Apa yang dimaksud Sensation Seeking?

Apa yang dimaksud Sensation Seeking?

Apa yang dimaksud Sensation Seeking?

Sensation seeking didefinisikan oleh Zuckerman (1979), sebagai kebutuhan untuk suatu perubahan, pengalaman baru, luar biasa dan kompleks dan kesediaan mengambil risiko fisik, dan risiko sosial, hanya untuk mendapatkan sebuah pengalaman. Orang yang mempunyai sensation seeking tinggi cenderung melakukan hal-hal yang berisiko dan berani. Dari sini bisa dilihat bahwasanya orang yang berwirausaha diharuskan mempunyai jiwa pemberani dan berani mengambil risiko jika mengalami kerugian. Selain itu, juga diharuskan mempunyai pengalaman yang banyak untuk memahami dunia bisnis, dengan begitu koneksi dan jaringan pertemanan semakin banyak.

Menurut Rachmana (2002), dorongan mencari sensasi adalah sebuah sifat (trait) yang ditandai dengan oleh kebutuhan berbagai macam sensasi dan pengalaman-pengalaman yang baru, luar biasa dan kompleks serta kesediaan untuk mengambil risiko.

Dimensi-dimensi sensation seeking

Dimensi-dimensi sensation seeking menurut Zuckerman (1979), yaitu:

1. Pencairan gairah dan pertualangan ( Thrill and adventure seeking /TAS)

Yaitu keinginan untuk terlibat dalam aktivitas berbahaya, berisiko tinggi dan mengamdung unsur pertualangan, yang mengandung aspek kecepatan (speed) bahaya (denger) serta sesuatu yang baru dan luar biasa (novelty) seperti misalnya olah raga berisiko tinggi (panjat tebing, mendaki gunung).

2. Pencarian pengalaman baru ( Experience seeking /ES)

Yaitu kecenderungan untuk melakukan aktivitas tertentu bertujuan untuk mendapatkan pengalaman baru melalui pikiran dan sensasi, dengan cara berpergian atau melakukan traveling, dan aktivitas yang menolak kebiasaan umum, individu terdorong untuk mengeksplorasi stimulus- stimulus yang mengandung sejumlah informasi baru.

3. Perilaku tanpa ikatan ( Disinhibition /DIS)

Yaitu sesuatu yang dilakukan karena adanya dorongan untuk mencari sensasi. Perilaku ini bersifat bebas dari ikatan sosial (tanpa ikatan).

4. Mudah merasa bosan ( Berendom Susceptibility /BS)

Yaitu penolakan terhadap hal-hal yang bersifat rutin, berulang, mudah ditebak atau penolakan terhadap orang-orang yang dianggap membosankan. Pada saat seorang individu merasa bosan, maka individu mencari cara untuk membuat mereka merasa tertarik atau segera mencari aktivitas-aktivitas baru penambahan stimualasi ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kegembiraan dan kepuasan.

Faktor yang mempengaruhi Sensation Seeking

Terdapat dua faktor utama yang kerap dikaitkan sebagi faktor yang menjadi sumber penyebab munculnya trait sensation seeking dalam diri individu, yakni faktor herediter dan faktor lingkungan. Berikut merupakan penjelasan faktor-faktor yang mempengaruhi trait sensation seeking :

1. Faktor Herediter

Faktor herediter merupakan faktor utama yang diprediksi sebagai penyebab munculnya trait sensation seeking dalam diri individu. Beberapa penelitian yang telah dilakukan Zuckerman mengindikasikan adanya faktor genetik yang sangat mempengaruhi susunan gen dan kondisi biologis individu sehingga memiliki kecenderungan untuk mencari sensasi dalam hidupnya. Keberadaan MAO ( monoamine oxidase ), kode kelas genetik dopamine 4 (DRD4), kadar hormon seksual dan kadar tingginya neurotransmitter norepinephirine maupun dopamine dipercaya menjadi kondisi biologis yang menyebabkan individu memiliki kebutuhan arousal dan sensasi yang tinggi.

2. Faktor Lingkungan

Hasil pembelajaran sosial ( so cial learning ) merupakan faktor yang juga mempengaruhi dan „mengajarkan‟ individu untuk menyukai sensasi dan perilaku mencari sensasi tertentu. Faktor lingkungan dan pembelajaran sosial ini kemudian diprediksi sebagai 40% kemungkinan seseorang untuk terstimulus dalam memiliki trait sensation seeking dan kebutuhan pencarian sensasi lainnya. Observasi dan imitasi pada orang tua, teman, dan significant others memungkinkan seseorang untuk mempelajari perilaku yang cenderung mencari sensasi, baik secara tinggi maupun rendah.