Apa Yang Terjadi Ketika Hari Kiamat Menurut Agama Islam?

Apa yang terjadi ketika hari kiamat menurut agama Islam?

Hari kiamat merupakan hari disaat segala sesuatu yang ada di dunia dan seluruh alam semesta akan binasa dan setelah itu manusia dibangkitkan dari alam kubur ke alam akhirat untuk menerima pengadilan dari Allah. Beriman kepada hari kiamat artinya kita meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa pada suatu saat nanti alam semesta dan isinya ini akan berakhir.

Kejadian-kejadian yang terjadi pada hari kiamat, yang disebutkan di dalam al-Qur’an, adalah sebagai berikut:

Matahari digulung

Allah subhanahu wata’ala berfirman (yang artinya):

“Apabila matahari digulung.”(at-Takwir: 1)

Yakni dikumpulkan sebagiannya dengan bagian yang lain kemudian lenyap. Apabila hal tersebut terjadi maka sinar matahari pun menghilang. Langit terbelah, dan bintang-bintang berjatuhan

Sebagaimana dalam firman-Nya (yang artinya),

“Apabila langit terbelah. dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan,”(al-Insyiqaq: 1-2)

Langit yang selama ini kokoh, teratur, dan indah, menjadi pecah terbelah, kehilangan keteraturan dan keindahannya. Bintang-bintang jatuh berserakan dari garis edarnya. Cahayanya pun pudar dan lenyap.

Gunung-gunung beterbangan dan bumi diratakan

Allah azza wajalla berfirman (yang artinya),

“Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan” (al-Qari’ah: 5)

Allah juga berfirman:

“Dan apabila gunung-gunung digerakkan.” (at-Takwir: 3)

Yakni disingkirkan dari muka bumi, kemudian tidak tersisa setelahnya kecuali tanah datar, sebagaimana yang Allah firmankan dalam surah Thaha: 105-107

(yang artinya), “Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah ‘Rabbku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya, maka dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali, tidak ada sedikitpun kamu melihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi’.”

Gunung-gunung yang semula kokoh dan menjulang tinggi tersebut dihancurkan dan dijadikan seperti debu yang beterbangan dihembus angin kemudian hilang tak berbekas.

Seluruh manusia dibangkitkan dari kuburnya

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

(yang artinya) “Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka. Mereka berkata, ‘Aduhai celakalah kami! siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?’ Inilah yang dijanjikan (Allah) yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul- rasul(-Nya).” (Yasin: 51-52)

Demikian pula Allah subhanahu wata’ala berfirman,

(yang artinya), “Dan apabila kuburan-kuburan dibongkar.” (al-Infithar: 4)

Lalu seluruh manusia akan digiring ke hadapan Allah untuk mempertangungjawabkan setiap amalannya di dunia. Tidak hanya manusia, hewan-hewan pun pada hari itu akan dibangkitkan dan dikumpulkan, Allah subhanahu wata’ala berfirman,

(yang artinya), “Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan.” (at-Takwir: 5)

Referensi : http://mahad-assalafy.com/hari-kiamat-di-dalam-al-quran/

Secara etimologi hari kiamat terdiri dari dua kata yaitu hari dan kiamat. Hari adalah waktu dari pagi sampai pagi lagi (yaitu satu putaran bumi pada sumbunya, 24 jam), waktu selama matahari menerangi tempat kita (dari matahari terbit sampai matahari terbenam), keadaan (waktu, udara, dan sebagainya) yang terjadi dalam waktu 24 jam.

Sedangkan kata kiamat berarti dunia seisinya rusak, binasa, lenyap, dan bencana besar. Adapun secara terminologi ada beberapa pendapat. Di antaranya:

  1. Binasa atau hancurnya alam semesta merupakan tanda berakhirnya kehidupan dunia menuju kehidupan kekal di akhirat. Hari tersebut dikenal sebagai hari kiamat.

  2. Adapun pengertiannya menurut syariat adalah waktu berakhirnya kehidupan dunia dengan ditiupnya sangkakala sebagai permulaan dari hari kebangkitan dan perhitungan amal.

Hari kiamat dalam al-Qur’an menggunakan beberapa peristilahan, seperti al-ghasiyah, al-zalzalah, al-haqqah, al-tammah, al-qari’ah dan lain-lain . Istilah- istilah tersebut memiliki kecenderungan makna. Namun, penulis tidak langsung membahas secara keseluruhan istilah-istilah tersebut dan hanya membatasi untuk fokus berbicara tentang al-qari’ah dimana istilah tersebut sangat erat kaitannya dengan hari kiamat sebagaimana yang telah dijelaskan oleh defenisi di atas.

Kata al-qa ri’ah menunjukkan mala petaka yang membawa berbagai musibah, seperti peperangan, pembunuhan, bencana alam, dan lain-lain. Namun, secara harfiah, kata al-qa ri’ah bermakna mengetuk, pukulan, merisaukan,menggelisahkan. Kata al-qa ri’ah diartikan sebagai suatu yang keras mengetuk sehingga memekakkan telinga, hati, dan pikiran manusia. Suara yang memekakkan tersebut diakibatkan oleh kehancuran alam raya. Kehancuran alam raya tersebut dikenal sebagai hari kiamat.

Setelah melihat penjelasan di atas, antara hari kiamat dan al-qa ri’ah terdapat hubungan yang sangat erat kaitannya di mana hari kiamat itu hari di mana alam semesta mengalami bencana yang sangat besar seperti tsunami yang menghantam berbagai daerah dan bahkan bencana yang bias membelah dan meladakkan dunia ini. Seperti pula halnya al-qa ri’ah di mana membahas gambaran-gambaran bencana besar yang terjadi pada hari kiamat bukan hanya tsunami bahkan lebih besar daripada itu, di antaranya gunung-gunung beterbangan ketika dunia mulai hancur dan karena besarnya bencana tersebut yang bias meledakkan dunia sehingga manusia bagaikan anai-anai yang bertebaran.

Dengan demikian, kata al-qa ri’ah di dalam surah al-qa ri’ah, penulis memahami bahwa salah satu dari dua atau tiga peristilahan dalam al-Qur’an yang cocok dimaknai dengan makna hari kiamat seperti al-wa qi’ah, al-qiyamah, dan lain-lain. Karena istilah-istilah tersebut sama-sama menggambarkan tentang bencana yang paling besar dan dahsyat yang menghancurkan alam semesta pada saat hari kiamat terjadi.

Berbeda dengan istilah lain seperti hari akhir, hari kebangkitan, yang membahas tentang hari di mana kiamat telah terjadi. Olehnya itu, memahami al-qari’ah itu adalah hari kiamat.

Peristiwa-peristiwa lain tentang hari kiamat dalam al-Qur’an disebutkan bahwa sangkakala akan ditiup pada hari kiamat. Sebagaimana yang dinyatakan dalam Q.S. al-Naml/27: 87, Q.S. al-Zumar/39: 68, Q.S. S{a>d/38: 15, al-Nazi’at/79: 13 dan 15. Sangkakala dalam al-Qur’an sering menggunakan istilah al-su r yang berarti al-qarn, tanduk. Ada juga yang mengartikannya bahwa al-su r berbentuk seperti terompet.

Selain kata a l - su r , ada beberapa istilah yang sering pula
digunakan al-Qur’an untuk menunjuk sangkakala yaitu a l - nafkhah (Q.S. al- Haqqah/69: 13), al-s}ayhah (Q.S. Ya sin/36: 49), al-rajifah (Q.S. al-Na ziat/79: 6-7), dan al-zajrah (Q.S. al-Na ziat/79: 13).

Peristiwa hancurnya alam semesta beserta isinya yang membunuh semua makhluk di dalamnya tanpa terkecuali (QS. Al-Zumar/39:68). Peristiwa tersebut ditandai dengan bunyi terompet atau sangkakala oleh Malaikat Israfil atas perintah dari Allah swt.

Setelah semua makhuk yang hidup mati maka Allah swt. akan memerintahkan malaikat Israfil untuk meniup terompet untuk yang kedua kali guna membangunkan orang semua yang telah mati untuk bangkit kembali mulai dari manusia pertama zaman Nabi Adam hingga manusia yang terakhir saat kiamat tiba untuk melaksanakan hari pembalasan. Seluruh makhluk termasuk manusia yang pernah hidup di muka bumi akan dimatikan, kemudian hidup dan dibangkitkan kembali untuk mendapatkan perhitungan dan pembalasan atas segala amal yang pernah dilakukannya selama hidup di dunia.

Berakhirnya kehidupan seluruh manusia dan makhluk hidup di dunia harus diyakini kebenaran adanya yang menjadi jembatan untuk menuju ke kehidupan selanjutnya di akhirat yang kekal dan abadi. Iman kepada hari kiamat adalah rukum iman yang kelima.Iman kepada hari kiamat dinyatakan dalam Q.S. Gafir/40 :59 yang artinya :

“Sesungguhnya hari kiamat benar-benar akan datang tidak ada keraguan di dalamnya. akan tetapi kebanyakan manusia tiada beriman”.

Dalam bahasa Arab, hari kiamat biasa diistilahkan dengan kata al-qari’ah, al-qiyamah, al-sa’ah, dan lain-lain. Akan tetapi, dalam skripsi ini fokus membahas kata al-qari’ah.

Setelah semua makhuk yang hidup mati maka Allah SWT akan membali memerintahkan Malaikat Israfil untuk meniup terompet untuk yang kedua kali guna membangunkan orang semua yang telah mati untuk bangkit kembali mulai dari manusia pertama zaman Nabi Adam hingga manusia yang terakhir saat kiamat tiba untuk melaksanakan hari pembalasan. Kata al-Qari’ah disebut sebanyak empat kali dalam al-Qur’an dan tiga kali arti kata-kata tersebut terdapat dalam Q.S. al-Qari’ah dan satu kali dalam Q.S. al- Haqqah/69:4. Ada pula yang disebutkan dalam bentuk nakirah yaitu qari’ah (tanpa alim lam) dan disebutkan hanya satu kali yaitu dalam Q.S. al-Ra’d/13:31.