Apa yang dimaksud dengan Terapi Bermain atau Play Therapy?

Apa yang dimaksud Play Therapy?

Menurut Saputro (2017) bermain merupakan kegiatan atau simulasi yang sangat tepat untuk anak. Bermain dapat meningkatkan daya pikir anak untuk mendayagunakan aspek emosional, sosial, serta fisiknya dan dapat meningkatkan kemampuan, pengalaman, pengetahuan serta keseimbangan mental anak. Sehingga bermain dapat digunakan sebagai terapi.

Apa yang dimaksud Play Therapy?

Terapi bermain merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah emosi dan perlaku anak-anak karena responsif terhadap kebutuhan unik dan beragam dalam perkembangan mereka. Menurut Vanfleet (dalam Saputro, 2017) terapi bermain merupakan suatu bentuk permainan anak-anak, dimana mereka dapat berhubungan dengan orang lain, saling mengenal, sehingga dapat mengungkapkan perasaannya sesuai dengan kebutuhan mereka.

Pendapat Freud dan Erikson terkait play therapy (terapi permainan) memungkinkan anak mengatasi frustasi dan merupakan suatu medium bagi ahli terapi untuk menganalisis konflik-konflik anak dan cara-cara mereka mengatasinya (Santrock, 1995).

Tujuan Terapi Bermain ( Play Therapy )

Menurut Nawangsih (2016) tujuan dari penggunaan play therapy adalah untuk membantu klien dalam rangka mencegah dan mengatasi persoalan psikisnya serta membantu pencapaian pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan perkembangannya secara optimal.

Menurut The Association for PlayTherapy (Nawangsih, 2016), terdapat 14 macam keuntungan yang diperoleh bila menggunakan play therapy sebagai sebuah intervensi, yaitu :

  1. Mengatasi resistensi.
    Anak-anak biasanya sulit untuk diajak konsultasi dengan konselor, apalagi mempunyai keinginan sendiri. Permainan adalah salah satu cara untuk menarik anak agar bisa terlibat dalam kegiatan konseling.

  2. Komunikasi.
    Permainan adalah media alami yang digunakan anak untuk mengeskpresikan dirinya. Konselor bisa menggunakan berbagai pilihan permainan yang dapat memancing anak untuk dapat terus terlibat dalam permainan.

  3. Kompetensi.
    Bermain memberikan kesempatan bagi anak untuk memenuhi kebutuhan anak untuk mengeksplorasi dan menguasai sesuatu keterampilan. Konselor bisa membangun kepercayaan dengan menunjukkan bahwa anak sedang melakukan kerja keras dan menunjukkan kemajuan.

  4. Berpikir kreatif.
    Keterampilan problem solving dikembangkan, sehingga pemecahan atas persoalan anak bisa tercapai. Permainan memberikan peluang yang besar bagi anak untuk mengembangkan kemampuan diri untuk berpikir kreatif atas persoalan yang dialami.

  5. Chatarsis.
    Melalui permainan anak-anak dapat menyampaikan tekanan emosi yang dialaminya dengan lebih bebas, sehingga anak-anak bisa tumbuh dan berkembang secara optimal tanpa beban mental.

  6. Abreaction.
    Dalam bermain, anak mendapat kesempatan untuk memproses dan menyesuaikan kesulitan yang pernah dialami secara simbolis dengan ekspresi emosi yang lebih tepat.

  7. Role playing.
    Anak dapat mempraktekkan berbagai tingkah laku yang baru dan mengembangkan kemampuan empati dengan orang lain.

  8. Fantacy.
    Anak-anak dapat menggunakan imajinasinya untuk mengerti akan pengalamannya yang menyakitkan. Mereka juga bisa mencoba mengubah hidup mereka secara perlahan-lahan.

  9. Metaphoric teaching.
    Anak-anak dapat memperoleh pengertian yang mendalam atas kesulitan dan ketakutan yang dialaminya dengan kiasan yang dimunculkan dalam permainan.

  10. Attachment formation.
    Anak dapat mengembangkan suatu ikatan dengan konselor serta mengembangkan kemampuan untuk membangun koneksi dengan orang lain.

  11. Peningkatan hubungan.
    Bermain dapat meningkatkan hubungan terapi yang positif, memberikan kebebasan anak untuk mewujudkan aktualisasi diri dan tumbuh semakin dekat dengan orang lain disekitarnya. Anak dapat mengenal cinta dan perhatian yang positif terhadap lingkungannya.

  12. Emosi positif.
    Anak-anak menikmati permainan, dengan suasana hati ini mereka bisa tertawa dan mempunyai waktu yang menyenangkan di tempat yang mereka merasa diterima.

  13. Menguasai ketakutan.
    Dengan permainan yang diulang-ulang akan mengurangi kegelisahan dan ketakutan anak. Bekerja dengan mainan, seni dan media bermain lainnya mereka akan menemukan berbagai keterampilan dalam mengatasi ketakutan

  14. Bermain game.
    Game membantu anak untuk bersosialisasi dan mengembangkan kekuatan egonya. Mereka mempunyai peluang untuk meningkatkan keterampilan yang dimilikinya.

Bentuk-bentuk Terapi Bermain ( Play Therapy )

Berikut adalah beberapa bentuk-bentuk permainan yang dapat digunakan untuk melakukan terapi bermain pada anak 6-12 tahun (Saputro, 2017), antara lain:

  1. Terapi Mewarnai Gambar
    Mewarnai gambar akan membantu anak melatih motorik halus dan meningkatkan kreativitasnya. Sediakan kertas bergambar dan krayon/spidol warna, kemudian berikan kepada anak dan minta anak untuk mewarnai gambar dengan warna yang disukainya. Menggambar atau mewarnai merupakan salah satu permainan yang memberikan kesempatan anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik (sebagai permainan penyembuh). Anak dapat mengekspresikan perasaannya dengan cara menggambar, ini berarti menggambar bagi anak merupakan suatu cara untuk berkomunikasi tanpa menggunakan katakata (Suparto, 2017).

  2. Terapi Origami
    Origami adalah salah satu seni melipat kertas yang berasal dari Jepang. Seni origami menjadi semakin berkembang dan semakin diminati karena bahan origami tersebut sangat mudah didapatkan dan tersedia diberbagai pasaran. Bermain origami dapat melatih motorik halus anak, serta mengembangkan imajinasi anak. Kegiatan bermain ini dilakukan dengan melipat kertas membentuk topi, ikan, bunga, burung, dan pesawat. Ajari dan beri contoh dengan perlahan kepada anakdalam melipat kertas. Selalu beri pujian terhadap apa yang telah dicapai anak (Suparto, 2017).

  3. Terapi Bermain Puzzle
    Upaya mengatasi kecemasan anak pada masa sekolah juga bisa dilakukan menggunakan terapi bermain puzzle. Puzzle merupakan permainan yang dapat memfasilitasi permainan asosiatif dimana pada usia prasekolah ini anak senang bermain dengan anak lain sehingga puzzle dapat dijadikan sebagai sarana bersosialisasi (Rahmayanti, 2017).

  4. Terapi Bermain Lego
    Pemilihan lego sebagai alat terapi bermain diharapkan dapat membantu menurunkan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah. Lego merupakan sejenis alat permainan bongkah plastik kecil yang dapat disusun dan dibongkar pasang menjadi bangunan atau bentuk lainnya (Mariyam).

  5. Terapi bermain plastisin
    Bermain plastisin adalah aktivitas yang mudah dibuat dan menyenangkan. Seni membentuk ini tidak hanya untuk anak-anak, namun juga orang dewasa. Beraktivitas bermain plastisin dengan teknik membentuk benda sederhana, merupakan salah satu media yang tepat digunakan di Taman Kanak-Kanak (TK), sebab dengan aktivitas bermain plastisin ini, dapat dilakukan dengan bersama-sama sehingga akan meningkatkan interaksi dan komunikasi serta pendekatan antara guru dan anak. aktivitas bermain plastisin dengan teknik bentuk sederhana ini sangat fungsional.

26 % anak mengalami beberapa kejadian trauma seperti pelecehan seksual, pola asuh yang salah, interaksi sosial yang tidak baik dengan orang tua, dan hal itu dapat berdampak pada perkembangan otak dalam sehingga pentingnya bermain didalam proses konseling seorang konselor dapat menggunakan terapi bermain untuk menggunakan traumatik yang dialami oleh anakanak (Bray, 2015).

Play therapy menurut Dzulfaqori (2017) ialah sebuah teknik yang mampu menangani anak pasca trauma bencana untuk menghibur dan mengatasi maslaah yang diderita anak melalui bermain. Masykur (2006) mengatakan bahwa anakanak yang terkena korban bencana memiliki berbagai karakter yang khas, sehingga sangat dibutuhkan bentuk-bentuk intervensi yang selarasa dnegan karakteristik dan perkembangan anak agar gangguan trauma dapat menurun. Lebih lanjut Mukhadiono (2016) menyebutkan bermain merupakan salah satu metode yang paling cocok. Karena melalui bermain anak akan merasa nyaman, senang dalam mengekspresikan dan mengeksplorasi perasaan yang ada pada dirinya, dan anak akan melupakan kondisi trauma yang dialami pada dirinya.

Terapi bermain juga dapat menghilangkan beberapa permasalahan seperti kecemasan, enghilangkan batasan, hambatan dalam diri, frustasi serta mempunyai masalah pada emosi yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku anak yang kurang sesuai menjadi tingkah laku yang sesuai dan diharapkan sehingga anak dapat bermain dan lebih kooperatif dan dapat mudah diajak untuk kerjasama ketika menjalani terapi (Noverita, 2017).

Dunia anak merupakan dunia yang hampir keseluruhannya berupa tindakan dan aktifitas. Bermain merupakan bahasa anak, ia akan memiliki imajinasi yang sangat luas dengan dunia bermainnya sendiri. Karenanya bermain menjadi salah satu metode yang cukup baik dalam mengatasi kecemasan pada anak. Beberapa studi dan riset yang berkenaan dengan peran dan fungsi permainan bagi proses perkembangan anak banyak ditemukan. Menurut Vygotsy (Klaas, 2012) dengan teori perkembangan kognitifnya mengemukakan bahwa anak memerlukan permainan untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak bagi mereka agar terlihat lebih kongkrit dan nyata.

Aktifitas bermain menjadi sarana penting anak agar ia mampu menunjukkan dirinya sendiri, pandangannya terhadap lingkungan sekitar dan orang lain. Untuk mengungkapkan eskpresi alamiah yang dimiliki seorang anak, Play Therapy menjadi salah satu metode yang efektif dan merupakan suatu teknik konseling yang diberikan orang dewasa untuk anak-anak yang didasari oleh konsep bermain sebagai bentuk komunikasi anak dengan orang dewasa sehingga bertujuan untuk mengintervensi dan berdialog dengan anak sehingga terciptanya kondisi perasaan nyaman dan dapat mengenali potensinya untuk mengatasi permaslahannya (Maspupatun, 2017).

Terapi bermain merupakan bentuk-bentuk pengalaman bermain yang direncanakan sebelum anak menghadapai tindakan keperawatan untuk membantu strategi koping mereka terhadap kemarahan, ketakutan, kecemasan, dan mengajarkan kepada mereka tentang tindakan keperawatan yang dilakukan selama hospitalisasi (Dera Alfiyanti, 2007).

Konselor sebaiknya memiliki kemampuan untuk mengenali budaya dan kebiasaan dari anak-anak yang diberikan saat konseling. Hal tersebut akan mempermudah konselor dalam melakukan pendekatan dan penyesuaian diri terhadap anak-anak. Kebiasaan anak-anak akan mudah dikenali apabila konselor mengenali dengan jelas budaya dan kebiasaan keluarga tersebut. Dengan demikian konselor akan dengan mudah mengidentifikasi permasalahan dan memberikan terapi dengan tepat dan sesuai.

Ringkasan

Bray, J. S. (2015). Trauma and Young Children: How the Problem Plays Out. England: Emerald group publishing.

Landreth berpendapat bahwa bermain sebagai terapi merupakan salah satu sarana yang digunakan dalam membantu anak mengatasi masalahnya, sebab bagi anak bermain adalah simbol verbalisasi. Terapi bermain dapat dilakukan didalam ataupun diluar ruangan. Terapi yang dilakukan didalam ruangan sebaiknya dipersiapkan dengan baik terutama dengan alat-alat permainan yang akan digunakan.

Terapi bermain adalah terapi yang menggunakan alat-alat permainan dalam situasi yang sudah dipersiapkan untuk membantu anak mengekspresikan perasaannya, baik senang, sedih, marah, dendam, tertekan, atau emosi yang lain. Permainan adalah hal yang esensial bagi kehidupan anak, serta permainan sebagai media komunikasi bagi anak dimanfaatkan oleh para terapis untuk membantu anak menghadapi permasalahan diantaranya adalah emosional dan perilaku anak.

Macam-macam Pendekatan Terapi Bermain

LaBauve, dkk menyebutkan macam-macam model dalam terapi bermain adalah9 :

  1. Model Adlerian, Model ini menggunakan dasar teori Psikologi Individual Adler, dengan dasar filosofi yaitu kehidupan sosial perlu untuk dimiliki, perilaku adalah tujuannya, melihat hidup secara subyektif dan hidup adalah sesuatu yang khusus dan kreatif. Model ini digunakan untuk anak dengan kegagalan dalam berinteraksi sosial dan salah dalam mempercayai gaya hidupnya.

  2. Model Terapi Client-Centered, Teori yang mendasari adalah teori Rogers, yang berpandangan bahwa motivasi internal yang dimiliki anak-anak mendorong pertumbuhan dan aktualisasi diri.

  3. Model Kognitif-Behavioral, Model ini berpandangan bahwa anak memiliki pikiran dan perasaan yang sama seperti orang dewasa yaitu ditentukan melalui bagaimana anak berfikir tentang diri dan dunianya.

  4. Model Ekosistemik, Dasar yang digunakan adalah teori dari terapi realitas, yang mempunyai pandangan bahwa berada dalam interaksi terhadap lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan.

  5. Model Eksistensialisme, Memiliki pandangan bahwa anak-anak adalah manusia berguna, unik, ekspresi diri dan pertolongan terhadap diri sendiri mendorong aktualisasi diri.

  6. Model Gestalt, Model Gestalt melihat manusia secara total, dilahirkan dengan fungsi utuh. Pendekatan ini untuk terapi anak yang mengalami kesulitan bertumbuh secara alami, anak yang mencoba untuk memenuhi kebutuhan dengan cara yang tidak biasa, dan memiliki pengalaman luka baik secara fisik maupun psikologis.

Tujuan Play Therapy

Tujuan terapi bermain adalah :

  1. Menciptakan suasana aman bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri mereka

  2. Memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan sosial dan mengatasi masalah mereka

  3. Memberi kesempatan bagi anak-anak untuk berekspresi dan mencoba sesuatu yang baru.

Manfaat Play Therapy

Ada beberapa kesamaan antara CBPT dan play therapy, termasuk beberapa manfaat di dalamnya. Tiga keuntungan penggunaan play therapy, antara lain :

  1. Membantu proses perkembangan anak, dengan interaksi verbal yang minimal

  2. Anak mendapatkan banyak kebebasan untuk memilih, mampu meningkatkan daya fantasi dan imajinasi anak, dapat menggunakan alat-alat yang sederhana, memberikan tempat yang aman bagi anak untuk mengeluarkan perasaan, mendapatkan pemahaman dan melakukan berbagai perubahan.

  3. Memudahkan konselor untuk membangun hubungan dengan anak, juga dalam melatih keterampilan sosial anak.