Apa yang manusia kejar di dunia ini?

###LIFE GUIDE

Dulu dikala aku kecil, aku selalu mendapt peringkat 1 baik di tingkat SD, SMP, SMA

Semua merasa senang, ibu & ayah pun selalu memelukku dengan bangga. Keluarga sangat senang melihat anaknya pintar & berprestasi.

Aku masuk perguruan tinggi ternama-pun, tanpa embel-embel test.

Orangtua & teman-teman-ku merasa bangga terhadap diriku.

Tatkala aku kuliah IPK-ku selalu 4 & lulus dengan predikat cum laude.

Semua bahagia, para rektor (pimpinan) menyalami-ku & merasa bangga memiliki mahasiswa seperti diriku, jangan ditanya tentang orangtua ku, tentunya mereka orang yangpaling bangga, Bangga melihat anaknya lulus dengan predikat cum laude. Teman-teman seperjuangan ku pun gembira. Semua wajah memancarkan kebahagiaan.

Lulus dari perguruan tinggi aku bekerja disebuah perusahan bonafit. Karirku sangat melejit & gajiku sangat besar.

Semua pun merasa bangga dengan diriku, semua rekan bisnisku selalu menjabat tangan-ku, semua hormat & menghargai diriku, teman-teman lama pun selalu menyebut namaku sebagai salah satu orang sukses.

Namun ada sesuatu yg tak pernah kudapatkan dalam perjalanan hidupku selama ini. Hatiku selalu kosong & risau. Perasaan sepi selalu menghantui hari-hariku. Ya…aku terlalu mengejar duniaku & mengabaikan akhiratku. Aku sedih…

Ketika aku berikrar untuk berjuang bersama barisan pembela Rasulullah saw & ku buang segala title keduniaanku, kutinggalkan dunia ku untuk mengejar akhirat & ridhaNya. Seketika itu pula dunia terasa berbalik. Yaa… Dunia seperti berbalik. Ku putuskan untuk merantau & memilih mempelajari ilmu Al-Qur’an & hadist & kuhafalkan Al-Qur’an 30 juz.

Semua orang mencemooh & memaki diriku. Tak ada lagi pujian, senyum kebanggan, peluk hangat dll. Yang ada hanyalah cacian.

Terkadang orang memaki diriku, "Buat apa sekolah tinggi2 kalau akhirnya masuk pesantren.
Dia itu orang bodoh…! Udh punya pekerjaan enak ditinggalin…

Berbagai caci & maki tertuju pada diriku, bahkan dari keluarga yang tak jarang membuat diriku sedih…

"Apa ada lulusan perguruan tinggi terkenal masuk pondok tahfidz…? Ga sayang apa udh dapat kerja enak, mau makan apa & dari mana lagi…?

Kata mereka…

Ya, pertanyaan2 itu terus menyerang & menyudutkan diriku.

Hingga suatu ketika…

Ketika fajar mulai menyingsing ku ajak ibu untuk shalat berjamaah di masjid, masjid tempat dimana aku biasa menjadi imam.

Ini adalah shalat subuh yang akan selalu ku kenang.

Ku angkat tangan seraya mengucapkan takbir. " Allaaahuu akbaar"
ku agungkan Allah dengan seagung2nya.

Ku baca doa iftitah dlm hati ku, berdesir hati ini rasanya…
Kulanjutkan membaca Al-Fatihah,
Bismillahirrahmaanirrahiiim, (sampai disini hati ku begetar), ku sebut namaNya yang Maha Pengasih & Maha Penyayang…

Alhamdulillahirabbil alamiin…
Ku panjatkan puji-pujian untuk Rabb semesta alam…

Kulanjutkan bacaan lamat-lamat, ku hayati surah al-fatihah dengan seindah2nya tadabur, tanpa terasa air mata jatuh membasahi wajahku…

Berat lidah ku untuk melanjutkan ayat, Arrahmaanirrahiim,
ku lanjutkan ayat dengan nada yang mulai bergetar…

Malikiyaumiddin, kali ini aku sudah tak kuasa menahan tangisku.

Iyyaka na’budu wa iyyaka nastaiin, “yaa Allah hanya kepadaMu lah kami menyembah & hanya kepadaMu lah kami meminta pertolongan.”
Hati ku terasa tercabik2, sering kali diri ini menuntut kepada Allah utk memenuhi kebutuhanku, tetapi aku lalai melaksanakan kewajibanku kepada-Mu.

Sampai lah aku pada akhir ayat dlm surah Al-Fatihah. Ku seka air mata & ku tenangkan sejenak diriku.

Selanjutnya aku putuskan utk membaca surah Abasa’. Ku hanyut dalam bacaan ku, terasa syahdu, hingga terdengar isak tangis jamaah sesekali. Bacaan trs mengalun, hingga smp lah pd ayat 34. Tangisku memecah sejadi2nya.

Yauma yafirrul mar’u min akhii, wa ummihii wa abiih, wa shaahibatihi wa baniih, likullimriim minhum yauma idzin sya’nuy yughniih…

Tangisku pun memecah, tak mampu ku lanjutkan ayat tersebut, tubuhku terasa lemas…

Setelah shalat subuh selesai, dalam perjalanan pulang, ibu bertanya : “mengapa kamu menangis saat membaca ayat tadi, apa artinya…?”

Aku hentikan langkahku & aku jelaskan pada ibu. Kutatap wajahnya dalam-dalam & aku berkata :

"wahai ibu…
Ayat itu menjelaskan tentang huru-hara padang mahsyar saat kiamat nanti, semua akan lari meninggalkan sudaranya…

Ibunya…
Bapaknya…
Istri & anak2nya…

Semuanya sibuk dengan urusannya masing-masing.

Bila kita kaya orang akan memuji dengan sebutan orang yang berjaya…,

Namun ketika kiamat terjadi apalah gunanya segala puji-puji-an manusia itu…

Semua akan meninggalkan kita. Bahkan ibupun akan meninggalkan aku…

Ibu pun meneteskan air mata, ku seka air matanya…

Ku lanjutkan, “Aku pun takut bu bila dimahsyar bekal yang ku bawa sedikit…”

Pujian orang yang ramai selama bertahun-tahun pun kini tak berguna lagi…

Lalu kenapa orang beramai-ramai menginginkan pujian & takut mendapat celaan. Apakah mereka tak menghiraukan kehidupan akhiratnya kelak…?

Ibu kembali memelukku & tersenyum. Ibu mengatakan, “betapa bahagianya punya anak seperti dirimu…”
Baru kali ini aku merasa bahagia, karena ibuku bangga terhadap diriku.

Brbagai pencapaian yang aku dapat dulu, walaupun ibu sama memeluk ku namun baru kali ini pelukan itu sangat membekas dalam jiwaku.

Wahai manusia sebenarnya apa yang kalian kejar…?
Dan apa pula yg mngejar kalian…?
Bukankah maut semakin hari semakin mndekat…?

Dunia yang menipu jangan sampai menipu & membuat diri lupa pada negeri akhirat kelak…

Wahai saudaraku,
apakah kalian sadar nafas kalian hanya beberapa saat lagi…?

Sebelum lubang kubur kalian akan digali…
Apa yg aku & kalian banggakan dihadapan Allah & RasulNya kelak…?

Wallahua’lam…


Bagaimana menurut anda ? Apa yang manusia seharusnya kejar di dunia ini ?

1 Like

Jihad.
Melawan sisi jahat diri sendiri dan menjadi lebih baik.
melawan keburukan dunia dan membuat dunia lebih baik.
Membuat orang-orang disekitar tidak lagi kelaparan dan memberikan lapangan pekerjaan.
Menjadi kaya raya yang super kaya biar bisa sedekah super banyak.
Meninggalkan Ilmu pengetahuan yang berguna untuk dunia agar menjadi lebih baik.

Caranya, Kuliah, kerja, kejar Impian diatas. Apapun yang bisa di lakukan maka lakukanlah.

Artikel yang insipiratif.

Saya agak tergelitik ketika di WAG tempat saya bergabung ada pembicaraan mengenai artikel ini. Seseorang copas bahwa artikel ini tulisan dari Prof. Joni Hermana, rektor artikel. Teman-teman lain menanggapi bahwa hal tersebut agak janggal.

Kalaupun ini artikel ini menceritakan fragmen kehidupan seorang wanita, bagi sayapun menjadi janggal juga karena ada bagian yang menceritakan biasa menjadi imam di masjid.

Mohon klarifikasi tentang siapa penulis artikel ini.