Social skills training (SST) adalah salah satu intervensi dengan teknik modifikasi perilaku didasarkan prinsip-prinsip bermain peran, praktek dan umpan balik balik guna meningkatkan kemampuan klien dalam menyelesaikan masalah pada klien depresi, schizophrenia , klien dengan gangguan perilaku kesulitan berinteraksi, mengalami social phobia dan klien yang mengalami kecemasan (Stuart ,2009; Vacarolis, 2010; Kneisl, 2004).
Social skills training dirancang untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan keterampilan sosial bagi seseorang yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi meliputi keterampilan memberikan pujian, mengeluh karena tidak setuju, menolak permintaan orang lain, tukar menukar pengalaman, menuntut hak pribadi, memberi saran pada ornag lain, pemecahan masalah yang dihadapi dan bekerjasama dengan orang lain (MqQuaid, 2000).
Tujuan SST
Social skills training bertujuan untuk meningkatkan keterampilan interpersonal pada klien dengan gangguan hubungan interpersonal dengan melatih keterampilan klien yang selalu digunakan dalam hubungan dengan orang lain dan lingkungan. Hal ini dikemukakan Landeen ( 2001, dalam Kneisl, 2004) tujuan social skills training adalah meningkatkan kemampuan sosial. Menurut Eikens (2000) social skills training bertujuan;
-
Meningkatkan kemampuan sesorang untuk mengekspresikan apa yang dibutuhkan dan diinginkan;
-
Mampu menolak dan menyampaikan adanya suatu masalah;
-
Mampu memberikan respon saat berinteraksi sosial;
-
Mampu memulai interaksi;
-
Mampu mempertahankan interaksi yang telah terbina
Indikasi SST
Penelitian menunjukkan bahwa social skills training merupakan salah satu intervensi dengan teknik modifikasi perilaku yang dapat diberikan pada klien dengan berbagai gangguan seperti depresi, skizofrenia, anak yang mengalami gangguan perilaku kesulitan berinteraksi, klien yang mengalami fobia sosial dan klien yang mengalami anxietas. Hal ini menunjukan adanya hubungan bermakna dari pelaksanaan social skills training dengan meningkatkan kemampuan klien dalam berinteraksi dengan orang lain diawali dengan melihat, mengobservasi, menirukan tingkah laku dan mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari Bulkeley dan Cramer (1990, dalam Prawitasari, 2002).
Teknik Pelaksanaan SST
Social skills training diberikan kepada individu yang mengalami ketidakmampuan dan penurunan keterampilan sosial, yaitu; ketidakmampuan berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan dan tidak memiliki keterampilan sosial meliputi memberikan pujian, mengeluh karena ketidaksetujuan, menolak permintaan dan ketidak mampuan bekerjasama dengan orang lain (Michelson, 1985). Cartledge dan Milbun (1995) mengidentifikasi area keterampilan sosial yang berkontribusi dalam berhubungan dengan orang lain;
-
Tersenyum dan tertawa bersama;
-
Menyapa orang lain;
-
Bergabung dalam aktivitas yang sedang berlangsung;
-
Berbagi dan bekerja sama;
-
Memberikan pujian secara verbal;
-
Melakukan suatu keterampilan;
-
Melakukan perawatan diri.
Tahap Social Skill Training
Bimbingan dan demonstrasi digunakan pada tahap awal treatment kemudian diikuti praktik dan umpan balik. Secara khusus ada 4 (empat) tahapan yang dapat dikembangkan dalam social skills training menurut Stuart (2009) yaitu; 1) Menggambarkan perilaku baru untuk dipelajari dengan cara memberikan bimbingan kepada klien yang mengalami gangguan hubungan interpersonal; 2) Mempelajari perilaku baru dengan menggunakan bimbingan dan demonstrasi; 3) Mempraktekkan
Perilaku baru dengan memberikan umpan balik; 4) Memindahkan perilaku baru dalam lingkungan. Menurut Kelly (1983, dalam Hapsari, 2010) pendekatan kelompok dalam SST dapat diberikan dalam format pendek ( workshop format ) dan dalam format panjang. Format pendek ditujukan bagi klien dengan fungsi sosial yang tergolong tinggi. Sedangkan format panjang efektif bagi klien dengan sifat pemalu yang sangat ekstrim atau individu dengan permasalahan gangguan sosial anxietas, dalam setting kelompok kecil. Kelompok kecil terdiri dari 3 sampai 8 orang. Dua hal yang sangat penting yang hendaknya diberikan dalam SST bagi klien dengan permasalahn sosial anxietas, adalah pelatihan untuk memulai percakapan dengan orang yang baru ditemui, serta membangun percakapan yang efektif dengan orang lain (Hapsari, 2010).
Metode dalam S ocial Skills Training
Setiap sesi dari social skills training menggunakan 4 (empat) metode yakni;
-
Modeling oleh terapis atau model;
-
Role play yang dilakukan oleh klien;
-
Feed back terkait perilaku yang telah dilakukan klien;
-
Transfer training meliputi pemberian rencana tindak lanjut/pekerjaan rumah dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada klien mempraktikkan perilaku yang telah dilaksanakan pada sesi sebelumnya pada klien lain diruangan dan perawat.