Apa yang kamu ketahui tentang penilaian kinerja Supply Chain?

Penilaian Kinerja Supply Chain

Penilaian kinerja dapat difenisikan sebagai proses kualifikasi efisiensi dan efektivitas suatu tindakan.

Apa yang kamu ketahui tentang Penilaian Kinerja Supply Chain ?

1 Like

Penilaian kinerja dapat difenisikan sebagai proses kualifikasi efisiensi dan efektivitas suatu tindakan. Sebuah ukuran kinerja dapat didefinisikan sebagai metric yang digunakan untuk mengukur efisiensi dan atau efektivitas suatu tindakan. Penilaian kinerja seharusnya berkontribusi lebih banyak untuk manajemen bisnis dan peningkatan kinerja dalam bisnis ( Chan, 2003 )

Penilaian kinerja pada Supply Chain sangat penting, karena dengan adanya penilaian kinerja tersebut perusahaan dapat mengatur perusahaannya berdasarkan kinerja perusahaan yang telah terukur. Seperti yang di kemukakan oleh Lord Kelvin ( 1824 – 1907 ),

β€œ When you can measure what you are speaking about, and express it in numbers, you know something about it… ”

dan yang dikatakan oleh Sink dan Tuttle ( 1989 ),

” You cannot manage what you cannot measure ”.

Menurut Hervani (2005), penilaian kinerja perusahaan berlanjut, berkembang dan mencakup pendekatan dan penilaian kuantitatif dan kualitatif. Berbagai ukuran kinerja sangat tergantung pada tujuan, strategi, dan karakteristik organisasi atau unit bisnis.

Beamon (1998) mengkategorikan ukuran kinerja menjadi dua, yaitu, kelompok kualitatif dan kuantitatif. Penilaian kualitatif tidak dapat diukur. Beberapa contoh penilaian kualitatif pelanggan kepuasan dan HCI ( Human Capital Index ). Kepuasan pelanggan dapat diukur dengan meminta pelanggan untuk menilai perusahaan dari skala 1-5. Sedangkan contoh penilaian kuantitatif diantaranya adalah ketepatan dalam proses pengiriman, yakni dalam hal jumlah dan ketepatan waktu.

Sejarah dan Perkembangan Penilaian Kinerja Supply Chain


Selama dekade terakhir terdapat sejumlah artikel / jurnal yang mempelajari Supply Chain Management baik secara teori maupun praktek. Namun, kinerja atau kemampuan Supply Chain Management tidak begitu dipertimbangkan dalam penelitian Supply Chain Management (Beamon 1999, Chan & Qi 2003b, Gunasekaran dkk. 2001). Perusahaan menyadari bahwa terdapat sebuah potensi yang besar dalam mengembangkan Supply Chain Management . Hal ini menyebabkan diperlukannya metric penilaian kinerja Supply Chain . Penilaian kinerja Supply Chain merupakan langkah paling penting untuk memulai pengembangan dari semua Supply Chain Management .

Menurut Ghalayinin ( 1996 ), literatur yang memperhatikan Penilaian kinerja memiliki dua fase. Fase pertama dimulai pada akhir tahun 1880-an sampai dengan tahun 1980-an. Pada fase ini, penekanan dilakukan pada unsu profit, Return of Investment , dan produktivitas. Sedangkan fase kedua dimulai pada akhir tahun1980-an, disebabkan terjadinya perubahan pada pasar dunia.pada tahun 1990-an, beberapa peneliti memperkenalkan Penilaian kinerja Supply Chain yang berdasarkan pada waktu dan jumlah inventory. Levy memperkenalkan Penilaian kinerja seperti rata – rata persediaan barang jadi dan pemenuhan permintaan ( Levy 1995 ), Christopher memperkenalkan Penilaian kinerja Supply Chain Management seperti Order Cycle Time , kelengkapan permintaan, dan kemampuan pengiriman ( Christopher 1992 ), Lambert dan Sharma yang memperkenalkan kinerja pengiriman, lead time , tingkat defect dan responsiveness , serta peneliti – peneliti lainnya. Selain itu, ada juga Balance Scorecard ( Kaplan dan Norton 1992 ), metric Penilaian kinerja ( Keegan dkk 1989 ), kuesioner Penilaian kinerja ( Dixon 1990), dan ( Neely dkk 1995 ) yang banyak dikutip. Penilaian Supply Chain Management (Beamon 1999, Beamon & Chen 2001, Gunasekaran dkk. 2001, Gunasekaran dkk. 2004). Neely menyatakan bahwa kinerja Penilaian dapat dianalisis dalam tiga tingkat: metrik individu, himpunan langkah - langkah atau sistem penilaian kinerja sebagai suatu entitas dan, hubungan antara sistem penilaian dan lingkungan internal dan eksternal yang beroperasi. Kemampuan dapat diukur dengan mengukur lima proses Supply Chain : Plan, Source, Make, Delivery dan Return atau kepuasan pelanggan ; apakah mereka mengukur biaya, waktu, kualitas, fleksibilitas dan inovasi, dan, apakah bersifat kuantitatif atau kualitatif. ( Neely dkk, 1995,. Gembala & Gunter 2006)

Dari penelitian yang sudah ada, contohnya penelitian yang dilakukan Neely dkk ( 1995 ), terjadi kritik dan perbaikan dari peneliti lainnya, sehingga para peneliti mendesain sistem penilaian kinerja yang sistematis dan seimbang, yaitu yang paling terkenal adalah Supply Chain Operations Reference ( SCOR ). SCOR dikembangkan oleh Supply Chain Council pada tahun 1997 dan telah dijelaskan sebagai pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memonitor kemajuan.

Tujuan Penilaian Kinerja Supply Chain


Supply Chain Management sulit untuk diukur untuk diukur, dikarenakan Supply Chain Management suatu konsep yang besar. Pada penelitian yang dilakukan oleh Van Hoek dalam tulisannya yang berjudul ” Measuring the unmeasureable - measuring and improving performance in the Supply Chain Management ”.(Hoek 1998), mengatakan bahwa penilaian kinerja Supply Chain Management , sangat rumit disebabkan pada Supply Chain Management memiliki banyak makna dan variasi.

Tujuan utama dilakukannya penilaian adalah untuk mendapat informasi bagi manajemen puncak dan setiap tingkat manajemen dan operasional yang ingin mengetahui kemampuan kinerja Supply Chain Management . Penilaian kinerja Supply Chain Management juga dibutuhkan untuk mengembangkan sistem Supply Chain Management yang sudah ada. Sistem Penilaian kinerja memiliki peranan penting bagi perusahaan manufaktur dalam operasi perusahaan serta mengimplementasikan strategi bisnis.

Metode Penilaian Kinerja


Balance scorecard, SCOR, dan Benchmarking adalah tiga metode yang digunakan untuk penilaian kinerja pada suatu industri. Metode – metode ini juga kerap didiskusikan didunia akademis

1. Balance Scorecard

Balance Scorecard adalah sebuah kerangka kerja untuk mengukur kinerja sebuah organisasi. Scorecard terdiri dari data finansial dan non finansial. Tidak ada definisi umum tentang apa yang saja yang akan diukur pada scorecard. Kriteria Penilaian berbeda antar perusahaan ataupun antar departemen dalam satu perusahaan. Kaplan dan Norton ( 1996 ) mengidentifikasi empat kategori umum yaitu

  • Financial Measures
  • Customer – Related Measures
  • Internal Performance
  • Learning Penilaian finansial berfokus pada nilai tambah ekonomis dan Return of Investment . Hubungan dengan pelanggan diukur dengan kepuasan pelanggan dan market share .

Penilaian internal termasuk kualitas, waktu respon, dan penilaian biaya. Kategori ini juga termasuk aspek kepegawaian seperti pengembangan keahlian, daya ingat, dan teknologi informasi. Schary and SkΓΈjtt-Larsen (2001) menjelaskan model yang mirip.

Misi atau tujuan Supply Chain harus dihubungkan dengan kerangka kerja Balance Scorecard . Manajemen yang memutuskan apa yang akan dimasukkan dalam scorecard. Sorecard dapat dibagi menjadi beberapa area, seperti posisi keuangan, posisi kompetitif, efisiensi internal, dan karyawan.

2. Model SCOR ( Supply Chain Operations Reference )

Model SCOR ( Supply Chain Operations Reference ) adalah suatu model penilaian yang diperkenalkan oleh Supply Chain Council, sebuah korporasi global yang independen, non profit, yang keanggotaannya terbuka bagi semua perusahaan dan organisasi. Supply Chain Council merupakan sebuah konsorsium dari 69 organisasi yang didirikan pada tahun 1996. Model SCOR mengkombinasikan elemen – elemen dari business process engineering, benchmarking, dan leading process kedalam sebuah kerangka kerja. Model SCOR menyediakan sebuah kerangka berfikir untuk mengukur dan mengerti kondisi dan kinerja Supply Chain saat ini serta menciptakan fondasi untuk melakukan improvement . Adapun struktur dari SCOR adalah sebagai berikut

Ruang lingkup utama dari proses SCOR adalah, Plan, Source, Make, Deliver, dan Return.

Plan : Proses perencanaan untuk menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan source, produksi dan pengiriman yang terbaik

Source : Proses yang berkaitan dengan aktivitas untuk memperoleh material dan hubungan yang baik dengan perusahan supplier

Make : Proses untuk merubah ( transformasi ) material menjadi produk jadi untuk memenuhi permintaan pelanggan

Deliver : Proses mengirimkan produk jadi dan atau jasa untuk memenuhi permintaan

Return : Proses yang dikaitkan dengan pengembalian dan penerimaan produk yang dikembalikan oleh pelanggan untuk berbagai aturan

SCOR mengidentifikasi lima atribut utama kinerja Supply Chain yakni, Reliability, Responsiveness, Flexibility, Cost dan Asset.

Reliability : Kehandalan suatu proses dalam menjalankan fungsinya baik itu dari segi sistem, peralatan, maupun sumber daya manusia

Responsiveness : Tingkat kecepatan dalam menanggapi atau merespon kondisi yang berkaitan dengan fungsinya

Flexibility : Tingkat fleksibilitas dalam menjalankan fungsinya

Cost : Biaya yang terkait pada Supply Chain

Asset : Kemampuan dalam mengelola asset

Pada model SCOR terdapat sebuah komponen yang disebut dengan Metric. Metric adalah standar penilaian kinerja suatu proses. Metric SCOR mendiagnosa metric. SCOR mengakui tiga tingkatan metric standar.

  • Metric level satu mendiagnosa kualitas keseluruhan Supply Chain . Metric ini juga dikenal sebagai metric strategis dan Key Performance Indicators ( KPI ). Pembandingan metric level satu membantu membangun target yang realistis yang mendukung tujuan strategis
  • Metric level dua bertindak mendiagnosa metric level satu. Hubungan diagnosa membantu untuk mengidentifikasi penyebab gap kinerja untuk metric level satu
  • Metric level tiga bertindak mendiagnosa metric level dua

3. Benchmarking

Definisi formal dari benchmarking adalah sistem yang terdiri dari prosedur sistematis untuk mengidentifikasi praktik terbaik dan memodifikasi pengetahuan yang sebenarnya untuk mencapai kinerja yang unggul. Menurut Camp ( 1989 ) benchmarking adalah sebuah proses yang untuk membandingkan praktik – praktik terbaik. Penting untuk adanya metric umum yang dapat digunakan ketika membandingkan perusahaan. Menurut Spelondini (1992), Benchmarking memiliki lima tujuan dasar

Strategy : Perencanaan untuk jangka panjang dan pendek

Forecasting : Memprediksi trend

New Ideas : Menstimulus pemikiran baru

Pembandingan proses

Setting objectives and targets : Didasarkan pada praktik terbaik Benchmarking dapat digunakan secara internal maupun internal dengan perusahaan sendiri. Pembandingan internal bisa digunakan untuk membandingkan antar departemen. Pembandingan eksternal dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan sendiri dengan perusahaan pesaing atau dengan perusahaan yang memiliki kinerja yang baik.

Selain Balance scorecard, SCOR, dan Benchmarking , para peneliti juga telah merumuskan beberapa kerangka penilaian kinerja Supply Chain diantaranya,

1. Resources, Output, and Flexibility ( ROF ) oleh Beanita Beamon ( 1999 ) yang berfokus kepada sumber daya, Output dan fleksibilitas. Adapun tujuan dari Penilaian kinerja ini adalah meningkatkan tingkat efisiensi sumber daya sehingga secara otomatis meningkatkan keuntungan, meningkatkan level pelayanan pelanggan sehingga pelanggan tidak berpindah ke Supply Chain lain, dan memiliki kemampuan merespon dengan baik perubahan yang terjadi pada lingkungan Supply Chain , sehingga dapat menyesuaikan diri pada lingkungan yang tidak pasti

2. Peter Gilmour ( 1999 ) yang membangun suatu kerangka Penilaian kinerja Supply Chain berdasarkan tiga kemampuan dasar Supply Chain , yaitu :

  • Kemampuan Proses
  • Kemampuan Penguasaan Teknologi
  • Kemampuan Organisasi Penilaian kinerja pada metode ini cocok untuk mengukur kinerja rantai pasok secara keseluruhan ( Total Chain Measures )

3. Gunasekaran dkk ( 2004 ) Gunasekaran dkk memperkenalkan lima metric untuk mengukur kapabilitas dan kinerja Supply Chain Management . Metric tersebut berdasarkan enam proses Supply Chain Management , yaitu Plan, Source, Make, Deliver, Customer Service and Satisfaction . Dari keenam proses tersebut masing – masing digolongkan lagi dalam tiga level strategis, yaitu strategis, taktis dan operasional.

Adapun beberapa indikator kinerja yang digunakan sesuai dengan lima proses Supply Chain adalah

  • Plan

    • Product Development Cycle
    • Order Entry Method
    • Total Cycle Time
    • Accuracy of Forecasting Techniques
    • Total Cash Flow Time
    • Range of Product and Service
    • Net Profit and Productivity Ratio
    • Order Lead Time
    • Information Carrying Cost
    • Rate of Return Investment
  • Source

    • Supplier Interest in Developing Partnership
    • Supplier Delivery Performance
    • Supplier Cost Saving Initiative
    • Supplier Booking in Procedures
    • Achievement of Defect Free Dliveries
    • Purchase Order Time
  • Make

    • Manufacturing Cost
    • Capacity Utilization
    • Economic Order Quantity
    • Effectiveness of MPS
    • Production Process Cycle Time
    • Inventory Level
  • Deliver

    • Delivery Lead Time
    • Number of Faultiness Delivery
    • Effectiveness Delivery Invoice Method
    • Information Richness in Carrying Delivery
    • Response to Number of Urgent Deliveries Total Distribution Cost
  • Customer Service and Satisfaction

    • Flexibility to meet particular customer needs
    • Customer Query Time
    • Level of customer value of product