Apa yang dimaksud Ungkapan Tradisional?

Apa yang dimaksud Ungkapan Tradisional?

Apa yang dimaksud Ungkapan Tradisional?

Ungkapan tradisional sebagai bagian dari tradisi lisan merupakan salah satu gejala kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat yang mencerminkan kepribadian dan cara berpikir anggota masyarakat pemakainya, baik yang terpelajar maupun tidak. Cervantes mendefinisikan bahwa ungkapan tradisional merupakan kalimat pendek yang merupakan sari dari pengalaman yang panjang. Sementara itu, Bertrand Russel menganggap ungkapan tradisional sebagai kebijaksanaan orang banyak yang merupakan bagian dari kecerdasan seseorang (Danandjaja, 1997).

Brundvand (dalam Danandjaja, 1997) membagi ungkapan tradisional ke dalam tiga sifat yang harus diperhatikan. Ketiga sifat tersebut ialah sebagai berikut.

  1. Ungkapan tradisional tidak cukup hanya berupa satu kata tradisional saja, harus berupa satu kalimat ungkapan,;

  2. Ungkapan tradisional ada dalam bentuk yang sudah standar; dan

  3. Ungkapan tradisional harus memiliki daya hidup (vitalitas) tradisi lisan yang berbeda dengan iklan, reportase olah raga, syair, dan sebagainya.

Bentuk-bentuk Ungkapan Tradisional

Padmoesoekatja (dalam Purwa 2011) menjelaskan bahwa ungkapan tradisional memiliki tiga bentuk, yaitu paribasan, bebasan, dan saloka. Berikut penjelasan keempat bentuk tersebut.

  1. Paribasan

Paribasan merupakan kalimat yang tetap pemakaiannya dan memiliki arti kiasan, tidak mengandung makna perumpamaan. Paribasan memiliki ciri-ciri khas sebagai berikut

  • Strukturnya tetap.

  • Memiliki arti kias

  • Tidak mengandung perumpamaan

  • Memiliki kata-kata yang lugas.

  1. Bebasan

Bebasan merupakan kalimat yang tetap pemakaiannya, mengandung makna perumpamaan. Perumpamaan tersebut adalah keadaan, sifat orang atau barangya. Bebasan memiliki ciri khas sebagai berikut.

  • Strukturnya tetap

  • Memiliki arti kias

  • Mengandung makna perumpamaan.

  1. Saloka

Saloka merupakan kalimat yang termasuk perumpamaan namun memiliki kata-kata yang tetap dan mengandung makna perumpamaan. Perumpamaan yang biasanya digunakan adalah orang beserta sifat dan keadaannya, tetapi biasanya yang diumpamakan adalah orangnya. Saloka memiliki ciri khas sebagai berikut.

  • Bentuknya kias

  • Memiliki struktur yang tetap

  • Mengandung makna perumpamaan.

Makna Ungkapan Tradisional

Ungkapan tradisional terdiri dari makna leksikal dan makna kultural. Makna leksikal yaitu makna yang tidak terikat dengan konteksnya, sedangkan makna kultural yaitu makna yang dimiliki oleh masyarakatnya. Artinya pemberian makna secara kultural adalah makna berdasarkan pola dari perilaku yang mengacu pada pola suatu kehidupan sosial dan sistem pengetahuan dan kepercayaan masyarakatnya.

Reksodihardjo, dkk (dalam Purwa, 2011) menjelaskan bahwa di dalam ungkapan tradisional mengandung hal-hal berikut,

  1. Nasihat yang berisi ajakan-ajakan untuk berbuat baik;

  2. Pesan tersurat maupun tersirat;

  3. Kritik yang ditujukan secara halus maupun terus terang;

  4. Teguran halus ataupun keras sebagai pengendalian norma masyarakat;

  5. Anjuran untuk menaati peraturan yang berlaku dan telah disepakati;

  6. Harapan atau keinginan untuk terus mematuhi norma-norma yang berlaku; dan

  7. Sanksi terhadap seseorang atau sekelompok orang yang melanggar norma yang telah berlaku di masyarakat.

Fungsi Ungkapan Tradisional

Bascom (Danandjaja, 1997) mengungkapkan bahwa ungkapan tradisional memiliki empat fungsi, yakni :

  1. Sebagai cerminan dalam berperilaku atau sistem proyeksi;

  2. Sebagai alat pengesahan pranata dan lembaga kebudayaan, yaitu sebagai ketentuan dalam melaksanakan tatanan dalam masyarakat

  3. Sebagai alat pendidikan anak, yaitu sebagai media pembentukan perilaku atau karakter anak, dan

  4. Sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma masyarakat agar selalu dipatuhi, yaitu aturan-aturan dan norma dalam kehidupan bermasyarakat harus dipatuhi.