Apa yang kamu ketahui tentnag Cool Japan?

Cool Japan

Cool Japan merupakan sebuah istilah yang digunakan dalam mendefinisikan budaya populer yang dimiliki Jepang.

Apa yang kamu ketahui tentnag Cool Japan?

Perkembangan Cool Japan


Cool Japan merupakan sebuah istilah yang digunakan dalam mendefinisikan budaya populer yang dimiliki Jepang. Keberadaan Cool Japan telah ada di antara kehidupan aktivitas keseharian masyarakat Jepang yang dianggap biasa oleh orang Jepang namun unik dan suatu yang baru bagi orang yang berasal dari negara lain. Anime, manga, karakter dan permainan, robot serta teknologi tinggi, makakanan dan komoditas tradisional Jepang serta segala hal mengenai Jepang yang dianggap sebagai hal baru yang belum pernah ditemuinya merupakan suatu hal yang termasuk kedalam istilah Cool Japan . (Headquarters, 2012).

Asal usul istilah Cool Japan ini berawal dari terbitnya sebuah artikel berjudul Gross National Cool yang ditulis oleh Douglas McGray di majalah Foreign Policy pada tahun 2002. Artikel ini membuat istilah Cool Japan semakin mengemuka yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah menjadi sebuah strategi. Di dalam artikelnya McGray menggambarkan kesuksesan Jepang yang berasal dari budaya populer Jepang seperti manga dan anime, desain, mode, gaya hidup. McGray memandang bahwa ketenaran budaya Jepang telah membangun citra baru untuk Jepang yang berdampak baik pada PDB nasional dan berpotensi meningkatkan daya tarik global.

McGray berpendapat bahwa Jepang lebih cocok disebut sebagai negara cultural super power dalam konteks Gross National Cool (GNC) daripada negara super power dalam konteks Gross National Product (GNP) seperti Jepang di tahun 1980-an. GNC merupakan pandangan McGray terhadap bentuk Soft power yang mengacu pada budaya dan kekayaan intelektual. Peristiwa pecahnya gelembung ekonomi Jepang di awal tahun 1990-an yang terjadi di Jepang yang membuat Jepang merasa kehilangan kepercayaan dirinya sebagai negara adidaya ekonomi. McGray bahkan menyebutkan bahwa Jepang mencapai posisi sebagai cultural super power . ((JETRO), 2005)

Selain itu ketenaran budaya populer Jepang yang tinggi memberikan kontribusi yang besar dalam membangun citra negaranya menjadi lebih positif. (Matahari, 2014) Karena artikel McGray ini, para pembuat kebijakan di Jepang menerima banyak pengaruh untuk mempopulerkan istilah Cool Japan . (Daliot-Bul, 2009) dari ungkapan asli Gross National Cool ini, kini berubah menjadi ungkapan yang sedikit berbeda, yaitu menjadi Cool Japan yang telah menjadi ungkapan yang melekat pada tujuan untuk memajukan banyak kebijakan tidak hanya untuk meningkatkan ekonomi budaya Jepang tetapi juga untuk meningkatkan citra nasional di global (Hwang, 2015).

Artikel yang di tulis oleh McGray membuka pandangan pemerintah terhadap kebudayaan Jepang sehingga para politisi Jepang mulai menyebarluaskan gagasan mengenai penciptaaan Soft power melalui fenomena Cool Japan . Beberapa tahun setelah terbitnya artikel tersebut, pemerintah Jepang mengaitkan istilah Cool Japan dengan proyek-proyek dalam menyebarkan daya tarik Jepang ke luar negari melalui kebudayaannya (Valaskivi, 2013). Namun, pada faktanya tidak hanya faktor dari artikel McGray saja yang mendorong pemerintah untuk membentuk Cool Japan Strategy , karena hal ini juga di dorong dari ketertarikan pemerintah Jepang terhadap sektor koten yang dimiliki Jepang yang mulai dibahas oleh perdana menteri Junichiro Koizumi.

Kebijakan Cool Japan Strategy juga menjadi salah satu wujud keseriusan pemerintahan Perdana Menteri Junichiro Koizumi terhadap ketertarikannya pada budaya populer Jepang. Di dalam pidatonya yang berisikan ketertarikannya terhadap budaya populer Jepang seperti membahas mengenai suksesnya film animasi di luar negeri yang mendapatkan penghargaan sebagai film animasi terbaik. Kemudian hal ini menunjukkan bahwa pemerintahan Koizumi tertarik pada budaya pop yang memiliki potensi yang menguntungkan dan berminat untuk mempromosikan budaya populer Jepang ke luar negeri (Matsui, 2014).

Istilah Cool Japan yang berkembang menjadi strategi mulai di terapkan pada tahun 2011 di dalam laporan resmi Intellectual Property Strategic Program 2011. Cool Japan menjadi strategi keempat dalam upaya untuk mendukung serta mempromosikan strategi kekayaan intelektualnya sebagai strategi nasional pada era globalisasi. Di dalam dokumen ini, Cool Japan akan memainkan peran penting dalam upaya membangun kembali Jepang dan kembali menjadi Negara yang terhormat menggunakan aset intelektual. ( Intellectual Property Strategy Headquarters , 2011). Kemudian di bawah naungan pemerintahan Shinzo Abe, pemerintah menciptakan platform publik-swasta untuk mendorong Cool Japan Strategy . (Chandran, 2016) Tahun berikutnya, pada tanggal 12 Januari, Ministry of Economy , Technology and Industry (METI) mempublikasikan kebijakannya dalam mengekspor konten ke luar negeri melalui Cool Japan Strategy . Bagi METI mempromosikan Cool Japan Strategy akan menjadi nilai tambah dalam menciptakan industri pertumbuhan baru serta membantu membangun Jepang secara ekonomi.

Pada akhirnya Cool Japan Strategy ini adalah strategi yang bertujuan untuk menyebarkan daya tarik Jepang kepada dunia dengan menggabungkan dan memanfaatkan pertumbuhan global untuk pertumbuhan domestik. Pelaksanaan Cool Japan Strategy ini tidak terbatas pada kontribusi ekspansi ekonomi melalui komunikasi informasi Cool Japan dan perluasan barang jasa di luar negeri, namun juga termasuk pada efek berganda yang dihasilkan dari pelaksanaannya, yaitu akan meningkatkan konsumsi di Jepang melalui pertumbuhan penggemar Jepang di luar negeri dan ketika dikaitkan dengan kepentingan Jepang terhadap sektor pariwisatanya, diharapkan akan membuat kunjungan wisatawan asing di Jepang meningkat. ( Cabinet Office Intellectual Property Headquarters , 2015)

Budaya Populer Jepang


Beberapa produk kebudayaan Jepang yang modern dan populer menjadi aspek penting dalam pelaksanaan Cool Japan Strategy . Kembali pada konsep awal dari Cool Japan , bahwa konsep Cool Japan ini mencangkup pada seluruh budaya populer Jepang seperti konten seperti mainan, komik dan anime, mode, produk makanan Jepang, budaya tradisional, desain hingga produk berteknologi tinggi seperti robot dan teknologi lingkungan. ( Intellectual Property Strategy Headquarters , 2011) METI membaginya kedalam 5 produk yaitu Konten yang termasuk anime, manga, film, makanan, dan mode. Lima produk ini merupakan industri atau produk yang memiliki potensi dalam memberikan profit ekonomi bagi negara Jepang.

1. Manga (Kartun Jepang)
Kepopuleran manga dimulai pada abad ke-20 ketika dicabutnya hukum yang melarang penerbitan barang-barang terkait manga. (Albert, 2017) Selama tahun 90-an, karya-karya animasi Jepang terbesar seperti Dragon Ball Z, Saint Seiya, atau Pokémon menjadi populer di seluruh dunia. (perez, 2014) Di dalam perkembangannya, manga menjadi kebudayaan populer Jepang yang semakin berkembang dan jenisnya semakin beragam. Mulai dari cerita manga yang semakin beragam, dan ringan untuk dibaca karena telah terbagi dibeberapa genre sehingga tidak hanya laki-laki atau anak kecil saja yang membaca manga, tetapi manga menjadi pantas untuk dikonsumsi dari berbagai kalangan. Manga menjadi sangat populer setelah perang dunia II. Ditahun 2002 Manga menjadi populer di Italia, Prancis, Jerman dan Spanyol. (Ito, 2005)

Manga telah tersebar dan di nikmati oleh banyak masyarakat di dunia, pemerintah ikut berkontribusi untuk memanfaatkan manga sebagai alat untuk mendapatkan citra baik di mata masyarakat global. Kementerian luar negeri, di prakarsai oleh Taro Aso memanfaatkan manga sebagai bagian dari diplomasi budaya dengan menyelanggarakan Japan International MANGA Award yang telah dilaksanakan sejak tahun 2007 dan hingga saat ini masih rutin dilaksanakan. Penghargaan ini diberikan kepada pencipta manga yang berkontribusi pada penyebaran budaya manga di luar negeri dan pertukaran budaya internasional melalui manga. ( Ministry of Foreign Affairs of Japan , 2018)

Manga menjadi akses untuk mengetahui budaya Jepang yang telah menarik banyak orang di dunia untuk menjadi penggemar dan membangkitkan minat dalam budaya Jepang. Banyaknya peminat manga di seluruh dunia menjadikan manga menjadi salah satu ekspor yang menguntungkan secara ekonomi dan sosial dan telah membantu Jepang menjadi salah satu pengekspor produk budaya terbesar di dunia. Manga Pokemon yang diterbitkan pada tahun 1996 adalah salah satu ekspor manga yang paling menguntungkan dengan pendapatan lebih dari US $ 150 miliar. (Sola, 2011)

2. Anime (animasi)
Anime adalah singkatan dari kata animation (animasi), di Jepang sendiri kata anime digunakan untuk merujuk semua animasi tanpa terkecuali. Namun di luar negara Jepang, kata anime telah menjadi istilah khusus untuk seluruh animasi dari Jepang. Anime tidak seperti kebanyakan animasi yang ada di Amerika seperti Batman dan Spiderman. Perbedaan ini dapat dilihat dari banyak hal seperti isi cerita, luasnya materi dan bahkan nuansa budaya yang ditunjukkan oleh karakter anime itu sendiri. Anime memiliki beragam pilihan yang disesuaikan dengan hampir setiap kelompok umur, sehingga anime dapat dinikmati oleh semua usia. Penggemar anime akan mendapatkan pandangan secara mendalam mengenai sejarah, bahasa, dan pandangan mengenai Jepang. (Albert, 2017)

Pada tahun 1980-an animasi Jepang ( anime ) mendapatkan pengakuan oleh dunia untuk pertama kalinya. (Takashi, 2018) Di akhir abad 80-an dan selama abad 90-an menjadi abad kepopuleran anime seperti Dragon Ball Z, Saint Seiya mupun Pokemon di seluruh dunia. Anime telah berhasil menarik ribuan penggemar dari berbagai negara. (Pérez, 2014)

Anime memegang posisi nomor satu di dunia animasi selama hampir dua dekade. Lebih dari 60% dari kartun animasi yang disiarkan diseuruh dunia dibuat di Jepang. (Condry, 2009) Anime turut serta dimanfaatkan oleh kementerian luar negeri Jepang sebagai alat untuk meningkatkan minat masyarakat di luar negeri. Hal tersebut pertama kali dilakukan pada tahun 2008 yaitu saat itu menteri luar negeri Koumura menobatkan Doraemon sebagai duta anime yang diharapkan mampu memberikan pemahaman lebih kepada masyarakat didunia tentang Jepang. ( Ministry of Foreign Affairs of Japan , 2017)

Manga dan anime merupakan akumulasi gambar dan gaya yang merujuk pada desain, makanan, pakaian, bangunan, kepercayaan, olahraga, sejarah, bahasa dan geografi. Penggambaran sikap dan tingkah laku masyarakat Jepang diambil dari sejarah dan budaya, sehingga kedua kebudayaan populer tersebut dapat menjadi media untuk menyampaikan sisi positif Jepang kepada msyarakat di luar Jepang yang belum mengetahui Jepang (Craig N. , 2002).

3. Film
Bagi kebanyakan masyarakat diberbagai negara, film buatan Jepang masih kurang di akui keberadaannya dan lebih mengenal film produksi Amerika. Terlepas dari itu pada faktanya tidak sedikit film Jepang yang di produksi ulang oleh Amerika sperti film yang berjudul The Last Samurai, Kill Bill I & II, Lost in Translation, The Ring, Spirited Away, Godzilla, Hanabi, Zatoichi, dan Twilight Samurai. Selain itu Jepang juga memproduksi film yang berbentuk anime, salah satu film bentuk anime yang banyak mendapatkan respon atau yang populer hingga ke luar negeri adalah film yang berupa anime. Salah satu film anime yang berjudul Kimi no nawa telah mencuri perhatian di dalam dan luar negeri sejak dirilis pada bulan juni tahun 2016. Film yang disutradarai oleh Makoto Shinkai ini memenangkan penghargaan Best Animation Award di Los Angeles, Amerika dan menyandang predikat sebagai film Jepang dengan 30 jumlah penonton terbanyak di Tiongkok. (Kobayashi, 2017) Film ini telah terjual 8,5 juta tiket dan menghasilkan 11,1 miliar yen, atau sekitar $ 111 juta. Itu menjadikannya film terlaris di Jepang tahun ini, bahkan mengalahkan Godzilla Resurgence yang sangat sukses (Barder, 2016)

4. Makanan
Sama seperti negara lainnnya, Jepang juga memiliki makanan khas yang menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi masyarakat di negara lain. Daya tarik yang dimiliki dari makanan asing dari negara lain biasanya dihasilkan dari rasanya maupun bahan makanannya. Makanan Jepang menarik perhatian masyarakat tida khanya dari rasanya saja namun juga dengan citra yang sehat. Untuk masakan Jepang, unsur kesehatan juga sangat dihargai oleh masyarakat negara lain.

Makanan Jepang telah menjadi fokus diskusi kontemporer diantara jurnalis, pemimpin bisnis, diplomat, hingga pejabat pemerintah lainnya. Secara umum masakan Jepang sangat tepat jika dianggap sebagai salah satu identitas budaya nasional. Sedangkan dalam lingkup internasional, makanan Jepang termasuk bagian dari soft power atau daya tarik Jepang. Pada tahun 2008, sebanyak 64,5% alasan turis asing yang berkunjung ke Jepang adalah demi makan makanan Jepang. (Bestor, 2011)

Masakan Jepang memiliki citra yang positif di negara lain, seperti di Brasil mennganggap bahwa masakan Jepang memiliki citra yang sehat. Di Bangkok, masakan Jepang dianggap sebagai masakan yang memiliki citra yang canggih karena produk makanan Jepang yang dianggap mahal dan bekualitas tinggi dalam hal warna, bentuk rasa, keamanan dan kemasan. (Japan External Trade Organization, 2014)

Pada tahun 1990-an sebuah acara televisi yang bernama Iron Chef meraih popularitas besar ketika ditayangkan di The Food Network di Amerika Serikat. Dari acara tersebut, penonton pandangannya mulai terbuka bahwa masakan Jepang tidak hanya sushi, tempura dan sukiyaki. (Jiji, Spots Showcasing Japanese Food Planned for Europe as Early as Next Spring, 2017) Jepang memiliki budaya makanan yang unik yang sebagian besar makanannya terbuat dari berbagai bahan segar baik dari laut dan pegunungan. Ramen instan, sushi, dan kecap adalah salah satu makanan Jepang yang tersebar di seluruh dunia. Sushi adalah contoh klasik dari cara penyebaran makanan Jepang di Asia Timur, pertama menjadi populer di Korea Selatan dan Taiwan, kemudian menyebar ke seluruh wilayah di dunia. ((JETRO), 2005).

Kepopuleran masakan Jepang dapat dilihat dari terdapat sekitar 117.568 restoran Jepang di luar negeri pada oktober 2017, ini merupakan peningkatan 30% dibandingkan dengan tahun 2015. Peningkatan popularitas makanan Jepang seperti sushi dan ramen di luar negeri juga mendapatkan pengaruh dari meningkatnya jumlah wisatawan dari berbagai negara yang mengunjungi Jepang. (Jiji, Number of Overseas Japanese Restaurants Tops 100000, 2018)

5. Mode
Industri fashion di Jepang mulai mendapat pengakuan internasional pada tahun 1980-an saat perancang busana Yohji Yamamoto, Issey Miyake dan Rei Kawakubo menampilkan koleksinya di Paris dengan memperkenalkan fashion Jepang yang unik dan street fashion yang dapat menjangkau konsumen jenis baru. Jepang memiliki mode yang berbeda dan unik dari kebanyakan mode yang ada di negara lain, mode ini di sebut dengan fashion subculture . Fashion subculture ini menampilkan sisi kebebasan dalam berbusana dengan memadupadankan pakaian yang terkesan tampak unik, seperti pemilihan warna yang beragam, hingga menggunakan karakter anime dan kartun, seperti karakter Hello Kitty atau Disney seperti Mickey Mouse. Orang-orang yang biasanya berpenampilan fashion subculture ini berada Shibuya, Harajuku, Shinjuku, dan Akihabara / Ikebukuro, dan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat asing. (Nakagawa, 2011) Street mode Jepang atau yang dikenal dengan Harajuku style menarik perhatian di seluruh dunia, karena keunikannya dalam memadukan unsur-unsur barat dengan Jepang sehingga menciptakan mode yang tidak ada di tempat lain. (JETRO, 2005)

Para desainer muda dan rumah mode Jepang mulai bermunculan dan sedang membangun reputasinya di luar negeri dengan banyaknya desainer Jepang yang menampilkan koleksinya di peragaan busana yang di adakan di paris misalnya. Selain itu di pasar China dan Asia banyak di jual majalah mode terjemahan bahasa Jepang dan kata kunci mode kawaii yang berarti imut dan mode yang berasal dari Jepang populer dan banyak di sukai di kalangan wanita muda di China dan Asia. (JETRO, 2012)

Produk-produk Cool Japan Strategy yang telah disebutkan menjadi media yang merefleksikan aspek-aspek positif mengenai Jepang, karena produk produk tersebut khusus nya manga dan anime mengandung suatu pesan tersendiri. Manga dan anime secara tidak langsung mengandung unsur-unsur budaya di dalam ceritanya maupun dalam penggambaran manga, sehingga hal tersebut menjadi sebuah bentuk dari promosi.

Budaya pop memiliki potensi untuk memicu pariwisata (Yamamura, 2014) dapat dilihat bahwa secara tidak langsung negara Jepang telah dipasarkan setiap kali publik asing mengkonsumsi atau secara aktif mencari budaya populer. Bahwa masyarakat asing yang menjadi penggemar budaya popular Jepang merupakan calon wisatawan yang aktif untuk saat ini dan di masa mendatang. METI berharap bahwa peningkatan kehadiran produk budaya pop Jepang akan menarik lebih banyak wisatawan asing dan juga meningkatkan pariwisata domestik. (Russell, 2017)