Apa yang dimaksud dengan skizoafektif atau Skizoaffectif?

Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu yang ditandai dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala gangguan afektif (gangguan mood)

Istilah gangguan Schizoaffective masih terdengar asing dikalangan masyarakat awam. Berbeda dengan istilah Schizophrenia dan Bipolar yang lebih dikenal dikalangan masyarakat awam.

Menurut American Psychiatric Association, Schizoaffective merupakan gangguan yang ditandai dengan adanya gejala mood berat (depresi dan/atau mania) dan juga memiliki salah satu gejala utama dari Schizophrenia, seperti delusi ataupun halusinasi yang terus-menerus. Terkadang diagnosis Schizoaffective menjadi sulit dilakukan karena gejala-gejalanya yang mirip dengan Bipolar dan juga Schizophrenia.

Penderita Schizoaffective dapat mengalami gejala Schizophrenia, seperti delusi atau halusinasi, yang diikuti dengan gejala mood berat. Bahkan terkadang gejala mood berat dapat terjadi berbarengan dengan gejala Schizophrenia. Bedanya Schizoaffective dengan Bipolar adalah pada Bipolar tidak terdapat gejala-gejala Schizophrenia.

Seseorang dapat dikatakan mengalami gangguan Schizoaffective apabila memiliki kriteria seperti yang tertulis di DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder) Edisi ke-V seperti berikut:

  • Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu. Terdapat, baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode campuran dengan gejala yang memenuhi kriteria utama pada skizofrenia.

  • Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.

  • Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk sebagian bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.

  • Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

Apa saja gejala-gejala dari Schizoaffective?

Gejala-gejala Schizoaffective mencakup gejala-gejala pada psikosis, seperti halusinasi, delusi, dan gejala-gejala afektif, seperti hypomania, mania, depresif dan gabungannya. Mania dan hypomania adalah gejala umum yang terjadi pada orang dengan tipe bipolar pada Schizoaffective.

  • Mania adalah bentuk ekstrim dari kegembiraan atau juga cepat marah yang sangat mendalam dan berdampak merusak kehidupan seseorang, keuangannya dan juga relasinya.

  • Hypomania adalah bentuk ringan sampai sedang dari mania, lebih sering dideskripsikan sebagai kenikmatan pada orang Schizoaffective.

Selama episod hypomania, orang Schizoaffective mungkin akan mengalami perasaan optimis yang meningkat, merasa lebih percaya diri dan dapat melakukan apapun. Episod depresi juga dialami orang Schizoaffective. Depresi pada orang Schizoaffective merupakan bentuk yang lebih parah dari sekedar mood yang rendah dan sangat sering mengarahkan pada perasaan ingin bunuh diri.

Beberapa gejala dari depresi orang Schizoaffective yaitu, perasaan bersalah, depresi berkepanjangan atau pencemas, perasaan tidak berdaya, sulit tidur, berpikir untuk mati atau bunuh diri, berupaya bunuh diri, dan lain sebagainya. Hypomania atau mania juga dapat terjadi secara bersamaan. Hal itu menimbulkan kemungkinan lebih besar untuk bunuh diri.

Halusinasi yang dialami orang Schizoaffective lebih sering berbentuk suara. Suara-suara ini terdengar nyata seperti orang-orang yang membicarakannya. Orang Schizoaffective tidak dapat membedakan mana yang nyata dan bukan. Halusinasi lain seperti halusinasi penglihatan, bau, atau yang lainnya juga dapat terjadi pada orang Schizoaffective. Delusi merupakan kesalahan interpretasi terhadap suatu rangsang stimulus. Contohnya, suara radio yang didengar oleh orang Schizoaffective dimaknakan sebagai pesan penting atau bahkan ancaman untuk dirinya. Hal tersebut menimbulkan kecurigaan terhadap orang-orang disekitarnya. Delusi pada orang dengan schizoaffective disorder biasanya berbentuk delusi paranoid. Pada beberapa kasus delusi ini dapat menjadi tindakan kekerasan pada orang lain yang mereka anggap mengancam kehidupan mereka. Namun pada orang dengan schizoaffective disorder hal tersebut jarang terjadi. Mereka lebih banyak menyakiti diri sendiri.

Penderita Schizoaffective terdapat sepertiga dari penderita Schizophrenia dan lebih banyak terjadi pada wanita. Mengapa lebih banyak pada wanita? Hal tersebut dikarenakan pada wanita, tingkat depresi berat lebih sering terjadi. Terutama pada masa-masa dewasa awal.

Apa yang menyababkan seseorang menderita gangguan Schizoaffective?

Penyebab pasti dari Schizoaffective tidak diketahui. Namun beberapa kondisi medis dapat menimbulkan Schizoaffective. Secara genetik, apabila terdapat anggota keluarga dengan riwayat gangguan mood berat ataupun gangguan Schizophrenia, maka berisiko menimbulkan gangguan Schizoaffective. Faktor budaya dan sosioekonomi harus diperhitungkan, terutama ketika individu dan clinician tidak saling berbagi latar belakang budaya dan ekonomi. Ide-ide dapat muncul menjadi delusi dalam suatu kebudayaan (misal penyihir). Bukti lain ditunjukkan dalam literatur untuk schizophrenia dibandingkan dengan populasi di Afrika-Amerika dan Hispanik, jadi faktor kebudayaan juga harus diperhatikan dalam evaluasi gejala psikotik dan afektif.

Ada beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan Schizoaffective, yaitu :

  1. penyakit yang terjadi di seluruh populasi di dunia
  2. diadopsi oleh keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan Schizophrenic ataupun bipolar
  3. terdapat saudara dengan gangguan Schizophrenic ataupun bipolar.

Dalam jurnal Karpayah yang berjudul Schizoaffective Disorder: An Overview yang dikutip dalam beberapa sumber, mengatakan bahwa risiko schizoaffective lebih besar pada wanita. Studi menunjukkan bahwa wanita yang telah menikah lebih rentan mengidap schizoaffective. Sedangkan pada pria, gangguan schizoaffective cenderung bersifat antisosial dan bersikap berbeda dari ciri-ciri kepribadian lainnya. Tipe bipolar lebih sering terjadi pada usia dewasa awal dari pada orang yang lebih tua.

Bagaimana cara mencegah gangguan Schizoaffective?

Pencegahan awal (primer) gangguan Schizoaffective dapat dilakukan dengan memeriksa riwayat keluarga yang memiliki gangguan Schizoaffective, atau bahkan Schizophrenia dan gangguan mood. Klinikan juga harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab terkait faktor demografi, gangguan psikologis di masa lalu maupun sekarang, faktor premorbid dan prodromal, dan juga riwayat keluarga. Apabila terdapat faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan Schizoaffective, maka segera konsultasikan ke klinikan (psikiater ataupun psikolog) agar dapat mencegah munculnya gangguan Schizoaffective.

Mengapa demikian?

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa penyebab pasti dari Schizoaffective tidak diketahui. Oleh karena itu untuk mendiagnosis seseorang dengan Schizoaffective perlu memperhatikan banyak aspek. Salah satu strategi untuk mencegah gangguan seperti Schizophrenia adalah dengan mengidentifikasi serta menangani anak-anak yang berisiko mengalami gangguan ini di masa dewasa kelak (Durand & Barlow, 2007).

Selain itu, faktor-faktor seperti komplikasi saat kelahiran dan beberapa penyakit di usia dini (seperti virus) dapat menimbulkan onset Schizophrenia. Jadi, intervensi-intervensi seperti vaksinasi berbagai macam virus untuk wanita usia subur dan intervensi-intervensi yang berhubungan dengan perbaikan nutrisi dan perawatan pada masa prenatal mungkin merupakan ukuran-ukuran preventif yang efektif (McGrath, dalam Durand & Barlow, 2006).

Apabila seseorang memperlihatkan gejala-gejala Schizoaffective, apa yang harus dilakukan?

Apabila seseorang memperlihatkan gejala-gejala, baik gejala Schizophrenia ataupun gangguan mood berat, maka harus segera memeriksakan diri ke psikiater ataupun psikolog. Pemeriksaan dini dan diagnosis dini dapat dijadikan sebagai prevensi sekunder untuk mencegah gangguan Schizoaffective menjadi tambah memburuk.

Prevensi tersier yang dilakukan untuk menghindari dampak jangka panjang dari gangguan Schizoaffective dapat digunakan dengan beberapa cara. Yang pertama adalah dengan menggunakan farmakoterapi yang diantaranya adalah dengan memberikan mood stabilizer. Mood stabilizer digunakan untuk meredakan episod mania. Untuk meredakan episod depresi dari orang Schizoaffective dapat diberikan antidepressant. ECT (Electroconvulsive Therapy) juga dapat digunakan untuk menangani episod mania. Penggunaan antipsychotic dapat dilakukan untuk mengatasi gejala psikotik dari gangguan Schizoaffective. Biasanya penanganan gejala psikotik pada pasien Schizoaffective dilakukan terlebih dulu daripada penanganan gejala mood berat. Hal tersebut dikarenakan, pertama, penanganan gejala psikotik dapat mencegah dampak jangka panjang pasien Schizoaffective, dan kedua, antidepressant dan lithium yang digunakan untuk penanganan gejala mood berat membutuhkan waktu beberapa minggu untuk dapat bereaksi. Selain itu dapat pula digunakan terapi keluarga, terapi sosial, dan juga rehabilitasi psikososial.

Keluarga sangat berpengaruh dalam proses penanganan pasien Schizoaffective. Diantaranya adalah untuk mengingatkan Schizoaffective agar rutin dalam mengkonsumsi obat-obatannya. Dibutuhkan kesabaran yang ekstra bagi keluarga ataupun teman dari pasien Schizoaffective. Oleh karena itu mereka juga membutuhkan konseling dan pendidikan khusus untuk menangani pasien Schizoaffective. Rehabilitasi psikososial biasanya dilakukan dengan mengajarkan pasien Schizoaffective untuk bersosialisasi dalam lingkungan sosial. Relasi sosial dapat mereduksi morbiditas (seperti isolasi diri dan hilangnya kontak sosial) yang disebabkan oleh gangguan.

Referensi

Daniel, M. 2010. Schizoaffective Disorder Simplified. United Kingdom:
Chipmunkapublishing.

A post was merged into an existing topic: Apa yang dimaksud dengan skizofrenia atau schizophrenia?

Gangguan skizoafektif adalah istilah yang digunakan pada keadaan terdapat gejala skizofrenia persisten (delusi dan halusinasi) dan gejala afektif berat (mood depresif, manic, campuran) yang terjadi secara bersamaan. Akan tetapi gejala skizofenia lebih dominan.

Masalah Kesehatan


Gangguan skizoafektif, terjadi pada 0,2% dari populasi umum di Amerika. 9% dari penderita skizoafektif dirawat di Rumah Sakit. Gangguan skizoafektif lebih sering angka kejadiannya dibanding gangguan bipolar. Meningkat dengan adanya riwayat keluarga.

Faktor Risiko


  1. Skizoafektif depresi lebih sering pada orang tua
  2. Tipe bipolar lebih sering pada dewasa muda
  3. Prevalensi perempuan lebih tinggi, terutama wanita menikah
  4. Awitan perempuan lebih lanjut
  5. Apabila terjadi pada laki-laki maka akan bersamaan dengan perilaku anti sosial dan afek yang tumpul

Gambaran Klinis


Kriteria diagnosis menurut DSM-IV-TR

  • Periode penyakit tidak terputus berupa, pada suatu waktu depresif mayor, episode manic, atau episode campuran yang terjadi bersamaan dengan kriteria skizofrenia

  • Periode depresif mayor harus mencakup kriteria skizofrenia dengan mood terdepresi

  • Selama periode penyakit yang sama terdapat waham dan halusinasi selama sekurang-kurangnya 2 minggu tanpa gejala mood yang menonjol

  • Gejala yang memenuhi kriteria episode mood, timbul dalam jumlah bermakna pada durasi total periode aktif dan residual penyakit

  • Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis penggunaan zat psikoaktif

Tentukan type :

  • Bipolar apabila gejala mencakup episode manic dan campuranaau campuran manic dan depresif mayor

  • Type depresif apabila hanya mencakup depresi mayor 2.Kriteria menurut PPDGJ III

  • Diagnose dibuat jika gejala skiziofrenia dan afektif sama-sama menonjol dalam satu waktu

  • Apabila gejala tidak muncul dalam satu waktu makatidak bisa menegakkan diagnose

  • Apabila pasien mengalami depresi setelah mengalami gejala psikotik maka masukkan dalam diagnose depresi pasca skizofrenia (F.20.4). Beberpa pasien akan mengalami gangguan skizoafektif manik dan depresi atau campuran.

Gejala Klinis


  • Gejala psikotik : waham (bizarre, pikiran yang disiarkan, pikiran yang dikendalikan dari luar, ada kekuatan dari luar yang mengendalikan tindakannya), halusinasi (mendengar suara-suara yang tidak ada objeknya)

  • Gejala afektif :

    1. Afek depresif
    2. Afek manic: enerrgi yang berlebihan, waham kebesaran, waham kejar, agresif, iritabel,
    3. Afek campuran

Diagnosa Laboratoris


  • Scan otak bila perlu untuk menyingkirkan kelainan vascular Periksa apakah ada zat psikoaktif dalam darah

  • Adakah focus epileptikdengan pemeriksan EEG

Diagnosa banding

Gangguan skizoafektif akibat zat(amfetamin, fensiklidin, atau steroid eksogen)

Prognosis

  • Prognosis sulit ditentukan karena perjalananyang tidak pasti Adanya gejala skizofrenik memperlihatkan hasil yang lebih buruk

  • Setelah 1 tahun,apabila gejala dominannya afektif, prognosis lebih baik Semakin lamagangguan, akan lebih mengarah ke prognosis buruk, skizofrenia

Terapi


  1. Farmakoterapi

    • Pemberian mood stabilizer untuk gangguan bipolar dan skizoafektif. Karbamazepin efektif unytuk gangguan skizoafektif type depresif. Dalam prakteek penggunaannya secara luas dan dikombinasi dengan agen psikotik.

    • Pada episode manic, terapi menggunakan mood stabilizer agresif sampai kadar dalam darah adekuat.

    • Pada masa pemeliharaan pemberiaan dosis dapat dikurangi sampai dosis minimal efektif

    • Pantau fungsi hepar dan ginjal jugafungsi hematologis untuk mengetahui efek samping obat

    • Pada mania yang sulit disembuhkan dapat diterapkan ECT

    • Pada periode depresif mayor, membutuhkan anti depresan. Tujuan pengobatan bukan mengubah depresif menjadi manic dengan cepat.

    • Pengobatan dengan anti depresan harus memperhatikan kegagalan obat sebelumnya. SSRI digunakan sebagi lini pertama. Pada keadaan mood depresif, pemakaian ECT dapat dipertimbangkan

    • Penggunaan antipsikotik bermanfaat, terkadang lithium lebih bermanfaat.

  2. Pengobatan psikososial

    Terapi psikososial berupa terapi keluarga, latihan keterampilan dan rehabilitasi kognitif. Pasien dan keluarga harus menerima penjelasan bahwa spektrum penyakit sangat luas jadi sulit menentukan prognosis penyakit. Keluarga disiapkan dalam menghadapi perubahan sifat dan kebutuhan pasien. Pemberian regimen obat mungkin lebih rumit, jadi perlu pendidikan farmakologis untuk keluarga.

Gangguan skizoafektif adalah gangguan mental di mana seseorang mengalami gabungan gejala skizofrenia, seperti halusinasi atau delusi, dan gejala gangguan suasana hati seperti depresi atau mania.

Ada dua jenis gangguan penyakit mental ini yang masuk ke dalam gejala skizofrenia. Kedua jenis gangguan skizoafektif tersebut adalah tipe bipolar yang meliputi mania dan depresi berat, dan tipe depresi yang hanya mencakup gejala depresi saja. Gangguan skizoafektif sangat sulit untuk dipahami, tidak seperti penyakit gangguan mental lainnya. Mengapa sulit untuk dipahami? Karena gejala skizoafektif sendiri cenderung berbeda-beda pada setiap orang yang mengalami gangguan ini.

Gangguan skizoafektif yang tidak segera mendapatkan pengobatan dan perawatan akan menyebabkan berbagai masalah dalam melakukan tugas sehari-hari, termasuk penurunan dalam produktivitas kerja dan prestasi di sekolah akibat gejala-gejala penyakit mental ini.

Apa saja gejalanya?
Gejala gangguan skizoafektif bisa berbeda pada setiap orang, tergantung pada jenis gangguannya, apakah tipe bipolar atau tipe depresi. Seseorang yang mengalami gangguan skizoafektif biasanya akan mengalami sebuah siklus gejala. Ada saat di mana mereka mengalami gejala berat dari gangguan ini, lalu diikuti dengan membaiknya gejala. Berikut gejala yang biasa ditunjukkan oleh seseorang yang mengalami gangguan skizoafektif:

  • Delusi. Memiliki kesadaran palsu dari pemaknaan kenyataan yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.
  • Halusinasi. Sering mendengar suara atau melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada.
  • Gejala depresi. Sering kali merasa hampa, sedih, dan tak berharga.
  • Gangguan suasana hati. Terjadi perubahan suasana hati atau peningkatan energi secara tiba-tiba yang tidak sesuai dengan perilaku atau karakter.
  • Gangguan komunikasi. Jika diberikan pertanyaan hanya akan menjawab sebagian pertanyaan atau malah memberikan jawaban yang sama sekali tidak berhubungan dengan pertanyaan.
  • Tidak bisa melakukan aktivitas keseharian. Mengalami penurunan dalam produktivitas kerja dan prestasi di sekolah.
  • Tidak peduli dengan penampilan. Seseorang yang mengalami gangguan ini, tidak bisa merawat dirinya sendiri dan tidak peduli dengan kebersihan.

Penyebab seseorang bisa mengalami gangguan skizoafektif
Sebenarnya para ahli belum mengetahui apa yang menjadi penyebab skizoafektif secara pasti. Kondisi ini diduga berisiko terbentuk oleh kombinasi dari banyak faktor, seperti psikologis, fisik, genetik, dan lingkungan. Namun ada beberapa faktor risiko yang diduga berpengaruh dalam pembentukan kondisi ini, di antaranya:

  • Faktor genetik dalam keluarga yang memiliki gangguan skizoa
  • Mengalami stres berlebihan yang bisa memicu gejala.
  • Mengonsumsi obat psikoaktif dan psikotropika.

Seseorang yang memiliki gangguan skizoafektif berisiko tinggi terhadap:

  • Bunuh diri, usaha bunuh diri atau pikiran untuk bunuh diri.
  • Merasa terkucilkan dengan lingkungan sekitar.
  • Konflik keluarga atau dengan orang lain.
  • Pengangguran.
  • Gangguan kecemasan.
  • Mudah terlibat dalam penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan terlarang.
  • Masalah kesehatan.
  • Kemiskinan dan tunawisma.

Diagnosis gangguan skizoafektif
Skizoafektif adalah gangguan mental, maka pemeriksaan harus dilakukan oleh dokter spesialis kejiwaan atau psikiater. Untuk menentukan diagnonis dan pemilihan pengobatan yang tepat, dokter atau psikiater umumnya melakukan serangkaian tes yang meliputi:

  • Tes fisik
  • Evaluasi psikolgis pasien
  • CT scan
  • MRI
  • Tes darah

Pemeriksaan CT scan ataupun MRI pada kasus skizoafektif dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan pada struktur otak dan sistem saraf pusat. Sementara pemeriksaan darah dilakukan untuk memastikan bahwa gejala yang ditimbulkan pasien bukan dari pengaruh obat-obatan, alkohol, atau kondisi kesehatan lainnya.

Pilihan pengobatan untuk skizoafektif
Pengobatan untuk skizoafektif sebenarnya akan bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahan gejala. Dalam beberapa kasus, rawat inap di rumah sakit untuk sementara waktu mungkin diperlukan. Sementara pengobatan jangka panjang yang dilakukan secara rutin juga mungkin bisa membantu mengendalikan gejala penyakit ini.

Orang dengan gangguan skizoafektif umumnya akan mendapatkan pengobatan kombinasi dari obat-obatan, terapi psikologis, dan pelatihan keterampilan untuk beraktivitas sehari-hari.