Apa yang menyebabkan seseorang memiliki harga diri yang rendah?

Harga diri rendah

Harga diri atau Self esteem merupakan penilaian-penilaian seseorang tentang dirinya sendiri dari berbagai titik pandangan yang berbeda, apakah individu tersebut sebagai orang yang berharga dan sebaiknya.

Apa yang menyebabkan seseorang memiliki harga diri yang rendah ?

McKay dan Fanning (2000) menyatakan bahwa faktor penting yang berperan dalam menentukan harga diri (self esteem) individu adalah cara pandang/ penilaian terhadap diri sendiri. Masalah harga diri atau self esteem akan timbul bergantung pada cara seseorang untuk membuat penilaian diri. McKay dan Fanning (2000) mengungkapkan bahwa distorsi pikiran (selanjutnya dapat disebut juga dengan pikiran negatif/ kesalahan berpikir/pikiran yang tidak realistis) seringkali dikaitkan dengan rendahnya self esteem .

Pola pikir negatif merupakan kebiasaan buruk yang mana individu menginterpretasi kenyataan dengan cara yang negatif sehingga mengakibatkan bias dalam proses evaluasi diri.

Berikut adalah sembilan macam kesalahan berpikir yang dapat menyebabkan menurunnya atau rendahnya harga diri seseorang, yaitu:

  • Overgeneralization , yaitu pola pikir yang menggeneralisasi satu situasi kepada situasi-situasi lain. Individu yang melakukan pola pikir ini menyimpulkan bahwa satu hal yang sudah terjadi akan terus terjadi berulang kali menimpa dirinya. Ciri dari pola pikir distortif ini tampak dalam pernyataan-pernyataan individu yang melibatkan kata “selalu”, “tidak pernah”, atau “semua orang”. Misalnya “Saya tidak pernah bekerja dengan tepat waktu”. Untuk mengatasi pola pikir ini, individu perlu memperhatikan hal spesifik dalam dirinya sehingga individu tidak cepat mengambil kesimpulan yang salah.

  • Global labelling, yaitu memberi penilaian/label secara otomatis berdasarkan satu atau dua aspek dari karakteristik atau pengalaman individu, yang bukan merupakan kualitas-kualitas diri yang akurat. Pikiran ini berhubungan dengan overgeneralization , namun kesalahannya terbentuk berdasarkan penilaian yang dibuat. Global labeling dapat membentuk stereotype yang merendahkan penampilan atau performa individu.

    Misalnya seseorang menganggap dirinya jelek karena dirinya berbadan tinggi. Untuk menghadapi kesalahan berpikir ini, individu perlu menyeimbangkan deskripsi diri dengan memberikan fakta pada dirinya dan bukan pada penilaian negatif. Misalnya penyebutan diri sebagai “Aku gemuk” dapat diubah menjadi “Aku memiliki berat 55 kg namun aku terlihat menarik dengan menggunakan baju ini”.

  • Filtering (Mental filtering) , yaitu individu memberikan perhatian (atribut) pada dirinya secara selektif hanya pada aspek-aspek negatif, tetapi tidak pada aspek-aspek positif. Seseorang yang menyaring/ memfilter realitasnya, akan melihat dunia seperti gelas yang gelap. Ciri dari pola pikir ini adalah kritik terhadap diri dengan tema “kehilangan”, “kebodohan”, “ketidakadilan” atau aspek negatif lainnya. Untuk menghadapi pola pikir ini, individu perlu mengingat kelebihan/ aspek positif/ keberhasilan yang pernah diterimanya.

  • Polarized thinking (All or nothing thinking) , yaitu mengategorikan segala sesuatu menjadi dua kutub absolut seperti warna hitam dan putih tanpa warna abu-abu. Individu membagi pengalamannya menjadi dikotomi seperti sempurna dan benar-benar buruk, atau berhasil dan gagal.

    Contoh: “Bila saya tidak dapat nilai 10 maka artinya saya gagal”. Agar individu dapat mengurangi pola pikir ini, dirinya perlu memahami adanya area “abu-abu” yaitu area dimana individu dapat secara spesifik memberikan pandangan terhadap diri tanpa harus melihat area yang berlawanan.

  • Self blame , yaitu pola pikir yang secara konsisten menyalahkan diri atas hal- hal yang bisa jadi bukanlah kesalahan sendiri. Self blame akan membutakan kualitas baik dan keberhasilan dalam individu. Hal yang dapat diobservasi dari pikiran negatif ini adalah tidak henti-hentinya meminta maaf.

    Contohnya:”Tuhan, saya bodoh. Maafkan saya”. Untuk mengatasi pola pikir ini, individu perlu memberikan penguatan terhadap diri seperti “Tidak usah menyalahkan diri sendiri. Semua orang pernah melakukan kesalahan”

  • Personalization , yaitu saat individu menganggap bahwa segala sesuatu yang terjadi berkaitan dengan dirinya dan membandingkan dirinya dengan orang lain sebagai pihak yang lebih negatif. Misalnya individu merasa dirinya jelek, bodoh, dan aneh ketika membandingkan diri dengan orang lain yang menurutnya lebih cantik, pintar, kompeten, dan populer. Untuk mengatasi pola pikir ini, individu sebaiknya memahami kelebihan dan kelemahan dirinya kemudian memberi penegasan mengenai kualitas diri tanpa memandang orang lain.

  • Mind reading , yaitu menebak-nebak apa yang ada dalam pikiran orang lain dan meyakini kebenarannya walaupun tanpa ada bukti yang nyata. Individu mengasumsi bahwa orang lain di dunia ini akan berpikiran sepertinya. Mind reading adalah yang menimbulkan self esteem rendah karena individu cenderung berpikiran bahwa orang lain setuju dengan opini negatifnya. Misalnya “Guru itu memperhatikan setiap gerakanku. Dia pasti ingin memarahiku”. Untuk mengatasi pola pikir ini, seseorang harus menyadari untuk tidak memberikan asumsi pribadi dan lebih berkonsentrasi dengan fakta yang terjadi.

  • Control fallacies, yaitu pola pikir ketika individu merasa bertanggung jawab sepenuhnya atas semua orang dan hal-hal yang telah terjadi. Dapat juga individu merasa tidak memiliki kontrol sama sekali dan hanya menjadi korban yang tidak berdaya. Misalnya: ”Saya lemah. Tak ada hal yang dapat saya lakukan”. Untuk menghadapi pola pikir ini, seseorang perlu menyadari apa saja kontrol dalam hidupnya serta mengetahui apa yang dapat dilakukannya dengan situasi yang telah terjadi.

  • Emotional reasoning , yaitu mengasumsikan keadaan atau suatu hal berdasarkan apa yang dirasakan individu pada keadaan tersebut. Implikasi hal ini akan menimbulkan pengaruh pada self esteem karena penilaian dirinya adalah menurut yang ia rasakan saat itu. Misalnya seseorang akan merasa dirinya tidak berharga, maka ia akan tidak berharga. Untuk mengubah pola pikir ini, seseorang perlu menyadari bahwa perasaan negatif yang dirasakannya merupakan bagian dari pandangan negatif terhadap diri.

Kesalahan berpikir di atas merupakan kebiasaan buruk yang dapat menghambat seseorang menghadapi realitas kehidupan. Hal ini dapat terjadi karena penilaian secara otomatis diberikan pada diri sendiri sebelum dirinya berkesempatan untuk mengevaluasi pikirannya tersebut (McKay & Fanning, 2000).