Apa yang dimaksud dengan Teori Pertumbuhan Neoklasik?

Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan pada akhir 1950-an dan 1960-an pada abad ke-20 sebagai hasil penelitian intensif di bidang ekonomi pertumbuhan. Ekonom Amerika Robert Solow, yang memenangkan Hadiah Noble dalam Ekonomi dan ekonom Inggris.

Lalu, apa yang dimaksud teori pertumbuhan neoklasik ?

4 Likes

Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Solow (1956), merupakan model ekonomi dengan pendekatan umum dimana bebas mengabaikan beberapa aspek penting dari macroeconomics, seperti fluktuasi jangka pendek dalam ketenagakerjaan, pertumbuhan populasi, dan tabungan. Model pertumbuhan Solow merupakan model pertumbuhan yang mengasumsikan bahwa perkembangan teknologi adalah exogenues.

Asumsi-asumsi penting dari model Solow antara lain :

  • Tingkat depresiasi dianggap konstan,
  • Tidak ada perdagangan luar negeri atau aliran keluar masuk barang modal,
  • Tidak ada sektor pemerintah, tingkat pertambahan penduduk (tenaga kerja) dianggap konstan serta seluruh penduduk bekerja, sehingga jumlah penduduk sama dengan jumlah pekerja (Pratama dan Manurung, 2008).

Jika output atau dijelaskan oleh input modal dan tenaga kerja. Model tersebut dinyatakan dalam bentuk umum sebagai berikut :

Y (t) = F (K(t), L(t))

Dengan memperhitungkan perkembangan teknologi, model difokuskan pada empat variabel yaitu output (Y), modal (K), tenaga kerja (L) dan tingkat teknologi (A). Dengan mengasumsikan fungsi produksi dinyatakan dalam beberapa bentuk persamaan yaitu :

Y(t) = F (K(t), A(t)L(t))
Y(t) = F (A(t)K(t),L(t))
Y(t) = A(t)F(K(t),L(t))

t adalah waktu yang menentukan tingkat pertumbuhan melalui input K,L dan L. Output akan berubah jika input berubah dalam waktu tertentu. Bila tingkat teknologi masuk dalam labour dinamakan labour augmenting atau solow neutral, bila masuk dalam modal maka dinamakan capital augmenting atau harrod neutral dan bila netral maka disebut juga hicks neutral. Dengan mengasumsikan bahwa teknologi adalah konstanta maka fungsi produksi adalah constans return return to scale dengan model matematika yang dirumuskan dengan :

F(cK,cAL) = cF(K,AL) c ≥0

Sesuai dengan asumsi diatas, dalam model dinyatakan bahwa modal, tenaga kerja dan pengetahuan berubah sepanjang waktu, serta diasumsikan pula bahwa tenaga kerja dan pengetahuan sebagai variabel eksogen tumbuh pada tingkat yang konstan maka :

image

n dan g adalah parameter eksogen, L dan A menunjukkan derivasi dengan memperhitungkan t. Bila t diasumsikan 0 maka L(t) = L(0) ent dan A(t) = A(0)egt. A(t)L(t) merupakan unit tenaga kerja efektif yang tumbuh pada tingkat n+g.

Besarnya output diasumsikan digunakan untuk investasi sebesar s dan eksogen. Dengan mendefinisikan k sebagai stok modal per unit tenaga kerja efektif k = K/AL dan y sebagai output per unit tenaga kerja efektif y = Y/AL dimana y = f(k), maka dengan mempertimbangkan depresiasi modal pada tingkat δ diperoleh persamaan :

k = s f (k(t)) − (n + g +δ )k(t)

Persamaan tersebut merupakan salah satu kunci dari model Solow yang menjelaskan perubahan modal per unit tenaga kerja efektif.

Dengan mengasumsikan hubungan yang konstan antara input modal dan tenaga kerja, maka untuk mencakup kemajuan teknologi yang merupakan variabel eksogen sebagai variabel yang dapat meningkatkan kemampuan perekonomian untuk berproduksi sepanjang waktu perlu dilakukan modifikasi. Diasumsikan bahwa kemajuan teknologi dapat mengefisiensikan tenaga kerja, sehingga persamaan yang sesuai untuk memperjelas asumsi ini.

Mankiw mengganti variabel A dalam persamaan ini dengan variabel E yang dikenal dengan efisiensi tenaga kerja, sehingga diperoleh persamaan lain yang sejenis yaitu :

Y(t) = F(K(t),E(t)L(t)

Fungsi produksi yang baru ini menyatakan bahwa output perekonomian Y tergantung pada unit modal K dan jumlah pekerja efektif EL. Karena angkatan kerja L tumbuh pada tingkat n den efisiensi dari setiap unit tenaga kerja efektif E tumbuh pada tingkat g, maka jumlah pekerja efektif LE tumbuh pada tingkat n+g. Menurut Mankiw (2007), model pertumbuhan Solow dirancang untuk menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam prekonomian serta bagaimana pengaruhnya terhadap output barang dan jasa suatu negara keseluruhan.

Latar Belakang Teori Neo Klasik


Teori neoklasik sebenarnya bukan merupakan teori baru yang muncul seperti teori klasik. Teori neoklasik muncul dan “mengusulkan” perubahan-perubahan pada teori klasik, sejak diperkenalkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia. Pendekatan neoklasik mencakup uraian sistematis organisasi informal, dan pengaruhnya para organisasi formal. Perkembangan teori neoklasik dimulai dengan inspirasi percobaan-percoaan yang dilakukan di Hawthorne, serta tulisan Hugo Nunsterberg. Pendekatan neoklasik ditemukan juga di dalam buku-buku tentang hubungan manusiawi seperti Ardner dan Moore, Human Ralation in Industry dan sebagainya.

Munculnya teori neoklasik diawali dengan inspirasi percobaan yang dilakukan di Pabrik Howthorne tahun 1924 milik perusahaan Western Elektric di Cicero yang disponsori oleh Lembaga Riset Nasional Amerika. Percobaan yang dilakukan ELTON MAYO seorang riset dari Western Electric menyimpulkan bahwa pentingnya memperhatikan insentif upah dan kondisi kerja karyawan dipandang sebagai faktor penting peningkatan produktifitas.

Sejarah Perkembangan Teori Neoklasik


Ekonomi klasik yang dikembangkan pada abad 18 dan 19, termasuk teori nilai dan distribusi teori. Nilai produk dianggap tergantung pada biaya yang terlibat dalam memproduksi produk tersebut. Penjelasan tentang biaya ekonomi klasik adalah sekaligus penjelasan tentang distribusi. Seorang tuan tanah menerima sewa, pekerja menerima upah, dan seorang petani penyewa kapitalis menerima keuntungan atas investasi mereka. Pendekatan klasik termasuk karya Adam Smith dan David Ricardo.

Namun, beberapa ekonom secara bertahap mulai menekankan nilai yang dirasakan dari suatu barang kepada konsumen. Mereka mengajukan teori bahwa nilai suatu produk adalah untuk dijelaskan dengan perbedaan utilitas (kegunaan) kepada konsumen. (Di Inggris, ekonom cenderung untuk konsep utilitas sesuai dengan Utilitarianisme dari Jeremy Bentham dan kemudian dari John Stuart Mill). Langkah ketiga dari ekonomi politik untuk ekonomi adalah pengenalan marginalisme dan dalil bahwa para pelaku ekonomi membuat keputusan berdasarkan margin.

Sebagai contoh, seseorang memutuskan untuk membeli sandwich kedua berdasarkan seberapa penuh mereka setelah yang pertama, perusahaan mempekerjakan karyawan baru berdasarkan kenaikan diharapkan dalam keuntungan karyawan akan membawa. Hal ini berbeda dengan pengambilan keputusan agregat ekonomi politik klasik dalam hal ini menjelaskan bagaimana barang vital seperti air bisa murah, sedangkan kemewahan bisa mahal. Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori maupun dalam metodologinya.

Teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga kerja atau biaya produksi tetapi telah beralih pada kepuasan marjinal (marginal utility). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru dalam teori ekonomi. Salah satu pendiri mazhab neoklasik yaitu Gossen, dia telah memberikan sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian disebut sebagai Hukum Gossen I dan II. Hukum Gossen I menjelaskan hubungan kuantitas barang yang dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang diperoleh, sedangkan Hukum Gossen II, bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya untuk berbagai jenis barang yang diperlukannya.

Konsep dan Isi Teori Neo Klasik


Teori ini lebih berdasarkan kepada kepuasan marginal daripada biaya produksi maupun tenaga kerja. Selain itu permintaan dan penawaran dalam pasar neo klasik harus maksimal. Di dalam teori neo klasik ini ada yang namanya hak kepemilikan. Hak kepemilikan adalah hak memiliki, menggunakan, menguasai kekuasaan. Terdapat dua teori dalam hak kepemilikan, yaitu :

  • Teori Positivis, yaitu hak kepemilikan bersifat politik. Jadi hak kepemilikan ini bisa digugat.
  • Teori hak kepemilikan tidak statis, yaitu hak kepemilikan yang bisa berubah sewaktu-waktu dan berkembang.

Di dalam teori ini juga terdapat eksternalisasi yaitu pihak ketiga atau pihak luar yang tidak terlibat dalam suatu proses perekonomian tetapi mereka terkena dampak dari proses tersebut. Jadi, pemerintah harus bisa melindungi pihak ketiga atau eksternalisasi tersebut. Kemudian didalam teori neo klasik juga terdapat kegagalan pasar seperti pada teori klasik. Kegagalan pasar yang dimaksud tersebut adalah barang publik. Bahwa dalam neo klasik, pasar terkadang tidak bisa menyediakan barang yang dibutuhkan sehingga menjadi barang publik. Dalam neo klasik juga terdapat istilah monopoli dan oligopoli.

Pasar Monopoli merupakan pasar yang mempunyai hanya satu barang atau homogen dan banyak yang membutuhkan, produsen atau perusahaannya juga hanya satu sehingga mereka bebas dalam mengatur segalanya dan tidak ada pesaing. Sedangkan pasar oligopoli adalah pasar yang barangnya homogen, sedangkan dalam pasar terdapat dua atau lebih perusahaan yang menjualnya.

Aliran yang berikutnya muncul adalah aliran Neoklasik disebut juga dengan “Teori Hubungan manusiawi”. Teori ini muncul akibat ketidakpuasan dengan teori klasik dan teori merupakan penyempurnaan teori klasik. Teori ini menekankan pada “pentingnya aspek psikologis dan social karyawan sebagai individu ataupun kelompok kerja”.

Aliran pemikiran lebih lanjut yang muncul digambarkan sebagai neoklasik, dan secara sederhana sebagai teori atau aliran hubungan manusiawi. Teori neoklasik dikembangkan atas dasar teori klasik. Teori neoklasik merubah, menambah, dan dalam banyak hal memperluas teori klasik. Teori neoklasik adalah menekankan pentingnya aspek psikologi dan sosial karyawan sebagai individu maupun sebagai bagian kelompok kerjanya.

Aliran neoklasik bukan merupakan atau mencetuskan suatu teori murni seperti yang dilakukan aliran klasik. Pengikut aliran neoklasik adalah mereka yang membahas kelemahan model klasik pada perilaku organisasi, tetapi tidak menentang seluruh teori klasik.

  1. Pokok Pikiran Teori Neoklasik

Ekonomi neoklasik adalah istilah yang digunakan untuk berbagai pendekatan untuk ekonomi berfokus pada penentuan harga, output, dan pendapatan distribusi di pasar melalui penawaran dan permintaan , sering dimediasi melalui maksimalisasi hipotesis utilitas dengan pendapatan terbatas individu dan dari keuntungan dengan biaya terbatas perusahaan yang menggunakan informasi yang tersedia dan faktor-faktor produksi, sesuai dengan teori pilihan rasional. Ekonomi neoklasik bertumpu pada tiga asumsi, meskipun cabang-cabang tertentu dari teori neoklasik mungkin memiliki pendekatan yang berbeda :

  • Orang-orang memiliki preferensi rasional antara hasil yang dapat diidentifikasi dan terkait dengan nilai.
  • Individu memaksimalkan utilitas dan perusahaan memaksimalkan keuntungan.
  • Orang bertindak independen atas dasar informasi yang lengkap dan relevan.
  1. Perkembangan Teori Organisasi Neo Klasik

Teori organisasi Neoklasik dikembangkan atas dasar teori klasik. Teori organisasi Neoklasik merubah, menambah, dan dalam banyak hal memperluas teori klasik. Teori organisasi Neoklasik didefinisikan sebagai suatu organisasi sebagai kelompok dengan tujuan bersama. Bila pada teori klasik banyak menitik beratkan pembahasannya pada struktur, tata tertib, organisasi formal, faktor-faktor ekonomi dan rasionalitas tujuan sedangkan teori neoklasik banyak menekankan pentingnya aspek sosial dalam pekerjaan atau organisasi informal dan aspek psikologis (emosi).

Perkembangan teori neoklasik dimulai dengan inspirasi percobaan-percobaan yang dilakukan di Hawthorne, serta tulisan Hugo Munsterberg. Pendekatan neoklasik ditemukan juga di dalam buku-buku tentang hubungan manusiawi seperti Gardener dan Moore, Human Ralation in Industry dan sebagainya.

Sebagai pencetus psikologi industry yang diakui luas, Hugo Munsterberg menulis bukunya yang paling menonjol “Psychology and Industrial EfficiencyI” pada tahun 1913. Buku ini merupakan jembatan penting antara manajemen ilmiah dan perkembangan lebih lanjut teori neoklasik yang berkembang sekitar tahun 1930-an. Pada dasarnya Munsterberg menekankan adanya perbedaan-perbedaan karakteristik individual dalam organisasi-organisasi.

Percobaan Hawthone dimulai tahun 1924 di pabrik Hawthorne milik perusahaan Western Electric di Cicero, Illinois, dekat Chocago, dan disponsori oleh National Research Council (Lembaga riset Nasinal). Studi Hawthorne memperkenalkan gagasan bahwa organisasi adalah suatu sistem terbuka dimana segmen-segmen teknis dan manusiawi saling berkaitan erat. Studi tersebut juga menekankan pentingnya sikap karyawan dalam era dimana insentif upah dan kondisi kerja fisik sering dipandang sebagai satu-satunya faktor yang menetukan produktivitas. Akhirnya percobaan Hawthorne menunjukan bagaimana kegiatan kelompok-kelompok kerja kohesif sangat berpengaruh pada operasi organisasi.

Penemuan-penemuan Hawthorn, bagaimanapun juga telah menambah dimensi-dimensi baru esensial bagi teori organisasi. Akhirnya percobaan-percobaan Hawthorne menunjukkan bagaimana kegiatan kelompok-kelompok kerja kohesif sangar berpengaruh pada organisasi. Oleh karena itu, teori neoklasik mengemukan perlunya :

  • Partisipasi atau melibatkan setiap orang dalam proses pengambilan keputusan.
  • Perluasan kerja (job enlargement) sebagai kebalikan dari pola spesialisasi.
  • Management bottom-up yang member kesempatan kepada para junior untuk berpasitipasi dalam pengambilan keputusan manajemen puncak.
  • Titik tekanan teori neoklasik adalah dua elemen pokok dalam organisasi yaitu perilaku individu dan kelompok pekerja. Organisasi informal muncul sebagai tanggapan akan kebutuhan sosial manusia, kebutuhan untuk berhungan dengan orang lain.

Faktor – faktor yang dapat menentukan munculnya organisasi informal antara lain :

  • Lokasi, untuk membentuk suatu kelompok formal orang harus mempunyai kontak tatap muka yang ajeg.
  • Jenis pekerjaan, ada kecenderungan bahwa manusia yang melaksanakan jenis pekerjaan yang sama akan membentuk kelompok bersama.
  • Minat, perbedaan minat di antara mereka menjelaskan mengapa muncul beberapa organisasi informal yang kecil, di samping satu yang besar.
  • Masalah-masalah khusus, kecenderungan setiap orang memiliki masalah yang berbeda, namun di antara perbedaan tersebut ada kesamaan masalah dengan orang lain meski tidak semua.
  1. Proses-proses Skalar dan Fungsional

Proses skalar dan fungsional (sclar and functional processes) menimbulkan berbagai masalah dalam pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Neoklasik menyatakan bahwa kapasitas dan kekuasaan tak dapat dikompensasikan, karena bukan merupakan satu-satunya hubungan, ada faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan terutama hasil kegiatan “kaki-tangan manusia”.

  1. Struktur Organisasi

Tentang struktur organisasi, teori neoklasik menyatakan bahwa struktur merupakan penyebab terjadinya pergeseran-pergeseran (frictions) internal di antara orang-orang yang melaksanakan fungsi yang berbeda-beda. Pergeseran-pergeseran ini terjadi terutama antara orang-orang operasional (lini) dan oarang-orang staf. Menurut Melville Dalton penyebabnya adalah : 1) Perbedaan tugas antara orang lini dan staf, 2) Perbedaan umur dan pendidikan, dan 3) Perbedaan sikap.

  1. Rentang Kendali

Penentuan rentang sangat tergantung pada pebedaan individu dalam kemempuan manajemennya, tipe orangnya, efektivitas komunikasi, fungsi pengawasan formal, serta derajat sentralisasi, dimana neoklasik mengusulkan pengawasan bebas demokratis, sedang klasik memilih pengawasan ketat. Rentang yang pendek mengakibatkan pengawasan yang ketat, rentang yang luas memerlukan pendelegasian yang baik dengan mengurangi pengawasan. Karena perbedaan individu dan organisasi, kadang-kadang yang satu lebih baik daripada yang lain, maka rentang kendali tidak dapat ditetapkan secara kaku.

  1. Teori Neoklasik Administrasi

Dalam bukunya Administrative Behavior, Herbert Simon mengemukakan tiga tema utama dalam proses pengambilan keputusan dalam organisasi yaitu sebagai berikut :

  • Keputusan adalah kegiatan sentral dari organisasi.
  • Instrumental reason atau alasan-alasan instrumental adalah bersifat sentral di dalam perbuatan keputusan administratif dan pemahaman organisasi.
  • Konsep satisfying atau memuaskan yang merupakan pembatalan yang signifikan terhadap rasionalitas dan dampaknya terhadap perilaku organisasi merupakan kondisi utama di dalam pembuatan keputusan.

TEORI NEO-KLASIK


Pandangan dari teori ini akan secara mendalam diterangkan dalam bagian berikut. Teori pertumbuhan Neo-Klasik pertama sekali dikembangkan oleh Profesor Robert Solow, yang memperoleh hadiah Nobel pada tahun 1987 untuk teorinya tersebut. Teorinya dikemukakannya dalam Quarterly Journal of Economics terbitan bulan Februari 1956, dalam tulisan yang berjudul: A Contribution of the Theory of Economic Growth. Teori Neo-Klasik berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi bersumber dari pertambahan dan perkembangan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran agregat. Dengan demikian pendekatannya sangat berbeda dengan teori Harrod-Domar yang berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh segi permintaan yaitu bergantung kepada perkembangan permintaan agregat.

Dalam analisis Neo-Klasik diyakini bahwa perkembangan faktorfaktor produksi dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama yang menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu masa tertentu dan perkembangannya dari satu waktu ke waktu lainnya.

Dengan demikian, pada hakikatnya ia tidak berbeda dengan pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik yang juga berpendapat bahwa perkembangan faktor-faktor produksi, terutama tenaga kerja dan modal, dan perkembangan teknologi merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Persamaan inilah yang menyebabkan teori pertumbuhan modern ini dinamakan teori NeoKlasik.

Walau bagaimanapun teori Neo-Klasik dipandang sebagai teori yang lebih tepat dan lebih sempurna dalam menerangkan fenomena pertumbuhan ekonomi jangka panjang kalau dibandingkan dengan teori Klasik. Sebabnya yang utama adalah karena teori ini melihat bagaimana setiap faktor produksi dan perkembangan teknologi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sedang dalam teori Klasik yang diperhatikan hanyalah hubungan di antara pertambahan penduduk dan pembangunan ekonomi. Seperti telah dinyatakan, pandangan Klasik ini telah menimbulkan kesimpulan yang tidak tepat yaitu sebagai akibat dari pertambahan penduduk yang pesat pada akhirnya perekonomian akan mencapai tingkat subsistem (pendapatan per kapita yang sangat rendah) kembali. Teori Neo-Klasik bukan saja memperhatikan peranan tenaga kerja dalam pertumbuhan, tetapi yang lebih penting lagi, teori ini menganalisis pula sumbangan dari perkembangan stok modal dan perkembangan teknologi dalam pembangunan ekonomi. Lebih istimewa lagi, teori ini dapat digunakan untuk melakukan penyelidikan empiris mengenai peranan relatif dari modal, teknologi dan tenaga kerja dalam pertumbuhan ekonomi.

Pada ketika teori Keynes masih merupakan analisis utama dalam teori makroekonomi, teori Harrod-Domar dan teori Neo-Klasik merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam analisis makroekonomi. Dengan perkataan lain, sehingga ke pertengahan tahun 1980an, teori-teori pertumbuhan yang diterangkan sebagai suatu analisis makroekonomi jangka panjang selalu akan menerangkan kedua-dua teori ini. Perkembangan analisis makroekonomi dalam dua dekade belakangan ini, yang bukan saja menerangkan pandangan golongan Keynesian tetapi menggunakan pandangan-pandangan yang baru yang dikemukakan oleh golongan Monetaris, Klasik Baru, dan Segi Penawaran, telah menyebabkan analisis makroekonomi mengenai pertumbuhan ekonomi lebih menitik beratkan kepada analisis Neo-Klasik. Perkembangan baru pada akhir-akhir ini mengenai pertumbuhan ekonomi juga bersifat memperdalam dan melengkapi teori Neo-Klasik.

TEORI PERTUMBUHAN NEO-KLASIK


Teori pertumbuhan Neo-Klasik pada dasarnya bertujuan untuk menerangkan faktor-faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi dan sumbangan relatif dari berbagai faktor ini dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori Neo-Klasik ditunjukkan bagaimana tiga jenis input yaitu modal, teknologi dan tenaga kerja menentukan tingkat kegiatan ekonomi, dan peranan dari modal dan perkembangan teknologi dalam menentukan pertumbuhan ekonomi. Untuk menerangkan teori pertumbuhan Neo-Klasik. Uraian dalam bagian ini akan dibedakan kepada empat tingkat analisis, yaitu:

  1. Menunjukkan pandangan teori pertumbuhan Neo-Klasik dengan terlebih dahulu memisalkan tidak terdapat perkembangan teknologi, yaitu tingkat teknologi dianggap konstan.
  2. Menunjukkan tabungan, investasi dan konsumsi pada setiap tingkat pertumbuhan ekonomi.
  3. Melihat efek depresiasi dan pertambahan penduduk ke atas pertumbuhan ekonomi.
  4. Menunjukkan bagaimana perkembangan teknologi akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Referensi

Muchtolifah. Ekonomi Makro. Surabaya: Penerbit Unesa University Press.

Teori Pertumbuhan NeoKlasik


Teori pertumbuhan neo klasik dikembangkan oleh dua orang ekonom yaitu : Robert Solow dan Trevor Swan. Teori neoklasik berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi bersumber pada penambahan dan perkembangan faktorfaktor yang mempengaruhi penawaran agregat. Teori pertumbuhan ini juga menekankan bahwa perkembangan faktor-faktor produksi dan kemajuan teknologi merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi (Sukirno,2005).

Teori neoklasik juga membagi tiga jenis input yang berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu :

  1. Pengaruh modal dalam pertumbuhan ekonomi
  2. Pengaruh teknologi dalam pertumbuhan ekonomi
  3. Pengaruh angkatan kerja yang bekerja dalam pertumbuhan ekonomi

Teori neoklasik memiliki pandangan dari sudut yang berbeda dari teori klasik yaitu dari segi penawaran. Pertumbuhan ekonomi ini bergantung kepada fungsi produksi, persamaan ini dinyatakan dengan :

image

dimana Y adalah output, K adalah modal, L adalah angkatan kerja yang bekerja dan T adalah teknologi. Karena tingkat kemajuan teknologi ditentukan secara eksogen maka model neo klasik Solow juga disebut model pertumbuhan eksogen. Model Solow memiliki beberapa kekurangan dan untuk memperbaikinya dengan memecah total faktor produksi dengan memasukan variabel lain, dimana variabel ini dapat menjelaskan pertumbuhan yang terjadi. Model ini disebut model pertumbuhan endogen.

Model pertumbuhan endogen beranggapan bahwa perdagangan internasional penting sebagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Model perdagangan internasional diukur melalui aktifitas ekspor dan impor, yaitu:

image

Dimana Y adalah output, A adalah indeks prokduktifitas, K adalah modal, L adalah angkatan kerja yang bekerja, i adalah tahun, sedangkan indeks produktifitas (A) adalah fungsi dari ekspor (X) dan impor (M), yaitu:
image
Ada beberapa ahli ekonom seperti Mankiw, Romer dan Weil melakukan studi untuk penyempurnaan model pertumbuhan ekonomi neoklasik untuk memperjelas dan menambahkan dasar teoritis bagi sumber pertumbuhan ekonomi (Esa Suryaningrum,2000). Model Solow hanya dapat menerangkan hubungan modal dan angkatan kerja yang bekerja saja, sehingga ditambahkan lagi variabel mutu modal manusia untuk membantu menjelaskan pola pertumbuhan ekonomi selain modal dan angkatan kerja yang bekerja, yaitu :
image
Dimana Y adalah output, K adalah modal, L adalah tenaga keja, T adalah teknologi dan H adalah modal manusia.

Referensi

Pambudi, E W. 2013. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi (Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah). Skripsi. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.