Apa yang dimaksud Pertanian Berkelanjutan?

Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan (Kasumbogo Untung, 1997).

Menurut pakar ekologi, teknologi modern (pertanian tergantung bahan kimia) berdasarkan pertimbangan fisik dan ekonomi dianggap berhasil menanggulangi kerawanan pangan, tetapi ternyata harus dibayar mahal dengan makin meningkatnya kerusakan/degradasi yang terjadi di permukaan bumi, seperti desertifikasi, kerusakan hutan, penurunan keragaman hayati, selinitas, penurunan kesuburan tanah, pelonggokan (accumulation) senyawa kimia di dalam tanah maupun perairan, erosi dan kerusakan lainnya. Sampai saat ini masih merupakan dilema berkepanjangan antara usaha meningkatkan produksi pangan dengan menggunakan produk agrokimia dan usaha pelestarian lingkungan yang berusaha mengendalikan/membatasi penggunaan bahan-bahan tersebut. Penggunaan pupuk pabrik dan pestisida yang berlebihan dan tidak terkendali mempunyai dampak yang sama terhadap lingkungan: penggunaannya setiap waktu meningkat, kemangkusannya (efficiency) menurun, dan cenderung berdampak negatif terhadap lingkungan (Sanganatan, 1989).

Adapun beberapa pendekatan kegiatan yang dapat menunjang pertanian berkelanjutan diantaranya yaitu :

  1. Pengendalian Hama Terpadu
    Pengendalian hama terpadu merupakan satu pendekatan untuk mengendalikan hama yang dikombinasikan dengan metode-metode biologi, budaya, fisik dan kimia, dimana hal ini bertujuan untuk meminimalkan biaya, kesehatan dan risiko-risiko lingkungan. Caranya melalui : 1) Penggunaan musuh-musuh alami hama, contohnya seperti Tricogama sp. yang merupakan musuh alami dari parsi telur dan parasit larva hama tanaman. 2) Menggunakan tanaman lain sebagai pemikat hama, yang bertujuan untuk menjauhkan tanaman utama dari serangan hama.
  1. Menggunakan drainase dan mulsa sebagai metode alami untuk menurunkan infeksi jamur, dalam upaya menurunkan kebutuhan terhadap fungsida sintetis. 4) Melakukan rotasi atau pun penanaman tanaman secara bergiliran untuk memutus populasi pertumbuhan hama setiap tahun.
  1. Sistem Rotasi dan Budidaya Rumput
    Sistem pengelolaan budidaya rumput intensif yang baru adalah dengan memberikan tempat bagi binatang ternak di luar areal pertanian pokok yang ditanami rumput berkualitas tinggi, dan secara tidak langsung dapat menurunkan biaya pemberian pakan. Selain itu, rotasi dimaksudkan pula untuk memberikan waktu bagi pematangan pupuk organik. Areal peternakan yang dipadukan dengan rumput atau kebun buah-buahan dapat memiliki keuntungan ganda, antara lain ternak dapat menghasilkan pupuk kandang yang merupakan pupuk untuk areal pertanian.

  2. Konservasi Lahan
    Pada konservasi lahan terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan termasuk penanaman alur, mengurangi atau tidak melakukan pembajakan lahan, dan pencegahan tanah hilang baik oleh erosi angin maupun erosi air. Kegiatan konservasi lahan dapat meliputi:

    • Menciptakan jalur-jalur konservasi.
    • Menggunakan dam penahan erosi.
    • Melakukan penterasan.
    • Menggunakan pohon-pohon dan semak untuk menstabilkan tanah.
  3. Menjaga Kualitas Air/Lahan Basah
    Lahan basah berperan penting dalam penyaringan nutrisi dan pestisida. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dan bertujuan untuk menjaga kualitas air, diantaranya yaitu :

    • Tidak menggunakan senyawa kimia sintesis terlalu banyak pada lapisan tanah bagian atas yang dapat mencuci hingga muka air tanah.
    • Menghemat air dan memberikan secukupnya kepada tanaman dengan menggunakan irigasi tetes
    • Menggunakan jalur-jalur konservasi sepanjang tepi saluran air.
    • Melakukan penanaman rumput bagi binatang ternak untuk mencegah peningkatan racun akibat aliran air limbah pertanian yang terdapat pada peternakan intensif
  4. Tanaman Pelindung
    Fungsi dari penanaman tanaman pelindung yaitu untuk menekan pertumbuhan gulma, pengendalian erosi dan meningkatkan nutrisi dan kualitas tanah.

  5. Diversifikasi Lahan dan Tanaman
    Bertanam dengan memiliki varietas yang cukup banyak di lahan pertanian dapat mengurangi kondisi ekstrem dari cuaca, hama pengganggu tanaman, dan harga pasar. Peningkatan diversifikasi tanaman dan jenis tanaman lain seperti pohon-pohon dan rumput-rumputan, juga dapat memberikan kontribusi terhadap konservasi lahan, habitat binatang, dan meningkatkan populasi serangga yang bermanfaat. Beberapa langkah kegiatan yang dilakukan;

    • Menciptakan sarana penyediaan air, yang menciptakan lingkungan bagi katak, burung dan binatang-binatang lainnya yang memakan serangga dan insek.
    • Menanam tanaman-tanaman yang berbeda untuk meningkatkan pendapatan sepanjang tahun dan meminimalkan pengaruh dari kegagalan menanam sejenis tanaman saja.
  6. Pengelolaan Nutrisi Tanaman
    Pengelolaan nutrisi tanaman sangat penting dilakukan karena dapat meningkatkan kondisi tanah dan melindungi lingkungan tanah. Beberapa jenis pupuk organik yang dapat digunakan, yaitu :

    • Kompos
    • Kascing
    • Pupuk Hijauan (dedaunan)
    • Penambahan nutrisi pada tanah dengan emulsi ikan dan rumput laut
  7. Agroforestri
    Agroforestri yaitu sistem dan teknologi dalam penggunaan lahan yang secara terencana dilakukan pada satu lahan yang ditanami dengan berbagai macam jenis tumbuhan seperti tumbuhan berkayu dan dipadukan dengan tanaman pertanian ataupun hewan ternak. Keuntungan dari agroforestri ini adalah tanaman-tanaman Muslimah dan tanaman tahunan dapat diperoleh hasil secara berkesinambungan, pencegahan hama dapat dilakukan secara menyeluruh yang sering terjadi pada tanaman satu jenis, dan Keanekaan jenis tanaman yang terdapat pada sistem agroforestri memungkinkan terbentuknya stratifikasi tajuk yang mengisi ruang secara berlapis ke arah vertikal. Adanya struktur stratifikasi tajuk seperti ini dapat melindungi tanah dari hempasan air hujan, karena energi kinetik air hujan setelah melalui lapisan tajuk yang berlapislapis menjadi semakin kecil daripada energi kinetik air hujan yang jatuh bebas.

  8. Pemasaran
    Petani dan peternak mengakui bahwa meningkatkan pemasaran merupakan suatu langkah untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik. Adapun cara yang dapat dikembangkan antara lain:

  9. Pemasaran langsung melalui surat permintaan, pasar petani, restoran lokal, supermarket, dan kios-kios pasar tradisional.

  10. Menggunakan bisnis usaha kecil produk lokal sebagai bahan mentah makanan olahan.

Manfaat dan Dampak Pertanian Berkelanjutan

Dalam penciptaan pertanian berkelanjutan tentu saja yang diharapkan adalah manfaat dan dampaknya bagi para petani dan masyarakat.

Adapun manfaat pertanian berkelanjutan yaitu :

  1. Produksi hasil tani jadi lebih stabil di sepanjang tahun.
  2. Bisa mencegah terjadinya kerusakan lingkungan, karena pertanian berkelanjutan lebih menekankan kepada pertanian organik maka hal ini bisa membantu kelestarian lingkungan dengan tidak menggunakan pupuk kimia yang dapat merusak tanah.
  3. Mendatangkan keuntungan ekonomi, misalnya berupa penghematan biaya karena tidak perlu membeli pupuk kimia dan lebih menggunakan pupuk organik, kemudian hasil produksi tani lebih sehat dan terjaga.

Tantang Pertanian Berkelanjutan

Dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan tentunya tidak akan selalu berjalan lancar dan mulus, dan pasti juga tidak akan terlepas dari tantangan dan masalah yang harus dihadapi. Adapun tantangan dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan, yaitu :

  1. Kurangnya minat masyarakat untuk bertani. Hal ini juga biasanya disebabkan karena di satu daerah lebih condong terhadap tambang, dimana hasil tambang lebih menjanjikan yang menyebabkan masyarakat tidak begitu tertarik untuk bertani.

  2. Masih rendahnya kemampuan dan pemanfaatan teknologi pembangunan usaha tani

  3. Masih terbatasnya benih dan bibit unggul, apalagi untuk petani dengan keadaan ekonomi menengah ke bawah tentunya hal ini akan sulit karena harga benih dan bibit mahal.

  4. Terbatasnya lahan. Bertani tentunya membutuhkan lahan, dan terkadang permasalahan yang kerap kali muncul ketika ingin bertani adalah tidak adanya lahan untuk bercocok tanam dan hal ini yang terkadang menyurutkan semangat masyarakat untuk bertani.

  5. Penanganan pasca panen dan pengelolaan hasil yang belum optimal. Dimana pengetahuan masyarakat tentang penanganan pasca panen masih minim dan pengelolaan hasil yang tidak tepat dapat membuat petani akhirnya rugi, hal ini perlu perhatian khusus dengan melakukan penyuluhan untuk para petani agar pengelolaan hasil dan pasca panen dapat dilakukan secara optimal.

1 Like