Apa yang dimaksud Model Pembelajaran Berbasis DD/CT?

Apa yang dimaksud Model Pembelajaran Berbasis DD/CT?

Model pembelajaran berbasis Deep Dialogue Critical Thinking adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengakses paham konstruktivis dengan menekankan dialog mendalam dan berpikir kritis dalam mendapatkan pengetahuan dan pengalaman (Ketut P.Arthana, 2010).

Lebih lanjut lagi, apa yang dimaksud model pembelajaran berbasis DD/CT?

Model pembelajaran berbasis Deep dialogue critical thinking (DD/CT) merupakan model pembelajaran yang membantu guru untuk menjadikan pembelajaran bermakna bagi siswa. Pada pendekatan ini pembelajaran sedapat mungkin mengurangi pengajaran yang terpusat pada guru ( Teacher Centered ) dan sebanyak mungkin pengajaran yang terpusat pada siswa (Student Centered), namun demikian guru harus tetap memantau dan mengarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran (Noor dalam Muhfahroyin, 2009).

Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Deep dialogue critical thinking (DD/CT)

Pengembangan pembelajaran berbasis DD/CT yang diimplementasikan dalam proses belajar mengajar dijalankan secara tahap demi tahap sebagaimana proses belajar mengajar pada umumnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana (1997) yakni:

  1. Tahap pra instruksional. Tahap pra instruksional merupakan tahap awal yang ditempuh pada saat memulai proses pembelajaran, antara lain melalui kegiatan:
  • Memberi kesempatan siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasai dari pelajaran yang sudah dibelajarkan

  • Mengajukan pertanyaan pada siswa mengenai bahan yang telah dibelajarkan

  • Mengulang secara singkat semua aspek yang telah dibelajarkan

  1. Tahap instruksional. Tahap instruksional merupakan tahap pemberian atau pelaksanaan kegiatan pembelajaran yakni:
  • Materi, tugas dan contoh-contoh

  • Penggunaan alat bantu untuk memperjelas perolehan belajar

  • Serta menyimpulkan hasil pembelajaran

  1. Tahap evalauasi. Tahap evaluasi dan tindak lanjut adalah tahap yang diperlukan untuk mengetahui keberhasilan tahap instruksional. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan tahapan kedua (instruksional). Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini antara lain adalah sebagai berikut:
  • Mengajukan pertanyan kepada kelas atau kepada beberapa siswa mengenai semua pokok materi yang telah dibahas pada tahap kedua.

  • Guru harus mengulang kembali pembahasan materi yang belum dikuasai jika pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab kurang dari 70% diantara siswa.

  • Untuk memperkaya pengetahuan siswa mengenai materi guru dapat memberikan tugas pekerjaan rumah.

Penyusunan Rancangan Pembelajaran

Penyusunan rancangan pembelajaran berbasis Deep dialogue critical thinking (DD/CT) dilakukan melalui empat tahapan utama sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana (Ketut P. Arthana, 2010: 20) yaitu:

  1. Membangun komunitas belajar. Tahap ini merupakan bagian refleksi diri guru terhadap dunia peserta didiknya. Pandangan dunia guru tentang kemampuan yang dimiliki oleh peserta didiknya menjadi bagian yang berguna dalam menyusun rancangan pembelajarannya yang bernuansa dialog mendalam dan berpikir kritis.

  2. Analisis isi. Proses untuk melakukan identifikasi, seleksi dan penetapan materi pembelajaran. Proses ini dapat ditempuh dengan berpedoman atau mengunakan rambu-rambu materi yang terdapat dalam kurikulum atau deskripsi mata pelajaran, yang antara lain standar minimal, urutan ( sequence ) dalam keluasan ( scope ) materi, kompetensi dasar yang dimiliki, serta keterampilan yang dikembangkan.

  3. Analisis latar yang dikembangkan dari latar kultural dan siklus kehidupan ( life cycle ). Dalam analisis ini mengandung dua konsep, yaitu konsep wilayah atau lingkungan (lokal, regional, nasional dan global) dan konsep manusia berserta aktivitasnya yang mencakup seluruh aspek kehidupan (ipoleksosbudhankam).

  4. Pengorganisasian materi. Pendekatan Deep dialogue critical thinking (DD/CT) dilakukan dengan memperhatikan prinsip “4 W dan 1 H”, yaitu What (apa), Why (mengapa), When (kapan), Where (dimana) dan How (bagaimana). Dalam rancangan pembelajaran, keempat prinsip ini, harus diwarnai oleh ciri-ciri pembelajaran dengan Deep Dialogue dalam menuju pelakonan ( experience ) nilainilai moral dan Critical Thinking dalam upaya pencapaian/pemahaman konsep ( concept attaintment ) dan pengembanagn konsep ( concept development ).

Implementasi Deep Dialogue Critical Thinking

Agar Deep Dialogue Critical Thinkingdapat diimplementasikan dalam pembelajaran dan kehidupan sehari-hari, perlu diperhatikan kaidah-kaidah DD/CT sebagai berikut:

  1. Keterbukaan, langkah awal untuk melakukan dialog mendalam dan berpikir kritis individu harus membuka diri terhadap mitra dialog, karena sifat terbuka dalam diri akan membuka peluang untuk belajar, mengubah dan mengembangkan persepsi.

  2. Kejujuran, bersikap jujur dan penuh kepercayaan diperlukan dalam deep dialogue critical thinking, sebab dialog hanya akan bermanfaat manakala pihak-pihak yang melakukan bersikap jujur dan tulus.

  3. Kerjasama. langkah awal untuk menanamkan kepercayaan pribadi adalah mencari kesamaan dengan cara bekerjasama dengan orang lain, selanjutnya memilih pokok-pokok permasalahan yang memungkinkan memberi satu dasar berpijak yang sama.

  4. Menunjung nilai-nilai moral, deep dialogue critical thinking terjadi manakala masing-masing pihak yang berdialog menjunjung tinggi nilainilai moral, etis atau santun, saling menghargai, demokratis yakni dengan memperlakukan mitra dialog sedemikian rupa sehingga berketetapan hati untuk berdialog.

  5. Saling mengakui keunggulan, deep dialogue critical thinking akan terjadi manakala masing-masing pihak menghadirkan hati. Dalam berdialog harus menghadirkan hati dan tidak hanya fisik.

  6. Membangun empati. Jangan menilai sebelum meneliti, merupakan ungkapan yang tepat dalam membangun deep dialogue/critical thinking .