Apa yang kamu ketahui tentang Teori Pembangunan Klasik – Adam Smith dan David Richardo?

Teori Pembangunan Klasik – Adam Smith dan David Richardo

Pembangunan ekonomi merupakan tujuan paling mendasar dalam kehidupan suatu negara.

Apa saja Apa yang kamu ketahui tentang Teori Pembangunan Klasik – Adam Smith dan David Richardo?

Pembangunan ekonomi merupakan tujuan paling mendasar dalam kehidupan suatu negara. Dalam paradigma lama, pembangunan ekonomi dipandang sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 1985). Dengan melihat pandangan diatas maka pembangunan ekonomi mempunyai 3 sifat penting, yaitu :

  • Suatu proses, yang merupakan perubahan yang terjadi terus menerus
  • Usaha untuk menaikkan pendapatan per kapita
  • Kenaikan pendapatan perkapita itu harus berlangsung dalam jangka panjang

Asumsi yang dipakai sehingga pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai kenaikan pendapatan per kapita ialah karena kenaikan ini merupakan suatu pencerminan dari timbulnya perbaikan kesehjateraan masyarakat. Pandangan ini merupakan pandangan kuno, yang masih menekankan pada pentingnya kenaikan pendapatan per kapita, walau sebenarnya ukuran pendapatan per kapita masih dianggap sangat kasar untuk mengukur kesehjateraan dan pembangunan itu sendiri. Sadono Sukirno dalam bukunya menulis bahwa erat hubungannya dengan hal ini, selanjutnya ahli-ahli ekonomi dianggap sangat menekankan masalah efisiensi dan mengabaikan pentingnya mempertimbangkan faktor-faktor nonekonomi.

Paradigma pembanginan baru menekankan pada pentingnya suatu pembangunan ekonomi pada fungsi mensehjaterakan masyarakat, Todaro (2006) di dalam bukunya menyebutkan bahwa pembangunan adalah sebuah peningkatan kondisi kehidupan, peningkatan akan kebutuhan pengakuan harga diri dan kebebasan serta keadilan di masyarakat Pertanyaan yang perlu diajukan tentang pembangunan suatu negara adalah: Apa yang terjadi dengan kemiskinan di negara itu? Apa yang terjadi dengan tingkat penganggurannya? Apa yang terjadi dengan ketimpangannya? Jika ketiga hal itu telah menunjukkan penurunan maka tidak diragukan lagi bahwa pembangunan di negara itu telah menunjukkan tanda keberhasilan. Jika salah satu atau dua kondisi itu, apalagi ketiganya memburuk, maka akan sangat aneh untuk menyebutnya sebagai “pembangunan”, sekalipun pendapatan per kapita meningkat berlipat ganda (Dudley Seers dalam Todaro, 2006).

Dari sini dapat lebih terlihat jelas bahwa pembangunan ekonomi lebih dipandang sebagai proses menuju kesehjateraan yang sifatnya lebih luas dibanding dengan pandangan kuno/klasik. Penegasan ini pula bukan hanya sekedar hipotesis. Sejumlah negara berkembang menunjukkan gejala yang sama dengan peningkatan pendapatan perkapita yang tinggi, tetapi menunjukkan sedikit atau malah tidak ad perbaikan atau bahkan penurunan dalam tingkat pengangguran, dan pendapatan riil 40% bagian bawah populasi.

Di dalam bukunya Todaro dan Smith menulis bahwa pembangunan ekonomi setidaknya memiliki tiga nilai inti yaitu:

  • Kecukupan ( sustenance ), barang dan layanan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang diperlukan untuk mendukung kehidupan manusia pada tingkat yang paling minimum

  • Harga diri ( self esteern ), perasaan berharga yang dinikmati suatu masyarakat jika sistem dan lembaga sosial, politik dan ekonominya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian seperti kehormatan, martabat, integritas, dan kemandirian

  • Kebebasan ( freedom ), situasi yang menunjukkan bahwa suatu masyarakat memiliki berbagai alternatif untuk memuaskan keingginannya dan setiap orang dapat mengambil pilihan riil sesuai keingginannya.

Pembangunan ekonomi sendiri pun berbeda dengan pembangunan itu sendiri. Walau kebijaksanaan–kebijaksanaan pembangunan ekonomi selalu ditujukan untuk mempertinggi kesehjateraan dalam arti yang seluas-luasnya, kegiatan pembangunan eknomoni selalu dipandang sebagai sebagian dari keseluruhan usaha pembangunan yang dijalankan oleh suatu masyarakat. Pembangunan ekonomi hanya meliputi usaha suatu masyarakat untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat pendapatan masyarakatnya, sedangkan keseluruhan usaha-usaha pembangunan meliputi juga usaha-usaha pembangunan sosial, politik, dan kebudayaan (Sukirno, 1985)

Para pelopor aliran klasik banyak menumpahkan perhatian mereka pada pembangunan, hal ini dimungkinkan karena pada masa-masa abad kedelapan belas, negara-negara maju mengalami kemajuan pesat, ditandai dengan Industrial Revolution . Salah satu tokoh yang melihat fenomena ini ialah Adam Smith, selain menjadi ahli ekonomi yang mengemukakan pentingnya kebijaksanaan laissez fairel , ia juga merupakan tokoh yang pertama menumpahkan perhatian pada masalah pembangunan. Dalam pandangan Smith, kebijaksanaan laissez-faire atau sistem mekanisme pasar akan memaksimalkan tingkat pembangunan ekonmi yang dapat dicapai.

Faktor utama yang dianggap berpengaruh dalam pembangunan oleh Adam Smith ialah perkembangan penduduk yang akan mendorong pembangunan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan perluasan pasar akan mempertinggi tingkat spesialisasi dalam perekonomian. Sebagai akibatnya maka tingkat kegiatan ekonomi akan bertambah tinggi dan mendorong tingkat produktivitas tenaga kerja dan teknologi. Sebagai corak dari pertumbuhan, maka dengan pembangunan yang telah terjadi, proses itu akan berlangsung secara kumulatif. Sebagai tambahan dengan adanya spesialisasi dan pasar yang bertambah luas akan menciptakan perangsang yang lebih kepada pengusaha untuk mengembangkan teknologi dan inovasi. Maka perkembangan pembangunan ekonomi akan berlangsung lagi dan dengan demikian kenaikan pendapatan per kapita akan terjadi terus dari masa ke masa.

Walau begitu pandangan optimis dari Adam Smith cukup bertentangan dengan pandangan Richardo dan Malthus yang berpandangan pesimis mengenai akhir dari pembangunan pada jangka panjang. Keduanya berpandangan dalam jangka panjang pembangunan akan mencapai stationary state . Perbedaan antara Smith dengan Richardo dan Malthus didasari pada perbedaan cara pandang mengenai pertumbuhan penduduk. Adam Smith yang belum menyadari akan hukum hasil yang semakin berkurang ( law of diminishing return ), beranggapan bahwa dengan perkembangan penduduk akan memperluas pasar dan mendorong pembangunan. Sedangkan Richardo dan Malthus beranggapan perkembangan penduduk akan memperbesar jumlah penduduk dan akan menurunkan pembangunan ke tahap awal yang lebih rendah. Pada tingkat ini para pekerja akan menerima upah yang sangat minim sekali, yaitu upah yang cukup untuk cukup hidup ( subsistence level ).

Richardo beranggapan pola proses pertumbuhan pada awalnya jumlah penduduk rendah dan kekayaan alam relatif banyak. Sebagai akibatnya pengusaha akan mendapat keuntungan yang tinggi. Karena modal terbentuk dari keuntungan yang tinggi maka laba yang tinggi akan menciptakan pembentukan modal yang tinggi pula. Hal ini akan menaikkan jumlah produksi dan kenaikan pada permintaan tenaga kerja. Karena kenaikan jumlah tenaga kerja maka akan terjadi keaikan upah dan ini mendorong pertambahan penduduk. Karena luas tanah yang tetap maka makin lama mutu tanah akan menurun, sebagai akibatnya maka jumlah produktivitas pekerja akan semakin menurun seiring dengan penambahan tenaga kerja yang digunakan. Dengan demikian, penambahan penduduk akan menaikan harga sewa tanah, dan menjadi bagian besar dari pendapatan nasional, dan mengurangi pendapatan pengusaha. Selanjutnya pembentukan modal akan menurun dan mengurangi permintaan akan tenaga kerja, yang pada akhirnya menurunkan upah ke kondisi terminimum. Pada tingkatan ini stationary state akan terjadi.

Kenaikan produktivitas oleh adanya teknologi akan mempertinggi tingkat upah dan keuntungan, dengan terjadinya hal ini maka pembangunan akan terus berlangsung, tetapi hal ini tidak akan berlangsung lama karena pertambahan penduduk akan menurunkan tingkat upah dan keuntungan. Maka dalam pandangan Richardo, kemajuan teknologi tidak akan menghalangi stationary state , kemajuan teknologi hanya akan mampu untuk memperlambat proses terjadinya stationary state saja.