Tata Nama
Jati dengan nama ilmiah T. grandis L.f. termasuk ke dalam famili Verbenaceae. Jati dikenal pula dengan nama daerah sebagai berikut: deleg, dodokan, jate, jatos, kiati dan kulidawa. Di berbagai negara, jati lebih dikenal dengan nama gianti (Venezuela), teak (USA, Jerman), kyun (Birma), sagwan (India), mai sak (Thailand), teek (Perancis) dan teca (Brazil) (Martawijaya et al., 1981).
Habitus
Tinggi pohon jati dapat mencapai antara 25 sampai dengan 30 meter, namun apabila ditanam pada daerah yang subur dan mempunyai keadaaan lingkungan yang cocok, tingginya mampu mencapai 50 meter dengan diameter lebih kurang 150 cm. Batang jati pada umumnya berbentuk bulat dan lurus, batang yang besar berakar dengan warna kulit agak kelabu muda dan agak tipis beralur memanjang agak ke dalam (Ditjen kehutanan, 1976).
Penyebaran dan Habitat
Penyebaran pohon jati di Indonesia terdapat di beberapa daerah yakni pulau Jawa, pulau Muna, Maluku (Wetar) dan Nusa Tenggara. Sedangkan di luar Indonesia terdapat di India, Thailand dan Vietnam. Pertumbuhan pohon jati sangat baik pada tanah sarang yang mengandung kapur. Pohon jati tumbuh pada daerah dengan musim kering nyata. Umumnya pohon jati mempunyai pola pertumbuhan yang mengelompok. Pada daerah dengan tipe curah hujan C-F Schmidt and Ferguson dengan curah hujan rata-rata 1200 sampai dengan 2000 mm per tahun dan umumnya tumbuh pada dataran rendah yakni pada ketinggian 0 – 700 mdpl (Martawijaya et al., 1981).
Menurut Lemmens dan Soerienegara (2002), jati tumbuh paling baik dan mencapai dimensi-dimensi terbesar dalam suatu iklim tropika lembab, tetapi pohon ini memerlukan satu musim kemarau yang jelas. Hutan jati umumnya terletak pada daerah berbukit-bukit atau bergelombang, tetapi juga dikenal pada dataran rata aluvial. Tanah yang paling cocok adalah tanah aluvial-koluvial subur berdrainase baik dan dalam, serta tanah tersebut mempunyai pH sekitar 6,5 – 8,0 dan kandungan Ca dan P yang relatif tinggi.
Sifat-sifat Umum Kayu Jati (T. grandis L.f.)
Jati merupakan kayu bobot-sedang yang agak lunak dan mempunyai suatu penampilan yang sangat khas. Kayu teras sering berwarna kekuningan kusam jika baru dipotong, tetapi berubah menjadi cokelat keemasan atau kadang cokelat keabuan tua setelah terkena udara. Sedangkan kayu gubalnya berwarna putih kekuningan atau cokelat kekuningan pucat. Jika diraba kayu terasa berminyak dan mempunyai bau seperti bahan penyamak yang mudah hilang. Lingkaran tumbuh nampak jelas, baik pada bidang transversal maupun radial serta seringkali menimbulkan gambar atau corak yang indah (Lemmens dan Soerienegara, 2002).
Pori-pori kayu jati sebagian besar atau hampir seluruhnya soliter dalam susunan tata lingkar. Kayu jati mempunyai berat jenis sebesar 0,67 kg/m3 termasuk ke dalam kelas kuat II dan kelas awet II. Kayu jati mudah dikerjakan, baik dengan mesin ataupun dengan alat tangan (Martawijaya et al., 1981).