Apa yang dimaksud Kesehatan Holistik ?

Setiap orang pasti menginginkan kondisi yang ideal dengan tubuh yang sehat dan kuat secara optimal. Segala cara akan dilakukan demi mencapai kondisi ideal tersebut. Dengan kondisi tubuh yang sehat, maka seseorang mampu melakukan setiap kegiatan dengan baik. Suatu istilah yang kerapkali kita jumpai dalam berurusan dengan kesehatan adalah Body, Mind, and Spirit. Lalu, apa yang dimaksud dengan Kesehatan Holistik?

Kesehatan holistik adalah salah satu disiplin ilmu yang mandiri dan merupakan gabungan dari berbagai macam pengobatan (termasuk di dalamnya sistem pengobatan barat/konvensional dan sistem pengobatan timur) yang bisa dipertanggungjawabkan secara medis dan organ tubuh secara optimal yang melibatkan keseimbangan kerja fisik, psikis, mental dan emosional dengan mengutamakan makanan/diet sebagai obat utama.

Kesehatan holistik

Konsep kesehatan holistik merupakan usaha yang mencakup keseluruhan usaha preventif, promotif kuratif dan rehabilitative.

  • Preventif adalah usaha pencegahan datangnya penyakit atau usaha untuk menjaga kondisi agar tetap sehat. Sebagai contoh mencuci tangan sebelum makan untuk mencegah penyakit diare.

  • Promotif adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan, sebagai contoh pemberian Inisiasi menyusui dini (IMD) dan promosi pemberian ASI eksklusif.

  • Kuratif adalah suatu upaya penyembuhan suatu penyakit yang diderita pasien baik fisik maupun mental.

  • Rehabilitative adalah suatu upaya pemulihan kondisi kesehatan agar kembali sehat dan bugar seperti semula, sebagai contoh balita yang sakit pneumonia perlu diberikan asupan gizi yang adekuat terutama protein untuk proses penyembuhan serta pemulihan dari penyakitnya.

Sejarah pengobatan holistik

Pengobatan holistik ini sebenarnya telah dikenalkan sejak zaman dahulu yaitu pada peradapan Babilonia di Mesipotamia sekitar 2600 tahun sebelum Masehi pada saat itu tulisan mengenai pengobatan dituliskan pada lembaran tanah liat mengenai gejala penyakit dan cara pembuatan obatnya serta doa yang dipanjatkan kepada Tuhan. Metode ini dikenal dengan menggabungkan praktek kefarmasian, kedokteran dan perawatan secara spiritual dalam pengobatan suatu penyakit.

Selain itu pengobatan secara holistik juga telah dikenalkan oleh para tokoh kesehatan diantaranya Ibnu sina, Hipocrates, dan plato. Ibnu sina (980-1037) atau dikenal dengan avicenna yang mengatakan bahwa kekuatan imunitas bergantung pada 4 faktor yaitu 50% spiritual, 20% mental, 20% emosional dan 10 % fisikal.

Pada konsep pengobatan holistik ini hipocrates juga mengungkapkan bahwa :

Make your food be medicine and your medicine be your food.

Artinya bahwa apa yang dimakan dan diminum adalah obat yang dibutuhkan oleh tubuh yaitu berupa sayuran, buah-buahan dan air putih. Plato juga salah satu pendukung pandangan holistic yang mengatakan bahwa menghormati hubungan antara pikiran dan tubuh adalah sangat penting bagi kesehatan.

Aspek-aspek pengobatan holistik

Terdapat 4 aspek utama yang merupakan faktor penentu dalam pengobatan holistik yaitu:

1. Aspek spiritual

Aspek spiritual seseorang sangat berpengaruh terhadap pemulihan kesehatannya. Dari sejarah telah disebutkan bahwa pengobatan suatu penyakit dari sisi spiritualitas pasien sudah ditanamkan sejak peradaban babilonia sekitar 2600 sebelum Masehi, dimana telah dituliskan pada lembaran tanah liat gejala penyakit beserta do’a yang harus dipanjatkan kepada Tuhan.

Aspek spiritual yang ingin penulis sampaikan pada makalah ini adalah tentang Do’a. Do’a merupakan dialog, penyerahan dan permohonan tulus dari seorang hamba kepada Allah SWT, hal ini sangat penting dilakukan supaya terjadi sinergi yang melibatkan Allah SWT sebagai Sang Pencipta, dan pasien, dokter, atau ilmu pengetahuan sebagai makhluk, demi kesembuhan manusia secara total.

Sejumlah riset membuktikan, antara lain bahwa orang yang tidak religius ataupun tidak mendapatkan intervensi doa, lebih tinggi resikonya untuk melakukan bunuh diri, lebih rendah tingkat kesembuhan dari penyakit, lebih tinggi resikonya untuk mengalami sakit, dan lebih rentan terhadap penyakit.

Sebuah riset longitudinal (8-10 tahun) yang dilakukan oleh Robbins dan Metzner terhadap 2.700 orang membuktikan bahwa angka kematian pada kelompok yang rajin berdoa atau beribadah lebih rendah dibanding dengan kelompok yang tidak rajin.

Riset yang dilakukan oleh Zuckerman, Kals, dan Ostfield terhadap warga lanjut usia pun membuktikan hal yang sama: kelompok lanjut usia yang rajin berdoa terbukti lebih panjang umur dibandingkan dengan yang tidak rajin berdoa

Penelitian yang dilakukan Cancerellaro, Larson, dan Wilson terhadap para pecandu alkohol, narkotika, dan pasien gangguan jiwa skizofrenia, membuktikan rendah/tidak adanya komitmen terhadap agama. Riset juga membuktikan bahwa terapi atau pengobatan yang diberikan kepada mereka berhasil secara optimal bila disertai terapi doa.

Barry Rosenfeld dan kawan-kawan dari Fordham University dan William Breitbart dari Memorial Sloan Kettering Cancer dalam riset yang dipublikasikan tahun 2003 membuktikan adanya efek spiritualis menawarkan proteksi atau memberikan efek penyangga dalam melawan keputusasaan pada pasien yang menganggap hidupnya akan segera berakhir.

Riset lain juga membuktikan adanya kaitan antara sistem imun dengan tingkat spiritualis dan kondisi emosi. Tiga ilmuwan mengukur tingkat spiritualis dan interleukin-6 (IL-6) pada darah pasien penyakit kanker terminal. Terbukti adanya kaitan antara tingkat fungsi imun tubuh dengan suasana hati yang baik dan IL-6. Sebagai catatan, IL-6 adalah protein pada sel-sel yang bekerja untuk mengatur fungsi sistem imun tubuh. Tahun 1998 sebuah studi di California menemukan bahwa 6 bulan setelah didoakan secara diam-diam ternyata tingkat kesehatan pasien AIDS terbukti membaik secara signifikan bila dibandingkan tingkat kesehatan kelompok pasien AIDS yang tidak didoakan.

Tahun 2002, hasil studi yang dilakukan terhadap 39 pasien ICU membuktikan, mereka yang didoakan bisa keluar dari rumah sakit lebih cepat dibandingkan pasien yang tidak didoakan, walaupun mendapatkan pengobatan yang sama. Banyak ilmuwan semakin yakin manfaat doa bagi kesehatan, dan riset masih terus dilakukan dengan mencermati dari berbagai sisi

2. Aspek mental dan emosional Berpikir positif

Pada penelitian yang dilakukan oleh Kazuo Murokami yang menghubungkan antara pengaruh faktor psikologis dengan gen, menemukan bahwa daya pikir dapat mengatur fungsi genetik dalam penyembuhan suatu penyakit. Kekuatan cara berpikir positif atau negatif sering terlihat pada saat seseorang jatuh sakit.

Contohnya jika seorang dokter member tahu pasiennya bahwa ia menderita kanker maka seseorang yang sangat stabil emosinya akan depresi dan akan menambah keparahan penyakitnya. Hingga para dokter biasanya tidak memberi tahu kepada pasien tentang penyakit yang diderita karena kebanyakan pasien menerima informasi tersebut sebagai hal yang traumatis. Sehingga para ilmuwan mengakui kebenaran peribahasa bahwa “penyakit datang dari pikiran

Menurut Dr. Husein Ahmad Bajry bahwa tubuh anda adalah dokter yang terbaik. Tubuh sudah diciptakan oleh Allah denga sangat sempurna bahkan mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri ketika sakit.

Konsep penyembuhan diri sendiri telah muncul sejak zaman dahulu kala. Kazoo murokami mengatakan bahwa penyembuhan diri sendiri berhubungan dengan adanya gen yang memerintahkan tubuh untuk sembuh. Dengan kata lain , tubuh dilengkapi dengan sebuah program penyembuhan yang tersembunyi. Tidak ada yang terjadi dalam tubuh kecuali jika hal tersebut telah tersurat dalam gen manusia.

Kazoo murokami mengatakan bahwa gen manusia dilengkapi dengan tombol nyala/padam yang dapat mengubah fungsi gen tersebut. Sebagai contoh olahraga secara teratur akan menyalakan genyang bermanfaat yang berakibat meningkatnya kekuatan otot dan kesehatan dan pada saat yang sama juga memadamkan gen yang merugikan. Begitu juga dengan proses penyembuhan jika pikiran seseorang optimis untuk sembuh maka gen akan memerintahkan untuk sembuh.

Manusia semua memiliki gen yang berpotensi dapat menimbulkan penyakit, dan pada saat yang sama gen juga dapat mencegah penyakit. Baik gen penyebab kanker maupun gen penghambat kanker telah ditemukan, bila mereka muncul bersama-sama maka keseimbangan akan terjadi. Penyakit-penyakit lainpun sama halnya. Yang penting adalah keseimbangan. Begitu eseimbangan terganggu maka penyakit akan menyebar dengan cepat (murokami, 2007).

Menurut kazuo murokami faktor lingkungan termasuk kondisi psikologis seseorang merupakan variable penting yang menentukan gen berbahaya tengah padam atau tidak. Bahkan jika dua orang yang memiliki gen sama persis-sepasang kembar identik- dan yang satu jatuh sakit, yang satu lagi mungkin tidak akan jatuh sakit karena masing-masing mereka terkena dampak dari faktor lingkungan ( kondisi psikologis) yang berbeda.

Kesehatan holistik

3. Pola makan dan gaya hidup

Diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa

“sumber penyakit adalah perut. Perut adalah gudang penyakit dan berpuasa adalah obatnya” (HR.Muslim)

Dari hadis tersebut dapat diambil suatu makna bahwa sumber dari segala penyakit dimulai dari pencernaan, apa yang dicerna atau dimakan menentukan datangnya penyakit. Hadis ini secara tidak langsung dibuktikan oleh dokter Hiroshi Shinya asal jepang dalam bukunya “The Miracle of Enzyme Self-Healing Program” yang meneliti ribuan usus (terutama usus besar) orang Amerika dan orang Jepang.

Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa sebagaian besar, hampir 100% usus mereka dalam keadaan tidak sehat yang berhubungan dengan pola atau makan mereka yang tidak sehat. Pola makan yang tidak sehat menyebabkan adanya sisa makanan yang tidak dapat diserap tubuh dan juga tidak bisa diekresikan melalui feses dan menempel diusus besar sehingga sisa kotoran akan menjadi toksin yang dapat diserap oleh tubuh dan akan menimbulkan berbagai macam penyakit, diantaranya kanker usus besar.

  • Pola makan yang teratur
    Makanan merupakan sumber energy bagi tubuh agar semua organ tubuh dapat berfungsi dengan optimal. Pola makan yang sehat dapat menjadikan tubuh kita sehat, sebaliknya dengan pola makan yang tidak sehat akan membuat tubuh kita rentan terhadap penyakit.

    Diriwayatkan bahawa Rosulullah pernah bersabda “makanlah sebelum engkau lapar dan berhentilah sebelum kenyang”.

    Dari hadist tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam pola makan yaitu (1) jumlah makanan yang kita konsumsi (2) jenis makanan dan (3) jadwal makan.

    Banyaknya makanan yang dikonsumsi seharusnya seimbang antara jumlah makan yang masuk dan energi yang dikeluarkan. Pengukuran yang paling mudah sebagai parameter apakah makanan yang dikonsumsi sudah cukup atau belum bagi tubuh adalah berat badan. Berat badan yang ideal sangat penting dipertahankan agar tubuh tidak rentan terhadap penyakit.

    Jenis makanan yang dikonsumsi hendaknya mempunyai proporsi yang seimbang antara karbohidrat protein dan lemak. Komposisi yang disarankan adalah 55-65% karbohidrat, 10-15% protein, 25-35% lemak.

    Menurut dr.lenny mengatakan bahwa jadwal makan yang ideal perlu dijalankan agar seseorang mempunyai pola makan yang baik adalah 5 sampai 6 kali sehari yaitu sarapan pagi, snack, makan siang, snack sore, makan malam dan bilamana perlu snak malam. Untuk menghindari sakit maag sebaiknya mengkonsumsi makanan dalam porsi kecil tapi sering.

  • Gaya hidup yang sehat
    Stress yang berlebihan dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga tubuh rentan terhadap penyakit. Managemen stress yang baik sangat diperlukan agar gaya hidup kita sehat, yaitu dengan tidak menunda pekerjaan, bekerja dengan senang hati, istirahat cukup dan manajemen waktu dengan baik.

  • Olah raga yang cukup
    Olah raga merupakan faktor yang sangat penting bagi kesehatan. Olah raga dapat menjaga seseorang dari berbagai penyakit seperti tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, penyakit jantung dan osteoporosis. Olah raga bahkan mengurangi risiko stroke, sakit punggung bawah (LBP), kanker usus besar, kanker payudara, kanker paru dan endometrium. Jogging, bermain tenis atau berenang bermanfaat mencegah stroke pada kaum pria.

    Sebuah riset baru menemukan bahwa pria yang berolah raga secara teratur dengan intensitas sedang dan berat lebih kecil kemungkinannya terkena stroke dibandingkan pria yang kurang aktif. Riset tersebut meneliti 3.298 orang dengan usia rata-rata 69 tahun yang tinggal di Manhattan Utara, New York. Pria yang berolah raga 63% lebih kecil kemungkinannya terkena stroke dibandingkan mereka yang tidak berolah raga.

4. Obat

Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan.

Obat juga sudah dikenal sejak zaman dahulu. Pada tahun 2000 sebelum masehi telah dilakukan praktek kefarmasin di Cina yang dikenal dari legenda Shen Nung dimana dilakukan infestegasi dan pengenalan beberapa ribu jenis tanaman yang memiliki khasiat dalam pengobatan. Shen Nung dikenal dari reputasinya mencoba beberapa ramuan tersebut pada dirinya sendiri dan menuliskannya dalam tulisan yang memuat 365 obat.

Shen Nung melakukan percobaan terhadap beberapa herba, kulit pohon, dan akar dari ladangnya dan Ephedra. Beberapa ramuannya hingga kini masih digunakan dalam praktek kefarmasian.

Yang juga sangat penting dalam perkembangan dunia kefarmasian adalah penulisan Papirus Ebers sekitar 1500 sebelum masehi yang menuliskan 800 ramuan pengobatan. Selanjutnya perkembangan ilmu pengetahuan di dunia barat pada masa yunani menempatkan dasar-dasar pengobatan dengan pendekatan yang ilmiah.

Beberapa filsuf terkemuka pada zaman tersebut mulai mencari hubungan antara kondisi kesehatan seseorang dengan gejala alam disekitarnya. Sebagian melakukan dengan pendekatan filosofis dan masih jauh dari taraf aplikasi menyembuhkan penyakit di masyarakat.

Peletak dasar pengobatan yang terkenal pada zaman tersebut adalah Galen (130-200
M) yang mengkhususkan pada ilmu mengenai bahan-bahan yang memberikan khasiat. Ilmu galenika ini menjadi bidang kajian yang penting selama ratusan tahun.

Kesehatan holistik

Sumber : Dr. Christyaji Indratmojo, Konsep Pengobatan Holistik.

Referensi :

  • Agustian A.R, 2009. Emotional Spiritual Quotion, edisi indonesi penerbit Arga Publishing
  • Murokami.K., 2007, The Divine Massage Of The DNA, Mizan
  • Wasito H dan Herawati D.2008. Etika farmasi dalam Islam. Graha Ilmu