Apa yang membuat roda pesawat tidak meletus ketika mendarat dengan kecepatan tinggi

Satu hal yang hampir tidak pernah Anda lihat saat sebuah pesawat mendarat adalah ban pesawat tiba-tiba meledak. Ban pesawat mampu menopang berat pesawat yang mencapai 38 ton. Dengan ukuran ban yang relatif tidak terlalu besar, mampu menginjakkan tanah hingga 500 kali sebelum perlu untuk divulkanisir. Bahkan satu roda bisa divulkanisir hingga tujuh kali, sebelum akhirnya benar-benar harus diganti. “Kunci daya tahan luar biasa dari ban pesawat adalah memaksimalkan tekanan udara pengisinya”, demikian ungkap Lee Bartholomew, insinyur uji coba ban pesawat Michelin seperti yang kami lansir dari Wired. Tekanan udara standard roda pesawat adalah 200 psi, kira-kira enam kali lipat dari apa yang Anda tekan ke dalam ban mobil. Bahkan ban pesawat tempur F-16 diisi dengan tekanan hingga 320 psi. “Ini benar-benar udara bertekanan yang begitu kuat,” imbuhnya. an pesawat sebenarnya tidak terlalu besar. Sebuah pesawat Boeing 737, menggunakan ban dengan ukuran 686mm (diameter) x 200mm (lebar) x 15in (rim). Karet pada dinding sampingnya tidak terlalu tebal, dan justru kekuatan ban terletak pada kawat yang tertanam di balik tapak ban. Mereka biasanya berbahan nilon, dan baru-baru ini banyak dikenal sebagai aramid. Setiap lapisan ban berkontribusi terhadap bantalan beban dan kemampuan menahan tekanan udara. Tentu saja, ban bisa gagal, terutama saat under-inflated atau overload. Tapak bisa lepas dan ban bisa meledak.

Di awal-awal sebuah pesawat menyentuh landasan, ban pesawat belum berputar, ia hanya bergesekan dengan aspal landasan. Pesawat menyeret ban tersebut, berdecit dan diiringi sedikit kepulan asap, sampai pada akhirnya kecepatan rotasi ban sesuai dengan kecepatan pesawat. Inilah mengapa ban pesawat hanya menggunakan alur dan bukan pola blok seperti yang terlihat di karet mobil Anda. Pola blok hanya akan merusak ban karena akan pecah di saat ban bergesekan dengan aspal landasan. Ban pesawat terbang mampu bekerja di kecepatan hingga 464 kph.

Credit: Wired