Apa yang dimaksud Peer Teaching atau Tutor Sebaya?

Apa yang dimaksud Peer Teaching atau Tutor Sebaya?

Sebagian ahli percaya bahwa satu pelajaran benar-benar dapat dikuasai hanya apabila peserta didik (mahasiswa) mampu mengajarkan ke peserta didik lainnya (mahasiswa yang lain/teman sejawat). Oleh karena itu, muncullah peer teaching atau tutor sebaya. Lalu, Apa yang dimaksud Peer Teaching atau Tutor Sebaya?

Menurut Siberrnen (2001) beliau mengatakan bahwa, pembelajaran peer teaching merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan kemampuan mengajar teman sebaya. Hal tersebut dikuatkan dengan adanya pendapat dari Harsanto (2007) bahwa dipandang dari tingkat partisipasi aktif siswa, keuntungan belajar secara berkelompok dengan tutor sebaya mempunyai tingkat partisipasi aktif siswa lebih tinggi. Proses penyebutan siswa disini juga bisa diartikan sebagai penyebutan mahasiswa. Sehingga ketika terjadi pembelajaran antara mahasiswa satu dengan yang lainnya secara berkelompok dengan adanya tutor sebaya mampu meningkatkan keaktifan mahasiswa lebih tinggi.

Ada beberapa komponen penting didalam pembelajaran peer teaching yaitu pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar proses pembelajaran praktik mengajar bisa berjalan lebih efektif dan efisien. Hal itu selaras dengan apa yang disampaikan oleh Hamalik (1990), beliau berpendapat bahwa metode pembelajaran tutor sebaya ( peer teaching ) adalah metode pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, arahan, dan motivasi agar siswa (mahasiswa) belajar efektif dan efisien.

Tujuan Peer Teaching

OIeh karena itu, tentu peer teaching dalam metodenya memiliki beberapa tujuan, tujuan metode peer teaching menurut Arikunto (1992) ada dua, pertama jika bantuan diberikan kepada teman sekelasnya disekolah maka :

  1. Beberapa siswa (mahasiswa) yang pandai disuruh mempelajari suatu topik.

  2. Guru (dosen) memberi penjelasan umum tentang topik yang akan dibahasnya.

  3. Kalas dibagi dalam kelompok dan siswa (mahasiswa) yang pandai disebar ke setiap kelompok untuk memberikan bantuannya.

  4. Guru (dosen) membimbing siswa (mahasiswa) yang perlu mendapat bimbingan khusus.

  5. Jika ada masalah yang tidak terpecahkan, siswa (mahasiswa) yang pandai meminta bantuan kepada guru (dosen).

  6. Guru (dosen) mengadakan evaluasi.

Kedua jika bantuan diberikan kepada teman (mahasiswa) sekelasnya diluar kelas, maka :

  1. Guru (dosen) menunjukkan siswa (mahasiswa) yang pandai untuk memimpin kelompok belajar di luar kelas.

  2. Tiap siswa (mahasiswa) disuruh bergabung dengan siswa (mahasiswa) yang pandai itu, sesuai dengan minat, jenis kelamin, jarak tempat tinggal, dan pemerataan jumlah anggota kelompok.

  3. Guru (dosen) memberi tugas yang harus dikerjakan para siswa (mahasiswa) di rumah.

  4. Pada waktu yang telah ditentukan hasil kerja kelompok dibahas di kelas

  5. Kelompok yang berhasil baik diberi penghargaan.

  6. Sewaktu-waktu guru (dosen) berkunjung ke tempat seusai berdiskusi.

Sebelum pembelajaran peer teaching dilakukan, dosen (guru) sebaiknya melakukan persiapan agar pembelajaran peer teaching berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Salah satu tugas persiapan dalam memulai pembelajaran yang harus dilakukan oleh dosen (guru) adalah memilih tutor (mahasiswa). Menurut Djamarah dan Zain (2006) untuk menentukan siapa yang akan dijadikan tutor (mahasiswa) diperlukan pertimbangan-pertimbangan tersendiri. Seorang tutor belum tentu seorang mahasiswa yang paling pandai, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam konteks siapa yang menjadi tutor, yaitu :

  1. Dapat diterima (disetujui) oleh siswa (mahasiswa) yang mendapat program perbaikan sehingga tidak mempunya rasa takut atau enggan bertanya kepadanya.

  2. Dapat menerangkan bahan yang diperlukan oleh siswa (mahasiswa) yang akan di bimbing.

  3. Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama teman.

  4. Mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya.

Kelebihan dan Kekurangan

Sebuah pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekurangan tak terkecuali peer teaching. Menurut Djamarah & Zain (2006) kelebihan dari metode tutorial sebaya ( peer teaching ) antara lain :

  1. Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa anak (mahasiswa) yang mempunyai perasaan takut atau enggan kepada guru.

  2. Bagi tutor (mahasiswa), pekerjaan tutoring akan mempunyai akibat memperkuat konsep yang sedang dibahas. Dengan memberitahukan kepada anak lain, maka seolah-olah ia menelaah serta menghafalkannya kembali.

  3. Bagi tutor (mahasiswa) merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran.

  4. Mempererat hubungan antara sesama siswa (mahasiswa) sehingga mempertebal perasaan sosial.

Meskipun demikian, pembelajaran peer teaching sebagai metode pembelajaran juga mempunyai kelemahan. Menurut Djamarah dan Zain (2006), kelemahan dari metode tersebut antara lain :

  1. Siswa (mahasiswa) yang dibantu sering belajar kurang serius, karena hanya berhadapan dengan kawannya (teman sejawat), sehingga hasilnya kurang memuaskan.

  2. Ada beberapa anak (mahasiswa) yang menjadi malu bertanya, karena takut rahasisnya diketahui oleh kawannya (teman sejawat).

  3. Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan, karena perbedaan kelamin antara tutor (mahasiswa) dengan siswa (mahasiswa) yang diberi program perbaikan.

  4. Bagi guru (dosen) sukar untuk menentukan seoarang tutor yang tepat bagi seorang atau beberapa orang siswa (mahasiswa) yang harus dibimbing.

  5. Tidak semua siswa (mahasiswa) yang pandai atau cepat waktu belajarnya dapat mengerjakannya kembali kepada kawan-kawannya (teman sejawat).