Apa yang perlu disiapkan dalam membuat MVP?

MVP ialah minimum viable produk yang merupakan produk web atau aplikasi dengan spesifikasi seminimal dan pembuatan secepat mungkin, namun mampu melayani kebutuhan inti pengguna semaksimal mungkin. MVP biasanya digunakan oleh user experience (UX) designer untuk membaca arah pasar produk yang tengah dibuatnya.

Minimum Viable Product (MVP) adalah seperti draf pertama atau salinan produk. Tujuan MVP adalah untuk melepaskan konsep dan mengumpulkan data tentang tanggapan pelanggan dengan upaya minimum. Ini mungkin produk pertama dari jenisnya dan perusahaan tidak tahu apakah konsep itu akan berhasil atau tidak. Ketidakpastian dalam proses inovasi mengarah pada munculnya MVP.

Berikut adalah beberapa cara inovatif untuk mengembangkan produk yang layak minimum dan menetapkan jalur untuk peluncuran produk yang sukses nanti.

  1. Memahami Kebutuhan Pengguna
    Konsep di balik setiap pembuatan produk adalah untuk mengatasi kebutuhan pengguna dan menyelesaikannya. Saat mengembangkan produk, kami melihat masalah pengguna sebagai kata akhir. Namun, melalui wawancara dan survei, kita bisa mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang apa sebenarnya masalah dan bagaimana menyelesaikannya.

  2. Analisis Pesaing Anda
    Startup atau wirausahawan yang memiliki kepercayaan buta terhadap keunikan produk tidak harus menutup mata mereka sendiri. Pendekatan yang ideal adalah menganalisis pesaing dan mencari tahu apakah ada produk serupa di pasar atau tidak. Bahkan, jika tidak ada pesaing, itu tidak berarti Anda dapat mendorong produk dan memperkenalkannya. Analisis pesaing adalah bagian inti dari pengembangan MVP.

  3. Definisikan User Journey
    Tujuan utama dari produk apa pun adalah untuk memfasilitasi pengguna dan memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan tertentu. Misalnya, jika Anda mencari celana jeans, apa yang akan menjadi perjalanan Anda? Kunjungi toko, pilih yang paling disukai, periksa ukuran dan warnanya dan bayar untuk itu.

  4. Prioritaskan dan Cantumkan Fitur
    Langkah selanjutnya adalah memprioritaskan dan membuat daftar fitur yang diperlukan untuk setiap tahap perjalanan pengguna. Ini tidak perlu, tetapi idealnya, Anda dapat menyoroti fitur-fitur yang bagus untuk dimiliki. Prioritaskan setiap fitur untuk setiap tahap yang telah Anda cantumkan sebelumnya.

  5. Kembangkan, Uji, dan Pelajari
    Setelah user flow hasil brainstorming sudah cukup solid, User Interface Designer menuangkan ide flow ke dalam bentuk mockup dan Product Copywriter menentukan kata-kata yang sesuai dan jelas untuk user. Setelah mockup dan copywriting disinkronisasi, kami tes apakah perjalanan user sudah cukup jelas.
    Testing ini dilakukan tidak cukup hanya sekali saja. Kami melakukan validasi konsep dengan mengetesnya bersama dengan customers. Sementara validasi usability bisa dilakukan dengan bantuan karyawan internal. Karyawan internal dari tim non produk hotel tentunya, supaya tidak bias.
    Revisi, tes, revisi, tes, sampai akhirnya versi high-fidelity (lengkap dengan warna dan piksel) selesai. Setelah itu kami menuju tahap selanjutnya.

  6. Rilis Produk
    Setelah hasil tes dirasa cukup, barulah prototype diteruskan ke tim Engineer untuk dikembangkan. Kemudian lahirlah MVP yang ditunggu-tunggu. Setelah produk rilis, bukan berarti tim Design sudah lepas tangan dari proses pengembangan produk. Kami memahami bahwa banyak hal yang bisa diperbaiki. Evaluasi pelanggan dan hasil data analytics akan menjadi inspirasi untuk perbaikan fitur di iterasi selanjutnya.

sumber: