Apa yang Menyebabkan Tetap Terjaganya Harmonisasi Sosial Masyarakat Perbatasan Indonesia-Malaysia

indonesia malaysia
Harmoni sosial ini menjadi sesuatu yang unik karena pada umumnya komunitas masyarakat yang berbeda negara sering diwarnai oleh disharmoni sosial atau keretakan-keretakan dalam hubungan sosial antarindividu maupun kelompokkelompok sosial yang ada di dalamnya.

Apa yang Menyebabkan Tetap Terjaganya Harmonisasi Sosial Masyarakat Perbatasan Indonesia-Malaysia

Kunci Tetap Terjaganya Harmonisasi Sosial Masyarakat Perbatasan Indonesia-Malaysia


  • Kekerabatan (suku / klen)
    Kecamatan Jagoi Babang masyoritas penduduknya adalah suku Dayak-Bidayuh. Suku Dayak Bidayuh ini mendiami wilayah di sekitar Kecamatan Jagoi Babang, Seluas, Siding hingga ke distrik Bau di negara bagian Sarawak, Malaysia. Hubungan kekerabatan antaranggota klen terus dipelihara hingga kini, sekalipun mereka sudah berada di dua wilayah yang terpisah karena batas politik (negara). Jika ada anggota kerabat yang sakit atau tertimpa kemalangan, mereka akan saling mengunjungi tanpa mempedulikan kewarganegaraannya. Sebab dalam pandangan masyarakat Bidayuh / Bedayuh, tanah ulayat yang diwariskan oleh leluhur mereka sudah ada sebelum munculnya negara (Indonesia dan Malaysia), karena itu negara tidak berhak membatasi hubungan kekerabatan yang sudah berlangsung sejak dahulu kala.

  • Ritual adat
    Sama seperti komunitas etnik lainnya di Indonesia, masyarakat Bidayuh juga menjalankan berbagai ritual adat yang diwarisi dari leluhurnya. Salah satu di antaranya adalah ritual Gawai (gawa’). Gawai dapat disebut sebagai sebuah upacara syukuran atas segala anugerah dan berkah yang telah diterima atau sebagai permohonan ampun kepada penguasa alam semesta.

    Umumnya, ritual adat terkait erat dengan sistem kepercayaan dan dapat menciptakan kesatuan, persatuan dan solidaritas kelompok (Durkheim, 1975). Begitu pula upacara Gawai di kalangan masyarakat Bidayuh di Jagoi Babang telah menumbuhkan rasa persatuan dan solidaritas kelompok dengan masyarakat Bidayuh di distrik Bau, Sarawak meskipun mereka berbeda kewarganegaraan.

  • Transaksi ekonomi
    Transaksi ekonomi memang merupakan salah satu faktor perekat hubungan antara masyarakat di wilayah perbatasan. Keadaan ekonomi yang berbeda antara negara Indonesia dan Malaysia memberi peluang kepada masyarakat kawasan ini untuk memilih transaksi ekonomi yang lebih menguntungkan bagi mereka. Oleh karena itu, tidak heran apabila masyarakat di Kecamatan Jagoi Babang lebih akrab dengan barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari yang dipasok dari Sirikin, Sarawak dan masyarakat di Sirikin serta para pedagang di Sarawak lebih mengenal sayuran-sayuran dari Kecamatan Jagoi Babang. Transaksi ekonomi seperti itu tidak terlepas dari hubungan sosial budaya antar masyarakat yang satu suku itu.

  • Interaksi Masyarakat Perbatasan
    Menurut Sekretaris Jagoi Babang, salah satu program pembangunan daerah untuk mempercepat pembangunan wilayah perbatasan adalah meningkatkan taraf hidup dan mensejahterakan masyarakat. Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang merupakan salah satu wilayah yang terdekat dengan Kecamatan Arok. Hal yang sebenarnya dapat dilakukan adalah kerja sama dalam bidang kehutanan dan pertambangan yang merupakan sektor unggulan. Permasalahan yang muncul adalah terjadinya eksploitasi sumber daya alam terutama hutan yang merupakan sektor utama. Hal ini dapat beresiko terhadap lingkungan hidup sehingga diperlukan hutan yang disebut forestry management.

Hubungan masyarakat perbatasan antara Jagoi Babang dangan Sarawak dapat dikatakan harmonis. Dalam bidang kerja sama perdagangan, ada etika yang disepakati oleh masyarakat lokal. Misalnya, masyarakat Jagoi Babang akan jualan barang ke Sarawak, maka untuk menyebrang ke perbatasan harus menggunakan jasa ojek. Selanjutnya, tukang ojek yang akan mengantar ke Sarawak. Biasanya tukang ojek perbatasan sudah memiliki kartu pass, sehingga hal ini mempermudah urusan penyebrangan. Begitu juga sebaliknya pedagang dari Malaysia, melakukan hal yang sama.

Perbedaan negara sangat membutuhkan kesadaran untuk saling dapat berinteraksi, karena selain berbeda budaya juga berbeda ideologi, visi dan misi. Menurut Paulus (2005: 169 dalam Lukum, 2011) Integrasi nasional suatu bangsa pada dasarnya membutuhkan secara seimbang tiga kekuatan pengikat yaitu: Pertama, adanya kesepakatan terhadap nilai-nilai dasar, ideologi dan cita-cita untuk bersatu menjadi suatu bangsa (integrasi normatif). Kedua, adanya rasa ketergantungan fungsional dan manfaat nasional dan manfaat fungsional yang konkrit dari tiap-tiap daerah dengan terintegrasi dalam suatu negara kesatuan (integrasi fungsional). Ketiga, adanya kekuatan yang berwibawa dari pemerintah pusat untuk menjaga komitmen tiap-tiap daerah untuk berintegrasi sehingga tercipta suatu kestabilan dan keteraturan (integrasi koersif).