azan sedangkan sendok terakhir masih ada di tangannya, maka janganlah dia meletakkan sendok tersebut hingga dia menunaikan hajatnya hingga selesai.” (HR Abu Daud).

Beberapa pakar hadis menyebut sanad riwayat hadis ini adalah hasan (baik) diantaranya Al-Bani dalam kitabnya As Shahihah (no.1394) dan Syaikh Muqbil Al-Wadii’iy dalam Al-Jaami’ush-Shahiih (2/374). Sedangkan yang menyebutnya sahih adalah Haakim dalam Al-Mustadrak (1/205). Walaupun ada ta’lil dari Abu Hatim yang mengakatan hadis ini dhaif, tapi para ulama tidak menerima alasan pendhaifannya.

Hadis ini merupakan rukhshah (keringanan) bagi orang yang sahur yang tengah mengunyah makanan atau yang ada di tangan yang belum terselesaikan. Berbeda halnya orang yang telah selesai makan sahur atau belum sahur sama sekali. Mereka tidak boleh lagi berniat untuk makan atau minum.

Hadis lain yang menguatkan pendapat mazhab pertama adalah hadis Abu Umaamah RA. Ia menyebutkan, pernah suatu kali iqamah sudah dikumandangkan sedangkan bejana masih ada di tangan Umar bin Khaththab RA.

Umar bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah aku boleh meminumnya?” Beliau SAW menjawab, “Boleh.” Maka Umar pun meminumnya. (HR Ibnu Jarir [3/527 no.3017]).

Hadis ini mempunyai dua riwayat, yang satu dari Al-Husain bin Waaqid. Namun riwayatnya disebut sebagai dha’if jiddan (lemah sekali). Sedangkan riwayat lain yang dimulai dari Muhammad bin Ali bin Hasan bin Syaqiiq bin Diinaar Al-Abdi adalah riwayat yang hasan (baik).

Abuz-Zubair yang mengatakan, "Aku pernah bertanya kepada Jabir tentang seseorang yang bermaksud puasa sedangkan ia masih memegang gelas untuk minum, kemudian ia mendengar adzan. Jabir menjawab, “Kami pernah mengatakan hal seperti itu kepada Nabi SAW, beliau bersabda, ‘Hendaklah ia minum’,” (HR Ahmad [3/348]).

Ada pula atsar (perbuatan) sahabat Nabi SAW, yakni Hudzaifah bin Yamaan RA. Seperti diterangkan Abu Thufail, ia pernah sahur bersama keluarganya di Al-Jabbaanah. Setelah itu ia mendatangi Hudzaifah yang waktu itu berada di rumah Al-Haarits bin Rabii’ah. Lalu Huzaifah memeraskan untuknya susu unta betina dan diberikan kepada Abu Thufail.

“Sesungguhnya aku berniat akan berpuasa,” ujar Abu Thufail. Hudzaifah pun menimpali, "Aku pun berniat akan berpuasa”.

Kemudian Hudzaifah dan Abu Thufail sama-sama meminum susu onta tersebut. Setelah itu, mereka pun berjalan menuju masjid ketika shalat telah ditegakkan." (HR Ibnu Abi Syaibah [3/10 no. 9028]).

Banyak lagi riwayat-riwayat serta atsar dari para sahabat yang menyatakan mereka tetap menghabiskan makanannya, walau azan sudah mulai berkumandang. Intinya, sebahagian ulama tetap membolehkan untuk menghabiskan suapan terakhir atau sisa makanan yang masih ada di dalam mulut, walau azan sudah berkumandang.

Tetapi sebaiknya, persiapkan sahur sedemikian rupa, sehingga kita tidak terburu-buru ketika sahur dan berhenti makan minum ketika adzan Subuh dikumandangkan.

Wallahu a’lam, Hanya Allah yang Maha Tahu atas segala kebenarannya.