Apa yang dimaksud Pemerolehan Bahasa Anak?

Apa yang dimaksud Pemerolehan Bahasa Anak?

Apa yang dimaksud Pemerolehan Bahasa Anak?

Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang berlangsung di dalam otak seseorang kanak-kanan ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Chaer, 2002). Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seseorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua, setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performensi. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara tidak disadari. Proses kompetensi ini menjadi syarat untuk terjadinya proses performansi yang terdiri dari dua buah proses, yakni proses pemahaman dan proses penerbitan atau proses menghasilkan kalimat-kalimat. Teori atau hipotesis yang berkaitan dengan masalah pemerolehan bahasa yaitu.

1. Hipotesis Nurani

Menurut Lenneberg (dalam Chaer, 2002) hipotesis nurani lahir dari beberapa pengamatan yang di lakukan para pakar terhadap pemerolehan bahasa kanak-kanak. Diantara hasil pengamatan itu adalah berikut ini.

  • Semua kanak-kanak akan memperoleh bahasa ibunya asal saja “diperkenalkan” pada bahasa ibunya itu. Maksudnya, dia tidak diasingkan dari kehidupan ibunya (keluarganya).

  • Pemerolehan bahasa tidak ada hubungannya dengan kecerdasan kanak-kanak. Artinya, baik anak yang cerdas maupun yang tidak cerdas akan memperoleh bahasa itu.

  • Kalimat-kalimat yang didengar kanak-kanak serngkali tidak gramatikal, tidak lengkap, dan jumlahnya sedikit.

  • Bahasa tidak dapat diajarkan kepada makhluk lain; hanya manusia yang dapat berbahasa.

  • Proses pemerolehan bahasa oleh kanak-kanak di mana pun sesuai dengan jadwal yang erat kaitannya dengan proses pematangan jiwa kanak-kanak.

  • Struktur bahasa sangat rumuit, komplrks, dan bersifat universal. Namun, dapat dikuasai kanak-kanak dalam waktu yang relatif singkat, yaitu dalam waktu anatara tiga atau emat tahun saja.

2. Hipotesis Tabularasi

Hipotesis tabularasi menyatakan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan sama seperti kertas kosong, yang nanti akan ditulis atau diisi dengan penglaman-pengalaman. Semua pengetahuan dalam bahasa manusia yang tampak dalam perilaku berbahasa adalah merupakan hasil dari integrasi peristiwa-peristiwa linguistik yang dialami dan diamati oleh manusia itu.

3. Hipotesis Kesemestaan Kognitif

Menurut teori yang didasarkan pada kesemestaan kognitif, bahasa diperoleh berdasarkan struktur-struktur kognitif. Struktur-struktur ini diperoleh kanak-kanak melalui interaksi dengan benda-benda atau orang-orang di sekitarnya. Urutan pemerolehan ini secara garis besar adalah sebagai berikut.

  • Antara usia 0 sampai 1,5 tahun kanak-kanak mengembangkan pola-pola aksi dengan cara bereaksi terhadap alam sekitarnya, pola akal (mental). Kanak-kanak mulai membangun satu dunia benda-benda yang kekal yang lazim disebut kekekalan benda. Maksudnya, kanak-kanak sadar benda-benda yang diamatainya atau disentuhnya hilang dari pandangannya namun tidak berarti benda-benda itu tidak ada lagi dan dapat ditemukan di tempat lain.

  • Setelah struktur aksi dinuranikan, maka kanak-kanak memasuki tahap representasi kecerdasan, yang terjadi antara usia 2 tahun sampai 7 tahun. Pada tahap ini kanak-kanak telah mampu membentuk representasi simbolik benda-benda seperti permainan simbolik, peniruan, bayangan mental, dan gambar- gambar.

  • Setelah tahap representasi kecerdasan, dengan representasi simboliknya, maka bahasa kanak-kanak semakin berkembang, dan dengan mendapat nilai-nilai sosialnya. Struktur-struktur linguistik mulai dibentuk berdasarkan bentuk-bentuk kognitif umum yang telah dibentuk ketika berusia kurang lebih 2 tahun.