Apa yang dmaksud dengan Laringitis Akut ?

Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang berlangsung kurang dari 3 minggu dan pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus.

Apa yang dmaksud dengan Laringitis Akut ?

Laringitis adalah peradangan pada laring yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur. Laringitis juga merupakan akibat dari penggunaan suara yang berlebihan, pajanan terhadap polutan eksogen, atau infeksi pada pita suara. Refluks gastroesofageal, bronkitis, dan pneumonia juga dapat menyebabkan laringitis.

Laringitis pada anak sering diderita oleh anak usia 3 bulan hingga 3 tahun, dan biasanya disertai inflamasi pada trakea dan bronkus dan disebut sebagai penyakit croup. Penyakit ini seringkali disebabkan oleh virus, yaitu virus parainfluenza, adenovirus, virus influenza A dan B, RSV, dan virus campak. Selain itu, M. pneumonia juga dapat menyebabkan croup.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan

  1. Pasien datang dengan keluhan suara serak atau hilang suara (afonia).
  2. Gejala lokal seperti suara parau, seperti suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa/normal bahkan sampai tidak bersuara sama sekali(afoni). Hal ini terjadi karena gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan.
  3. Sesak nafas dan stridor.
  4. Nyeri tenggorokan, terutama nyeri ketika menelan atau berbicara.
  5. Gejala radang umum, seperti demam, malaise.
  6. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental.
  7. Gejala common cold, seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38o C.
  8. Obstruksi jalan nafas apabila ada edema laring diikuti edema subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, nafas berbunyi, air hunger, sesak semakin bertambah berat.
  9. Laringitis kronik ditandai dengan afonia yang persisten. Pada pagi hari, biasanya tenggorokan terasa sakit namun membaik pada suhu yang lebih hangat. Nyeri tenggorokan dan batuk memburuk kembali menjelang siang. Batuk ini dapat juga dipicu oleh udara dingin atau minuman dingin.

Faktor Risiko

  1. Penggunaan suara yang berlebihan.
  2. Pajanan terhadap zat iritatif seperti asap rokok dan minum-minuman alkohol.
  3. Adanya refluks laringofaringeal, bronkitis, dan pneumonia.
  4. Rhinitis alergi.
  5. Perubahan suhu yang tiba-tiba.
  6. Malnutrisi.
  7. Keadaan menurunnya sistem imun atau daya tahan tubuh.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik

Laringoskopi indirek (khusus untuk pasien dewasa):

  1. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis dan membengkak terutama di bagian atas dan bawah pita suara.
  2. Biasanya terdapat tanda radang akut di hidung atau sinus paranasal.
  3. Pada laringitis kronik, dapat ditemukan nodul, ulkus dan penebalan mukosa pita suara.

Pemeriksaan Penunjang (bila diperlukan)

  1. Foto rontgen soft tissue leher AP lateral: bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
  2. Foto toraks AP.
  3. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap.

Penegakan Diagnostik (Assessment)

Diagnosis Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang jika diperlukan.

Klasifikasi :

  1. Laringitis Akut
    Laringitis akut adalah radang akut laring, dapat disebabkan oleh virus dan bakteri. Keluhan berlangsung < 3 minggu dan pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pneumoniae.

  2. Laringitis Kronik
    Laringitis kronik dapat terjadi setelah laringitis akut yang berulang, dan juga dapat diakibatkan oleh sinusitis kronis, deviasi septum berat, polip hidung, bronkitis kronik, refluks laringofaring, merokok, pajanan terhadap iritan yang bersifat konstan, dan konsumsi alkohol berlebih. Tanda dari laringitis kronik ini yaitu nyeri tenggorokan yang tidak signifikan, suara serak, dan terdapat edema pada laring. Mungkin juga disebabkan penyalahgunaan suara (vocal abuse) seperti berteriak-teriak atau bicara keras.

  3. Laringitis Kronik Spesifik

    • Laringitis tuberkulosa
      Penyakit ini disebabkan tuberkulosis paru. Setelah diobati, biasanya tuberkulosis paru sembuh namun laringitis tuberculosis menetap (membutuhkan pengobatan yang lebih lama), karena struktur mukosa laring sangat lekat pada kartilago serta vaskularisasi tidak sebaik paru.
      Terdapat 4 stadium:

      • Stadium Infiltrasi
        Mukosa laring membengkak, hiperemis (bagian posterior), dan pucat. Terbentuk tuberkel di daerah submukosa, tampak sebagai bintik-bintik kebiruan. Tuberkel membesar, menyatu sehingga mukosa di atasnya meregang. Bila pecah akan timbul ulkus.

      • Stadium Ulserasi
        Ulkus membesar, dangkal, dasarnya ditutupi perkejuan dan terasa nyeri oleh pasien

      • Stadium Perikondritis
        Ulkus makin dalam mengenai kartilago laring, paling sering terkena kartilago aritenoid, dan epiglottis. Terbentuk nanah yang berbau sampai terbentuk sekuester. Pada stadium ini keadaan pasien buruk dan dapat meninggal. Bila bertahan maka berlanjut ke stadium akhir yaitu stadium fibrotuberkulosis

      • Stadium Fibrotuberkulosis
        Terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara, dan subglotik.

    • Laringitis luetika
      Radang menahun ini jarang ditemukan.

Diagnosis Banding

Benda asing pada laring, Faringitis, Bronkiolitis, Bronkitis, Pneumonia, Tumor pada laring, Kelumpuhan pita suara
Komplikasi
Obstruksi jalan napas atas, Pneumonia, Bronkhitis

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan

  1. Non-medikamentosa

    • Istirahat suara (vocal rest).
    • Rehabilitasi suara (voice therapy), bila diperlukan.
    • Meningkatkan asupan cairan.
    • Bila terdapat sumbatan laring dilakukan pemasangan pipa endotrakea, atau trakeostomi.
  2. Medikamentosa

    • Parasetamol atau Ibuprofen sebagai antipiretik dan analgetik.
    • Pemberian antibiotik dilakukan bila peradangan dari paru dan bila penyebab berupa Streptokokus grup A ditemukan melalui kultur. Pada kasus ini, antibiotik yang dapat digunakan yaitu golongan Penisilin.
    • Proton Pump Inhibitor pada laringitis yang disebabkan oleh refluks laringofaringeal.
    • Kortikosteroid dapat diberikan jika laringitis berat.
    • Laringitis tuberkulosis: obat antituberkulosis.
    • Laringitis luetika: penisilin dengan dosis tinggi.

Rencana Tindak Lanjut

Pemeriksaan laringoskopi indirek kembali untuk memeriksa perbaikan organ laring.

Konseling dan Edukasi

Memberitahu pasien dan keluarga untuk:

  1. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur.
  2. Menghentikan merokok.
  3. Mengistirahatkan pasien berbicara dan bersuara atau tidak bersuara berlebihan.
  4. Menghindari makanan yang mengiritasi atau meningkatkan asam lambung.
    Kriteria Rujukan
    Indikasi rawat rumah sakit apabila:
  5. Terdapat tanda sumbatan jalan nafas atas.
  6. Usia penderita dibawah 3 tahun.
  7. Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau exhausted.
  8. Ada kecurigaan tumor laring.

Prognosis

  1. Ad vitam : Bonam
  2. Ad functionam : Bonam
  3. Ad sanationam : Bonam

Peralatan

  1. Lampu kepala
  2. Kaca laring
  3. Kassa steril
  4. Lampu spiritus

Sumber :
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan primer

Referensi

  1. Adam, GL. Boies LR. Higler. Boies.Buku Ajar Penyakit THT. Ed. ke-6. Jakarta: EGC. 1997.
  2. Hermani,B. Abdurrachman, H. Cahyono, A. Kelainan Laring dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Ed. ke- 6.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
  3. Lee, K. Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery. Ed. Ke-8. McGraw- Hill. 2003.