Apa yang Kalian Ketahui tentang Linguistik?

linguistik
Linguistik adalah ilmu tentang bahasa. Dan objek kajiannya adalah bahasa. Lingua adalah kata lain dari bahasa. Linguis adalah orang yang ahli dalam dalam ilmu linguistik atau pakar linguistik.

Apa yang kalian ketahui tentang linguistik?

Linguistik teoretis adalah bidang penelitian bahasa (linguistik) yang dilakukan untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa manusia pada umumnya (Kridalaksana, 2008). Bidang-bidang yang secara umum dianggap sebagai inti linguistik teoretis adalah fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Linguistik teoretis juga terlibat dalam pencarian universal linguistik, yaitu sifat umum yang dimiliki semua bahasa.

Pengertian Linguistik

Istilah linguistik dalam bahasa Indonesia merupakan unsur serapan dari bahasa asing. Dikatakan serapan karena istilah linguistik yang sekarang kita kenal berasal dari bahasa Latin. Dalam bahasa Latin terdapat kata lingua yang berarti bahasa. Akan tetapi, penyerapan istilah linguistik ke dalam bahasa Indonesia tidak secara langsung dari bahasa Latin. Penyerapan istilah linguistik ke dalam bahasa Indonesia mengikuti alur berikut.

Bangsa Yunani, sebagai penutur bahasa Latin, merupakan salah satu bangsa yang memiliki andil sangat besar pada pengembangan ilmu pengetahuan secara ilmiah. Filosof besar Yunani, seperti Ariestoteles, Socrates, dan Plato telah meletakkan prinsip-prinsip dasar ilmu. Oleh karena itu, banyak konsep dasar dalam berbagai bidang ilmu diungkapkan dalam bahasa Latin.

Konsep-konsep dasar bidang ilmu itu tersebar ke berbagai penjuru dunia dan diadaptasi ke dalam berbagai bahasa, termasuk ke dalam bahasa Prancis. Pada tahun 1916, kumpulan materi kuliah Ferdinand de Saussure diterbitkan oleh para muridnya. Terbitan itu diberi judul Course de Linguistique Generale. Dalam buku yang ditulis dalam bahasa Prancis itu, konsep yang berhubungan dengan bahasa diungkapkan secara cermat dengan istilah yang berbeda-beda. Untuk mewadahi konsep bahasa secara umum dalam bahasa Prancis digunakan istilah langage. Istilah langage digunakan untuk mewadahi keuniversalan bahasa. Untuk menyatakan bahasa tertentu (seperti bahasa Inggris, Prancis, Indonesia, Bali, dan lain-lain) digunakan istilah langue. Istilah langue digunakan untuk mewadahi konsep yang berkaitan dengan sistem abstrak atau gramatikal dalam bahasa-bahasa tertentu; dan untuk menggambarkan realisasi penggunaan bahasa secara natural diungkapkan dengan parole.

Hubungan langage, langue, dan parole secara verbal dapat dijelaskan bahwa ujaran penutur suatu bahasa (parole) merupakan realisasi dari sistem abstrak yang berlaku pada bahasa itu (langue). Sistem abstrak dalam suatu bahasa dapat berupa kaidah-kaidah gramatikal, yang mencakup kaidah fonologi, morfologi, dan sintaksis bahkan pada tataran yang lebih luas (seperti wacana) dan dapat pula berupa ‘kaidah pragmatika’ yang mengatur penggunaan bahasa secara sosial.

Kaidah gramatikal mengatur struktur lahir bahasa secara internal sedangkan kaidah prgamatika mengatur realisasi penggunaan bahasa secara eksternal. Hanya ujaran yang sesuai dengan sistem abstrak suatu bahasa yang dapat digunakan dalam suatu tindak ujar. Sistem abstrak dalam suatu bahasa pada hakikatnya merupakan pengejawantahan dari keuniversalan bahasa-bahasa alamiah. Semua bahasa di dunia terdiri dari unsur fonologi, morfologi, sintaksis, wacana, semantik, dan lain-lain.

Dalam bahasa Prancis, ilmu yang mempelajari langage itu disebut linguistique dan dalam bahasa Inggris disebut linguistics. Istilah linguistik dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Inggris tersebut. Beberapa pakar memberikan definisi linguistik secara redaksional berbeda tetapi secara konseptual sama. Langacker (1973) mengatakan linguistics is the study of human language (linguistik adalah kajian tentang bahasa manusia); Lyons (1975) mengatakan linguistics may be defined as the scientific study of language (linguistik dapat didefinisikan sebagai kajian ilmiah tentang bahasa); Stork and Widdowson (1985) mengatakan linguistics is the study of language (linguistik adalah kajian tentang bahasa).

Matthews (1997) mengatakan linguistics is the science of language or the the scientific study of language (linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau kajian ilmiah tentang bahasa). Harimurti (1993) mengatakan linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah. Martinet (1987) mengatakan linguistik adalah telaah ilmiah mengenai bahasa manusia. Berdasarkan definisi-definisi pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa linguistik adalah ilmu yang menelaah keuniversalan bahasa atau telaah tentang azasazas umum yang berlaku pada bahasa secara universal. Orang yang ahli linguistik disebut linguis (linguist). Berpijak dari konsep ini, istilah linguistik selalu mengandung makna ‘kajian bahasa secara umum’ sehingga penggunaan istilah linguistik umum merupakan sesuatu yang berlebihan.

Linguistik sebagai Ilmu yang Otonom

Perkembangan kajian filsafat yang menelaah segala yang ada dan yang mungkin ada mendorong manusia selalu ingin tahu tentang sesuatu. Para filosof bekerja keras merumuskan epistemologi pemecahan masalah keilmuan. Salah satu hasil kerja keras itu adalah filsafat ilmu. Dalam filsafat ilmu dijelaskan hakikat dan prinsip-prinsip ilmu. Bahm (1985) mengungkapkan komponen-komponen ilmu. Menurutnya, hakikat ilmu sekurang-kurangnya dapat dilihat dari enam komponen, yaitu : masalah, sikap, metode, aktivitas, simpulan, dan efek atau pengaruhnya terhadap kehidupan dan perkembangan ilmu.

Objek Linguistik

Objek linguistik adalah langage (bahasa secara universal). Akan tetapi secara awam, pengertian bahasa masih sangat kabur. Oleh masyarakat awam, bahasa sering didefinisikan terlalu luas sehingga mencakup sesuatu yang secara teknis bukan merupakan bahasa. Pandangan masyarakat awam tentang bahasa mencakup dua hal berikut ini.

  1. Bahasa dalam arti kias mencakup segala sarana komunikasi, baik komunikasi personal, sosial maupun untuk tujuan-tujuan spesifik. Ke dalam kelompok ini tercakup pengertian bahasa bunga, bahasa prangko, bahasa tubuh, dan tanda-tanda non akustis lainnya.
  2. Dalam pengertian yang lebih teknis, bahasa dinyatakan sebagai sistem komunikasi verbal. Pengertian ‘sistem’ menyiratkan adanya ‘aturan-aturan umum’ dalam penggunaan bahasa.

Linguistik tidak mengkaji bahasa dalam arti kias seperti terungkap pada butir (1) karena pada pengertian ini tidak ada sistem yang digunakan secara jelas dan konsisten, sistem yang ada tidak universal. Misalnya, arti bunga dari orang ke orang tidaklah sama. Pemaknaannya sangat tergantung pada hubungan emosional dan personal pelibat.

Demikian pula ‘bahasa’ perangko, ‘bahasa’ tubuh, dan lain-lain yang sejenis tidak memiliki sistem yang konsisten. Linguistik hanya mengkaji bahasa dalam arti (2) karena sasaran studi linguistik adalah mengungkapkan keuniversalan sistem abstrak bahasa pada bahasa-bahasa di dunia (langage). Langue merupakan sistem dalam satu bahasa tertentu atau dalam bahasa awam tata bahasa suatu bahasa (seperti tata bahasa Indonesia, tata bahasa Bali, tata bahasa Inggris, tata bahasa Jawa, dan lain-lain). Para linguis mendeskripsikan langue dengan berpijak pada langage. Langue hanya dapat diformulasikan (dikaidahkan) dengan menata secara sistemik kospus ujaran. Korpus ujaran merupakan realisasi dari langue.

Dalam pandangan Saussure, ujaran alamiah itu disebut parole. Berdasarkan alur seperti itu, linguis dalam melaksanakan tugas ilmiahnya bermula dari parole untuk menyusun kaidah-kaidah abstrak dalam satu bahasa (langue). Keuniversalan sistem yang ada pada (berbagai) langue diabstraksikan menjadi sistem universal bahasa (langage). Dengan mengikuti alur berpikir seperti itu, dapatlah diketahui bahwa objek linguistik bukanlah parole. Objek linguistik adalah keuniversalan sistem abstrak bahasa.

Tugas Linguistik sebagai Ilmu Otonom Setelah diuraikan keotonomian dan objek linguistik sebagai ilmu, setiap (calon) guru bahasa perlu diberikan pemahaman tentang tugas-tugas linguistik. Penghayatan terhadap tugas linguistik merupakan jati diri dan pedoman guru bahasa dalam proses pembelajaran dan pengajaran bahasa. Menurut Alwasilah (1985), tugas linguistik sebagai ilmu otonom dapat dirinci menjadi tiga, yaitu:

  1. Eskriptif dan eksplanatif,
  2. Prediktif dan pengembangan,
  3. Kontrol

Tugas Deskriptif dan Eksplanatif

Deskriptif berarti menggambarkan dan eksplanatif berarti menjelaskan. Beradasarkan makna itu, dapat dijelaskan bawa tugas linguistik mula-mula adalah menggambarkan kaidahkaidah dalam suatu bahasa. Penggambaran kaidah itu hanya dapat dilakukan linguis apabila berpijak pada korpus ujaran yang bermutu. Setelah kaidah dalam suatu bahasa diungkapkan, tugas selanjutnya adalah menjelaskan mengapa kaidahnya demikian.

Tugas Prediktif dan Pengembangan

Seorang linguis yang peka akan dapat merumuskan prediksi (hipotesis) atas fenomena bahasa berdasarkan konsep-konsep linguistik yang ada. Prediksi atas fenomena lingual mendorong para linguis untuk selalu melakukan kajian sehingga tugas pengembangan dapat diwujudkan. Misalnya, dalam bahasa Inggris dikenal perubahan bentuk verba akibat waktu sedangkan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Bali hal itu tidak dikenal. Berdasarkan konsep linguistik itu, linguis (dan guru bahasa) menduga (berhipotesis) bahwa anak-anak yang berbahasa pertama bahasa Indonesia dan bahasa Bali akan mengalami kesulitan dalam belajar bahasa Inggris, khususnya tentang tenses itu.

Sebaliknya, dalam bahasa Indonesia dan bahasa Bali morfem sering mengalami perubahan bentuk dan makna apabila digunakan untuk membentuk kata turunan. Hal ini tidak banyak ditemukan dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, diduga bahwa penutur bahasa Inggris akan mengalami kesulitan mempelajari morfologi bahasa Indonesia dan bahasa Bali. Untuk membuktikan hipotesis itu, linguis perlu melakukan kajian empiris. Apabila kajian empiris mendukung hipotesis maka dihasilkan tesis baru. Tesis baru itu dapat dijadikan pijakan untuk menyusun hipotesis berikutnya. Demikian seterusnya sehingga terjadi daur pengembangan linguistik, baik pada tataran linguistik murni maupun linguistik terapan.

Tugas Kontrol

Linguistik sebagai ilmu bermuara pada dua hal, yakni:

  1. Pencapaian tujuan kajian linguistik (murni dan terapan),
  2. Menanggulangi masalah-masalah kebahasaan yang tidak diinginkan.

Untuk mewujudkan tujuan para linguis mengumpulkan data lingual sehingga perian (deskripsi) gramatikal suatu bahasa betul-betul akurat. Akurasi aturan gramatikal menjadi pijakan untuk melakukan kegiatan pembinaan dan pengembangan suatu bahasa.

Pembinaan dan pengembangan bahasa pada hakikatnya merupakan usaha pengendalian (kontrol) ke arah yang diinginkan oleh para perencananya. Pengendalian bahasa dapat meliputi pengembangan korpus dan atau pengembangan fungsi. Baik pengembangan korpus maupun pengembangan fungsi bahasa merupakan langkah konkret tugas kontrol linguistik. Usaha pembinaan dan pengembangan bahasa merupakan bagian integral dari kegiatan perencanaan bahasa. Perencana bahasa dalam melakukan tugas dan kewajibannya menggunakan teoriteori linguistik sebagai pijakan dasar. Dalam konteks inilah teori linguistik bertugas sebagai alat kontrol.

Referensi

http://repo.ikippgribali.ac.id/id/eprint/260/1/Wawasan%20Linguistik%20dan%20Peng

Hakikat Linguistik

Linguistik berarti ilmu bahasa. Kata linguistik berasal dari kata Latin lingua yang berarti bahasa. Orang yang ahli dalam ilmu linguistik disebut linguis. Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik umum (general linguistic) karena tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja.

Ferdinand De Saussure seorang sarjana Swiss dianggap sebagai pelopor linguistik modern. Bukunya yang terkenal adalah Cours de linguistique generale (1916). Buku tersebut dianggap sebagai dasar linguistik modern. Beberapa istilah yang digunakan olehnya menjadi istilah yang digunakan dalam linguistik. Istilah tersebut adalah langue, language, dan parole. Langue berarti bahasa tertentu seperti pada frase bahasa Indonesia, bahasa Jawa, dan sebagainya. Langguage berarti bahasa pada umumnya, seperti termuat dalam kalimat manusia mempunyai bahasa, binatang tidak mempunyai bahasa. Sedangkan parole adalah bahasa dalam wujudnya yang nyata, konkret, yaitu berbentuk ujaran.

Langue mengacu pada suatu sistem bahasa tertentu yang ada dalam benak seseorang yang disebut competence oleh Chomsky. Contoh sebagai orang Indonesia, kita memiliki langue Indonesia. Langue ini akan muncul dalam bentuk parole, yaitu ujaran yang diucapkan atau yang didengar oleh kita. Jadi, parole merupakan performance dari langue, Parole inilah yang dapat diamati langsung oleh para linguis.

Sedangkan language adalah satu kemampuan berbahasa yang ada pada setiap manusia yang sifatnya pembawaan. Pembawaan ini pun harus dikembangkan melalui stimulus-stimulus. Orang bisu sebenarnya memiliki language namun karena ada gangguan fisik maka mereka tidak bisa berbicara secara normal.

Jadi, apakah objek linguistik itu? Tentu saja bahasa. Jika dikaitkan dengan istilah- istilah dari de Saussure, maka yang menjadi objek dalam linguistik adalah hal-hal yang dapat diamati dari bahasa yakni parole dan yang melandasinya yaitu langue.

Manfaat Linguistik

Apakah manfaat linguistik? Bagi linguis, pengetahuan yang luas tentang linguistik tentu akan sangat membantu dalam menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya. Seorang linguis dituntut untuk dapat menjelaskan berbagai gejala bahasa dan memprediksi gejala berikutnya. Bagaimana mereka dapat melaksanakan tugas tersebut jika tidak memiliki kemampuan yang memadai tentang hal ini.

Bagi peneliti, kritikus, dan peminat sastra, linguistik akan membantu mereka dalam memahami karya-karya sastra dengan lebih baik. Karya sastra yang akan mereka teliti dan kritis pastilah menggunakan bahasa sebagai sarana ekspresinya. Kemampuan mereka dalam linguistik akan sangat membantu dalam meneliti karya-karya tersebut.

Bagi guru bahasa, pengetahuan tentang seluruh subdisiplin linguistik (fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik) akan sangat diperlukan. Mengapa? Sebagai guru bahasa, selain dituntut untuk mampu berbahasa dengan baik dan benar mereka juga dituntut untuk dapat menjelaskan masalah dan gejala-gejala bahasa. Pengetahuan tentang linguistik akan menjadi bekal untuk melaksanakan tugas tersebut.

Bagi penyusun kamus, pengetahuan tentang linguistik akan sangat membantu dalam menjalankan tugasnya. Penyusun kamus yang baik harus dapat memahami fonem-fonem bahasa yang akan dikamuskan, penulisan fonem tersebut, makna seluruh morfem yang akan dikamuskan, dan sebagainya.

Para penyusun buku pelajaran tentu banyak membutuhkan konsepkonsep linguistik dalam benaknya. Buku pelajaran yang akan disusun harus menggunakan kalimat yang sesuai dengan tingkat pemahaman siswa yang akan membaca buku tersebut. Di samping itu mereka harus mampu menyajikan materi dengan kosakata dan kalimat yang tepat sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Linguistik akan sangat bermanfaat bagi mereka.

Cabang-Cabang Linguistik

Sebagai sebuah gejala yang kompleks, bahasa dapat diamati atau dikaji dari berbagai segi. Hal ini melahirkan berbagai cabang linguistik. Menurut Chaer berdasarkan segi keluasan objek kajiannya, dapat dibedakan adanya linguistik umum dan linguistik khusus. Linguistik umum adalah linguistik yang mengkaji berbagai bahasa, seperti bahasa Indonesia, Inggris, Jerman, Perancis, dan sebagainya. Sedangkan linguistik khusus hanya memfokuskan kajiannya pada salah satu bahasa saja.

Berdasarkan segi masa objek kajiannya, dapat dibedakan adanya linguistik sinkronik dan diakronik. Linguistik sinkronik adalah linguistik yang mengkaji bahasa pada masa yang terbatas. Misalnya, mengkaji struktur bahasa Indonesia pada zaman penjajahan Jepang. Studi linguistik ini sering disebut dengan istilah linguistik deskriptif karena mendeskripsikan bahasa pada masa tertentu secara apa adanya. Sedangkan linguistik diakronik adalah linguistik yang mengkaji bahasa pada masa yang tidak terbatas. Contoh perkembangan struktur bahasa Latin sejak awal kelahirannya hingga zaman punahnya bahasa tersebut. Linguistik seperti ini disebut juga linguistik historis komparatif karena berusaha mempelajari perkembangan suatu bahasa dari waktu ke waktu.

Berdasarkan bagian-bagian bahasa mana yang dikaji, dapat dibedakan adanya linguistik mikro dan makro yang sering juga diistilahkan dengan mikrolinguistik dan makrolinguistik. Linguistik mikro hanya mengkaji struktur internal suatu bahasa tertentu atau struktur internal bahasa pada umumnya. Linguistik makro mengkaji suatu bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa. Studi linguistik ini akhirnya melahirkan lagi cabang-cabang linguistik seperti sosiolinguistik, antropolinguistik, filologi, stilistika, dan sebagainya.

Berdasarkan tujuannya, dapat dibedakan antara linguistik teoritis dan linguistik terapan. Linguistik teoritis adalah linguistik yang kajiannya hanya berusaha menghasilkan teori-teori atau hanya mengkaji bahasa untuk kepentingan teori saja. Linguistik terapan adalah linguistik yang berusaha menyelidiki bahasa untuk kepentingan memecahkan berbagai masalahmasalah kebahasaan di masyarakat.